24.

Hai semuanya! Maaf ya aku lama. Aku lama karna aku kebanyakan mikirin mereka wkwkw:(

Dan buat part ini... kutunggu antusias kalian lewat vomment!❤️

LANY - Hericane

ABEL tak jadi turun dari motor saat Widura menyuruhnya untuk tetap duduk. Perempuan itu mengernyit, memandangi punggung Widura sejenak sebelum akhirnya beralih ke rumah yang terletak di sebuah gang terpencil pinggiran kota di depannya.

"Ini rumah siapa, Kak?" Abel membuka kaca helmnya.

Widura terdiam.

"Menurut lo mending masuk aja apa nggak usah?" Ujar Widura, lima detik kemudian.

"Emang ini rumahnya siapa?"

Widura terdiam lagi.

"Ih, kak? Ditanyain juga."

"Kak?"

Masih sama.

"Eh— kok malah jalan lagi?!" Abel refleks berjengit, melihat Widura kembali men-starter motornya.

"Itu rumah orang tua gue."

Suara Jughead berteriak dari laptop menyadarkan Abel dari lamunannya. Ia teringat kejadian tadi sore saat Widura mengantarnya pulang. Widura mengajaknya sebentar ke rumah orangtuanya. Yang membuat Abel bingung, setahunya Widura itu anaknya bapak Affandi— pemilik yayasan La Verna.

Tetapi, kenapa malah bukan?

Abel menghela napasnya. Ia menyelipkan rambutnya dibalik daun telinga sebelum membuka kolom obrolannya dengan Widura.

Rayvanna Nabila: Kak Wid

Hampir lima belas menit berlalu, pesan Abel belum juga dibaca. Gadis itu mendecak kesal, dan mengubah posisi tidurannya jadi miring.

Rayvanna Nabila: ih

Rayvanna Nabila: p

Rayvanna Nabila: p

Rayvanna Nabila: p

Rayvanna Nabila: p

Widura: apaansi p p!

Abel menghela napasnya, dan tersenyum puas.

Rayvanna Nabila: makanya balesnya cepet!😫😫😓

Widura: bct

Gadis itu terkekeh, ia bisa membayangkan tampang jengkel Widura sekarang.

Rayvanna Nabila: besok sekolah jgn begadang2

Rayvanna Nabila: pokoknya ga ada bolos2 lagi ya bsk, kalo kakak sampe bolos aku nanti ilang lagi🥺🥺🥺

Widura: y

Kali ini Abel tertawa. Ia mengubah posisi tubuhnya menjadi tengkurap.

Rayvanna Nabila: yauda aku tidur ya (read 22:45 WIB)

Rayvanna Nabila: ih kan (read 22:45 WIB)

Rayvanna Nabila: dikacangin lagi (read 22:46 WIB)

Widura: yauda tidur aja knp si

Abel tertawa lagi.

Rayvanna Nabila: NGGA ADA BASA BASI GOODNIGHT APA BUAT AKU?!😡😡😡

Widura: YA GOODNIGHT YA

Rayvanna Nabila: YA MAKASIH YA

Rayvanna Nabila: GOOD NIGHT JUGA YA

Tak ada balasan lagi dari Widura. Chat-nya bahkan tak berganti read.

Abel mengubah posisi tidurnya jadi miring lagi. Ia lalu mengunci layar ponselnya, siap-siap tidur. Tetapi naluri Abel belum mau tidur, ia lalu mengambil ponselnya lagi, dan kembali membuka kolom obrolannya dengan Widura.

Rayvanna Nabila: pokoknya aku gak bakal biarin kakak sendirian!☹️☹️☹️

Kedua ujung bibir Widura terangkat membentuk senyuman. Laki-laki itu lalu mengernyit, membaca chat Abel.

"Katanya mau tidur?" Gumamnya pada dirinya sendiri.

