36. Kado Termanis
Demi apapun ini part terpanjang, btw hp aku udah bener! Part ini banyak media dan chatsnya. Mihon maaf bila banyak kurang atau apa. But karna hpku udh benar, aku usahakan pub lebih baik dibandingkan kemarin. Thank u, next!💜😂
Jangan lupa divote ya. Vote dan komen kalian penyemangatku💜
Breakbot - Baby I'm Yours
X
SG Lewis - No Less
Kievlan G: maaf ya soal tadi pagi aku ga anter kamu
Geriska Cantika: it's ok
Kievlan G: hala ntar ngambek lagi
Geriska Cantika: apaan sih. Emangnya bocah apa ambek2an?😂
Kievlan G: emojimu tak dapat membohongiku, Ferguso
Geriska Cantika: lah terserah
Kievlan G sents picture
Geriska Cantika sents picture
Keramaian kantin sama sekali tidak mengusik Giska. Gadis itu tetap berkutat pada layar ponselnya karena hanya benda itulah yang menemaninya saat ini. Ralat, lebih tepatnya kekasihnya.
Kievlan G: dih? Kok punya si lu?
Geriska Cantika: punya apa?
Kievlan G: meme wiki ginian?
Geriska Cantika: iya dong emang lo pikir cuma lo yg punya?
Kievlan G: iya dong kalo lo kan cuma gue yg punya
Kievlan G: hehe
Kievlan G: wkwkwk najis dah geli gua ngetiknya
Geriska Cantika: ya lu
Kievlan G: tapi tawa kan lu?
Geriska Cantika: nggak sih
Kievlan G: nggak salah lagi
Geriska Cantika: dimana?
Kievlan G: apaan? Salahnya?
Geriska Cantika: bukan. Lonya dimana
Kievlan G: oh, biasa
Geriska Cantika: makan kan tapi?
Kievlan G: iya, ini lagi pesen ayam geprek level 12
Geriska Cantika: pesen di mana?
Kievlan G: go food wkwk. Mau?
Geriska Cantika: nggak ah
Kievlan G: eh udah pada ngumpul. Aku ilang dulu ya
Giska diam-diam menarik napas. Mulai, deh! pikirnya. Kenapa dirinya jadi bete merespon omongan pacarnya? Padahal ini hal yang biasa bila Kievlan sering datang dan hilang sesuka hati. Tapi sekarang rasanya agak sulit.
Geriska Cantika: iya
"Gis, bakso kamu ntar dingin, loh." Suara Estrella di sebelah, membuat Giska refleks menoleh ke gadis itu dan mangkok bakso di hadapannya.
"Oalah? Udah dateng?" Giska langsung menyendokkan sambal ke kuah baksonya. "Kok gue nggak nyadar ya?"
"Kamunya dari tadi main handphone terus sih..."
"Eh, El tapi gue lagi suka banget tau sama Little Pony gak tau kenapa," ujar Anika, ia kembali mengaduk kuah baksonya.
Giska akhirnya terperangkap dalam tekanan yang dapat mematikan ini.
Canggung.
Semenjak kejadian di rumah nenek Kievlan, interaksi antara Giska dan Anika mendadak canggung. Mereka jarang mengobrol, bahkan sekadar untuk hal formalitas. Inilah salah satu alasan Giska memilih duduk di sebelah Estrella.
Tambah lagi istirahat kali ini tanpa Aci, lantaran hari ini Aci sedang istirahat bareng Eja.. Karna jika Estrella dan Anika sedang membahas hal yang ia tidak mengerti, Aci selalu membuka topik yang Giska sukai, yah tak jauh dari perihal Kievlan lah...
Tapi, Giska suka. Aci juga. Makanya mereka klop.
"Serius? Kamu sukanya sama siapa?" Est
"Fluttershy!"
Perempuan yang sedang mengunyah itu langsung mengangguk antusias dan merespon ucapan Anika setelah menelan makanannya.
"Ah, kalo aku suka banget sama Pinky Pie!"
"Astaga, gue sampe beli case-nya saking gregetnya!"
"Ih! Gemes banget kan? Aku aja sampe beli bonekanya!"
Tidak mengerti dengan obrolan kedua sahabatnya, Giska memilih tetap fokus pada bakso di hadapannya. Bila biasanya istirahat merupakan waktu yang paling Giska nantikan, lain halnya dengan hari ini. Ia justru berharap istirahat selesai sekarang juga.