Widura: bukannya tidur😑

Rayvanna Nabila: iya😁😁😁

Widura: ngapain ini masih dibales?

Rayvanna Nabila: masih mau chattingan HWHWHWHW 😁😁😁😁

Tadinya Widura ingin mengakhiri obrolan dengan cara tidak membalas pesan Abel, tetapi saat melihat notifikasi Kievlan sedang live di Instargam, ia langsung teringat satu hal.

Widura: ah btw

Widura: lusa free nggak?

Rayvanna Nabila: free. Kenapa?

Laki-laki itu menghela napasnya, dan merebahkan tubuhnya di kasur.

Widura: gue mau ajak lo ke ulang tahun temen gue Kievlan

Rayvanna Nabila: Kievlan tuh yang rambutnya pirang moreng2 itu ya?🤣🤣🤣🤣🤣

Widura tertawa mendengus. "Moreng-moreng."

Widura: iya

Rayvanna Nabila: oh yg nyebelin itu wkwkwk

Rayvanna Nabila: mau aja sih aku. Aku kan manusia gaboet😚😚😚😚🥰🥰🥰

Widura: ok

Rayvanna Nabila: b

Rayvanna Nabila: orang kaya baru😭

Widura memejamkan matanya sejenak, gerah dengan shitty jokes adik kelasnya.

Widura: ok stop. Tidur

Rayvanna Nabila: gak mau ah kalo nggak digoodnightin☹️

Widura: paansi

Rayvanna Nabila: 😁😁😁😁

Widura: kan td udh?

Rayvanna Nabila: iya. Tapi mau lagi☹️

Widura: gausa manja!

Rayvanna Nabila: biarin :3

Widura: TIDUR

Rayvanna Nabila: GA

Rayvanna Nabila: digalakin gt aku makin bangun yg ada😋

Widura: wtf

Widura: goodnight cil

Rayvanna Nabila: maunya VN

Widura: anjing ngelunjak

Rayvanna Nabila: KASAR!🤣🤣🤣

Widura: gue block nih

Rayvanna Nabila: IH KENAPA SI:(

Widura: tdr ga?

Rayvanna Nabila: iya! Iya!😔😔

Widura  merubah posisi  tidurannya,  menarik  bantal  sambil  mengangkat  kepalanya  sedikit  sampai ia  merasa nyaman.  Ia lalu membuka Instagram. Awalnya ia hanya melihat Instastory yang lingkarannya masih ungu di beranda akunnya, lalu ua beralih ke opsi pencarian, dan melihat foto-foto explore.

Ada foto Estrella di kotak teratas pojok kanan. Ia mengeklik foto tersebut.

Namun, foto itu diupload oleh Ghazi. Padahal, di foto itu Estrella sedang sendirian.

"Hah?" Widura mengernyit. Si Ghazi kok upload foto Estrella?

HisbatulGhazi good things take time— Van Gogh.

Penasaran tapi— tidak terlalu, Widura membuka kolom komentar.

Heyitsrandyyy AKHIRNYA LUR🔥🔥🔥

Rakaputra punten kang mo nanya ini teh go public dah resmi apa begimana ya?

Slimmingproduct mau ngumpulin orang-orang gendut deh

MHK_Tamam WHAAA GMN NI PLI? @KievlanG

KentanggorengCFC anjing lo

KievlanG @geriskacantika vanesha kalo ga sombong klarifikasi dong

AnikaRizkyana ACIIII GISKAAA! @Rahisyamentari @Geriskacantika

Rahisyamentari HAAA? DEMI APASII WKWKWKW

Geriskacantika HEY SALAH SERVER! @KievlanG / @AnikaRizkyana besok kita kupas habis

Mereka pacaran?

Hisbatul Ghazi: nanti berangkat ke acaranya Kievlan sama aku aja ya?

Setelah melihat pesan Ghazi dari pop-up, Estrella memutuskan untuk tidak langsung membalas pesan pacarnya.

Pacar.

Agaknya status ini masih terasa asing bagi Estrella. Terlebih, selama ini Ghazi terus menunjukkan perasaannya ditambah lagi pembuktian afeksi lainnya.

Tapi, bagaimana dengan Estrella?

Estrella memang tidak pernah terang-terangan mengatakan persaaannya, karena Ghazi pun tidak pernah menanyakan kepadanya. Namun bukan berarti Estrella tidak menyukai Ghazi.

Estrella suka Ghazi.

Ghazi itu tipikal pantang menyerah dan banyak bertindak— Lagipula perempuan mana sih yang tak terbuai oleh perbuatan Ghazi?

Namun, kini kepala dan hati Estrella tak ingin berhenti ribut.

Estrella memejamkan matanya.

Ia yakin, keputusannya menerima Ghazi sebagai pacar bukanlah hal yang salah. Ia merasa Ghazi adalah sosok yang terlalu layak untuk dipacari.

Alih-alih ingin menenangkan pikirannya, Estrella menghirup napas panjang dan mengembuskannya lewat mulut perlahan. Tangannya bergerak mengusap lembut tengkuknya.

Estrella R: oke

Hisbatul Ghazi: kok oke doang?

Estrella R: emang harusnya apa?

Hisbatul Ghazi: oke sayang

Estrella R: hell no!😂

Hisbatul Ghazi: ck gitu banget sih ay

Estrella R: AY?!

Hisbatul Ghazi: 🤗

Hisbatul Ghazi: 🤗🤗

Hisbatul Ghazi: 🤗🤗🤗

Hisbatul Ghazi: 🤗🤗🤗🤗

Estrella R: stop it

Hisbatul Ghazi: I wouldn't🤗

Setelah  membaca  pesan  Ghazi,  Estrella memutuskan untuk tidak membalas. Entahlah. Estrella bingung harus membalas apa. Toh, paling-paling nanti Ghazi mengajaknya video call.

Gadis itu beralih ke kolom obrolannya dengan ketiga sahabatnya yang sudah 200. Terus terang ia belum mengklarifikasi kepada teman-temannya. Tentang status barunya. Padahal, ketiganya sudah spam dan mendesak meminta Estrella menceritakan kronologinya bagaimana.

Gadis itu terkekeh membaca pesan-pesan yang masuk hurufnya dicapslock semua.

Namun, saat Estrella hendak merekam voice note untuk mereka, muncul notifikasi masuk dari Instagram.

RespatiWidura liked your photo

"GAK MAU TAU! PJNYA MESTI HARI INI!" Seruan Aci yang berlari menghampiri ketiga sahabatnya sontak jadi sorotan para siswa yang masih meramaikan koridor.

Terlebih, pandangan para siswa masih tertuju pada Estrella.

"Heboh lo dateng-dateng!" Celetuk Anika ke Aci.

"Ya masa murung gue dateng-dateng?"

"Gue yang milih tempat. Giska yang milih makanannya," kata Anika. Ia meluruskan perkataan Aci yang sebelumnya.

Giska menjentikkan jarinya. "Cool!"

"Astaga. Apaan sih kalian?"

"Tapi, setelah sampe rumah gimana kemaren?"

"Ya udah gitu aja."

Setelah geger dengan postingan Ghazi di Instagram. Hari ini satu sekolah secara kasat mata dibuat geger oleh pemandangan yang mengejutkan. Yakni, saat Estrella turun dari motor Ghazi. Meski Ghazi terlihat biasa saja. Lain halnya dengan Estrella yang nampak kikuk, merasa tak nyaman ketika orang-orang menyorotinya.

Dan, akhirnya tadi mereka berpisah di lobby karena Estrella menyuruh Ghazi ke kelas duluan.

"Emang dia nembaknya gimana sih?"

"Iya ih! Parah banget lo gak langsung cerita di grup!"

"Bukan gitu, aku kan bingung mau ceritannya gimana, jadi kupikir enaknya cerita di langsung daripada di chat..."

Selama hampir lima menit Estrella akhirnya menceritakan kronologi jadian mereka kemarin. Itupun dipotong oleh pertanyaan-pertanyaan tidak penting.

"AH GEMES!" Kali ini Anika berpindah ke sebelah  kanan,  mendempeti  sahabatnya  yang  sudah  ia  kenal selama hampir enam tahun lamanya.

"Gak nyangka deh Ghazi bisa semanis itu," Aci tersenyum  lebar, lesung pipinya sampai terlihat.

Tepat  setelah  mereka  tiba  di  depan  loker Estrella,  perempuan  itu  langsung  melepaskan sebelah tali  tasnya dan meletakkan beberapa buku, sebelum akhirnya menutup pintu lokernya.

"Tapi ya worthy banget sih, El. It paid off! Mungkin kemaren lo disia-siain, sekarang diprioritasin."

Giska refleks melototi Anika.

"Dan lo dapetnya gak yang kaleng-kaleng, El." Sahut Giska dengan keceriaan, singkat  dan jelas, mengusir suasana julid yang Anika ciptakan.

Estrella hanya terkekeh sambil menggeleng, tidak  berkata  apa-apa  lagi kembali menjalani rutinitasnya sebelum masuk ke kelas seperti biasa.

Namun dibalik kekehannya, ada hal yang mengganggu pikiran Estrella sejak malam tadi. Yakni, kejadian saat Widura menge-like fotonya di Instagram. Tetapi lucunya, saat ia melihat list likers, dan mengetikkan nama Widura dari kolom likes-nya, nama itu tidak ada.

Sedangkan di notifikasi ada.

Apakah Widura meng-unlike fotonya?

Apakah Widura tak sengaja menge-like fotonya?

Apakah Widura stalking akunnya semalam?

Apalagi tak  ada  satu  pesan  pun yang  masuk  dari  Widura. Entah sekedar klarifikasi— meski ia sendiri  tidak tahu  untuk apa,  atau  setidaknya sedikit  penjelasan kalau semalam itu hanya kepencet.

Ah!

Apaan sih?

Kenapa Estrella jadi berlebihan begini? Tapi, mungkin jika yang melakukan semalam itu Kievlan— atau anak laki-laki yang lain, hal ini tidak akan membuatnya kebingungan. Rasanya segala hal yang berkaitan dengan Widura masih menjadi hal yang besar baginya.

Estrella mendecak pelan, diluar kesadarannya. Menegaskan pada dirinya sendiri bila statusnya sekarang bukan lagi single. Dan pacarnya berkali-kali lipat lebih baik dari Widura.

Iya kan?

Tidak  jauh  dari  tempat  mereka  berdiri,  suara bentakkan seorang laki-laki terdengar.  Beberapa  murid  yang  tadinya  berada  di  tengah  koridor  memilih untuk  berlari menuju sumber suara. Begitu pula Anika si Ratu Julid, yang refleks menarik lengan Estrella di sampingnya.

Mata Estrella membelalak melihat Widura menginjak bahu seorang cowok. Ia menghirup napas panjang,  merasa  tidak  nyaman dalam  waktu  singkat. Jantungnya  berdegup  cepat  sekali, ia gelisah.

Lingkaran kecil ini otomatis membuat para siswa mengalihkan perhatian mereka. Pusat perhatian yang jelas-jelas lebih menarik dari kabar jadiannya Estrella-Ghazi.

Widura!

Lidah Estrella rasanya terlalu kelu untuk memanggil nama itu hingga ia hanya memekik tanpa sadar. Entah sejak kapan, entah mengapa dan entah bagaimana, dia tidak tahu. Nama yang selama ini ia panjatkan di dalam doanya, dan nama yang masih jadi bintang di kontaknya ponselnya.

"Ngaku atau gue buat lebih malu lagi?" ujar Widura. Reaksi beberapa siswa ada yang melotot, bergidik, menutup mulut, hingga menyenggoli temannya.

Semakin pelan erangan Rifky, semakin kuat injakkan kaki kanan Widura di pundak laki-laki itu. Itulah komitmen yang Widura buat.

"Ampun! Sakit, anji—"

Benar saja.

Injakkan Widura di pundak itu pun menguat. Hingga bisa dilihat seragam putih Rifky membekas noda abu-abu dan coklat dari alas sepatu Widura. Tapi, Widura tak peduli. Ia malah melepehkan permen karet mint-nya ke sembarang arah.

Ekspresinya masih tetap sama. Datar. Widura memang paling pandai untuk menyembunyikan apa pun yang ia rasakan. Dewa di dalam dirinya ingin memberontak. Seolah menegaskan; mata harus dibayar mata. Nyawa pun harus dibayar nyawa.

"Wid, gak lucu nih anak baru masuk sekolah lagi, besoknya udah kita solatin." sela Kievlan. "Udah si ayo."

Bukannya berhenti, ia malah menendang bahu Rifky, dan kembali menginjaknya sampai laki-laki itu benar-benar tengkurap pasrah.

"Sumpah, bukan gue yang cepuin lo!" suara Rifky bergetar. "Sumpah bukan gue," sambil memiringkan sisi wajahnya, berusaha melihat Widura.

Widura menarik satu alisnya. "Terus siapa?"

Hanya Widura, yang bisa bicara sesantai dan sedatar itu namun terdengar mengerikan oleh lawan bicaranya. Ia bahkan tak peduli banyak kamera ponsel yang menjadikannya bahan untuk panjat sosial untuk dijadikan instastory atau lainnya.

"Siapa?" Ulangnya dengan nada yang sama. Semua orang terdiam, memperhatikan.

Banteng sekolah kembali beraksi.

Seperti yang sudah-sudah; siapapun yang berani kibarkan kain merah padanya, harus siap tanggung konsekuensinya.

Semua orang tahu, Widura tidak akan berhenti sebelum ia mendapat apa yang ia mau.

Dari seluruh pasang mata yang menonton, dan perekam kejadian tidak ada satupun yang berani melerai mereka. Tak terkecuali, ketua OSIS mereka.

"Cukup." Tegas Estrella, dengan tatapan sangsi. "Angkat kaki kamu."

Widura kontan menoleh, tak sadar jika ia menahan napasnya. Ditatapnya perempuan yang jaraknya beberapa meter dari depannya.

"Angkat."

Tatapan laki-laki itu beralih ke bekas sayatan di tangan mungil gadis itu. Pemandangan itu membuatnya tanpa sadar melepaskan kakinya dari yang di bahu Rifky beralih menendang sekali bahu laki-laki itu sebelum akhirnya ia meninggalkan koridor.

Lalu Estrella mengatupkan rahangnya, mencoba sembunyikan kegundahannya rapat-rapat.

Ponsel Estrella bergetar, ada dua pesan masuk dari Giska.

Geriska Cantika: El

Geriska Cantika: kita ke kamar mandi yuk.

Estrella refleks menoleh ke belakang, melihat Giska yang berdiri di samping Aci.

"Guys, gue sama Ella ke kamar mandi dulu ya."

Melihat Anika dan Aci mengangguk, Giska menarik Estrella ke kamar mandi. Mereka berdua masuk ke dalam kloset berdua, Giska memandangi Estrella dengan raut sedih. Seolah tahu persis apa yang Estrella rasakan, namun Giska tak berkata apa-apa. Ia hanya membawa sahabatnya ke dalam pelukan.

Estrella masih diam dalam pelukan Giska. Bibirnya terkunci rapat.

"El." Giska mengusap punggung Estrella. "Gue tau nggak mudah. Tapi kalo lo mau nangis, tangisin aja. Jangan ditahan."

Estrella menghirup napas panjang, ia kehilangan kalimat.

"Sabar. Ini masih proses," tambahnya, lembut.

SEBETULNYA sampai saat ini Estrella tidak menyangka kalau ternyata Widura kembali berbuat onar di sekolah. Estrella tahu ini memang bukan urusannya, tapi ia merasa ada sesuatu yang membuat kejadian ini mengaitkan dirinya terhadap sikap Widura.

Sebelum bel istirahat berbunyi, Estrella pura-pura ijin ke toilet. Perempuan itu berlari kecil di lorong loker menuju unit kesehatan yang terletak di dekat ruangan OSIS. Beberapa helaian rambutnya bergoyang karena tertiup angin yang menerpa.

Napasnya mulai tidak teratur dan jantungnya berdegup semakin kencang. Ia bingung harus menemui Widura bagaimana.

Estrella terdiam sesaat setelah ia tiba di depan pintu berwarna cokelat yang tidak lain adalah pintu UKS. Ia tak membuka pintu, karena sudah ada celah yang terbuka.

Celah itu teramat kecil. Namun Estrella masih dapat mengintip, dan Estrella menghela napasnya begitu melihat tubuh Widura yang sedang duduk di atas ranjang membelakangi jendela, menatap sosok yang ada di hadapannya. Lalu Estrella mengintip lebih jauh lagi.

Ternyata ada Abel di hadapannya.

Estrella menelan ludahnya.

Terlihat gadis itu tengah meremas bungkusan plester yang sudah dibuka. Mereka berdua tampak sedang bicara serius sampai Abel akhirnya mengusap air matanya. Bel sebentar lagi berbunyi, tapi ia tidak ada niatan untuk bergegas sama sekali.

Sementara Widura nampak tak bergerak sama sekali, memandangi adik kelasnya.

Hingga Estrella tak sadar jika ia menempeli pipinya di pintu hampir tujuh menit lamanya. Estrella nyaris meringis. Terlihat Abel kini menutup wajahnya, dan Estrella yakin seratus persen jika anak itu menangis.

Entah sejak kapan dan bagaimana sebuah rasa asing muncul di dada Estrella setiap kali ia melihat Abel.

Ia tak tahu kapan persisnya dan apa penyebabnya.

Namun, Estrella tidak menyukai Abel.

Estrella padahal bukanlah seorang pembenci. Tetapi, ia tak suka Abel. Ia benci Abel. Ia benci Abel yang selalu ada di dekat Widura. Ia benci Abel yang menempati posisi yang harusnya diisi olehnya.

Tatapan Estrella menajam saat lelaki gondrong itu akhirnya berdiri. Perasaan Estrella bercampur aduk, ia mulai takut menerka-nerka adegan apa lagi yang akan dilihatnya.

Ia takut melihat hal yang tak diinginkannya.

Akan tetapi, kakinya enggan bergerak sama sekali. Entah untuk mundur pergi, atau maju menginterupsi mereka. Namun, terlambat sebelum ia memutuskan untuk melakukan apa, Estrella merasakan tancapan dahsyat yang menimbulkan denyutan ngilu di dadanya.

Matanya terasa pedih begitu melihat pemandangan yang tak ingin dilihatnya.

Yakni, pemandangan Widura mengusap kepala Abel, sebelum akhirnya mereka bergenggaman tangan.

Hanya dalam dua detik, air mata Estrella jatuh, bersama hatinya yang hancur.

Aduh ini tuh harusnya Estrella seneng2 kan ya sm Ghazi? Knp malah galau?

Knp Estrella malah sedih lagi liat widura?!😡😡😡

Mana lagi widura segala ngelike terus diunlike maksudnya apa? Stalking?!😡😡😡

Wkwkwk gimana part ini gais?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top