Tak banyak yang gadis itu lakukan selain melahap baksonya sambil sesekali mengangguk atau menggeleng bila diminta pendapat.
"Ih, aku mumet, deh mikirin Sosiologi. Mana catetanku gak lengkap, hu!" ucap Estrella sambil memotong lagi bakso di hadapannya.
"Ntar kan bisa nyalin, atau ngga tinggal foto copy," sahut Anika. Gadis itu menarik gelas es teh manisnya mendekat sebelum menyeruput minuman itu.
"Foto copy punya siapa?"
"Ghazi, lah," kata Anika. "Ya, gak, Gis?"
Sedetik setelah mendengar Anika berbicara seperti itu, Giska berhenti mengunyah secara perlahan, mendadak ia diserang rasa gugup.
Ia khawatir ada jebakan yang tersirat yang ada sangkut pautnya dengan hubungannya dengan Kievlan. Meski belum jelas juga, tapi tiba-tiba saja Giska berpikir demikian.
Karena bingung plus canggung, Giska mengangguk dua kali sebelum akhirnya ia kembali mengunyah baksonya.
Sebenarnya, Estrella peka terhadap kecanggungan diantara mereka berdua, hanya saja ia bingung harus mengambil tindakan seperti apa.
"Kalo gitu pas latihan musik aja dong ya?" Estrella berhenti meniupkan kuah baksonya. "By the way... kalian ntar pada mau main ke rumahku gak?"
"Boleh aja, sih." Kali ini Giska yang merespon. "Kapan?"
"Weekend aja. Gimana?"
"Sure," sahut Anika, semringah.
"Kalo kamu gimana, Gis?"
"Ayo aja, sih gue mah."
"Ijin dulu gih sama pacar."
Giska langsung tertawa mendengar lelucon Estrella. "Hahaha apaan sih, gue sama dia aja jarang main tau."
"Kok gitu?"
Tawa Giska perlahan berubah jadi kekehan ringan. "Yah tau sendiri lah dia anak tongkrongan banget."
"Iya sih ya..."
"Eh, El, lo nonton episode Little Pony yang kemaren gak?"
Spontan, Estrella tidak jadi menyuapkan lagi bakso ke dalam mulutnya, mata perempuan itu melotot, terlihat antusias terhadap pertanyaan Anika.
"Ih! Aku nonton!"
"Parah si itu gemes banget kaco!" Anika menunjuk wajah Estrella garpu di tangan kanannya saat bicara. Tampangnya begitu semringah, menggemaskan.
Meski merasa dikacangi, Giska tidak mau merasa ambil pusing, ia kembali membuka layar kunci ponselnya, gadis itu lalu membuka Instagram.
Awalnya ia hanya ingin iseng melihat-lihat postingan makanan di beranda akun foodie, tetapi niatannya mendadak buyar ketika jemarinya tak sengaja menge-klik instastory milik Aci.
Giska menahan story tersebut dengan ibu jarinya. Ia bahkan tak sadar jika ia menahan napasnya. Belom jadian aja udah diistimewain, beruntung lo, Ci.
Kievlan G: p
Sepercik rasa hangat timbul di dada Giska. Semoga dia liat snap-nya Aci, terus berniat surprisin kayak gitu juga.
Geriska Cantika: uiiii
Kievlan G: kayaknya ntar kita gak bisa balik bareng deh
Perempuan itu tidak berkedip selama lima detik. Perlahan, rasa hangat yangtadi timbul berganti dengan rasa ngilu. Entah mengapa, dadanya seperti tercubit. Pada akhirnya yang bisa gadis itu lakukan hanya menghela napas.
Geriska Cantika: kenapa?
Kievlan G: aku mau ke kumpulan ntar sama anak2 takutnya sampe malem
Giska menghela napasnya lagi.
Geriska Cantika: yaudah
Kievlan G: sori, Gis. Soalnya udah terlanjur janji sama anak2
Kali ini rahang gadis itu samar-samar mengeras dan ia sejenak menahan napas. Perempuan itu menarik tubuhnya, menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Selera makannya mendadak hilang. Temen terus aja!
Geriska Cantika: wkwk iya ngerti. Have fun!
Melihat status pesannya berganti read, Giska menunggu balasan Kievlan. Namun nyatanya, hingga layar ponselnya mati, tidak ada balasan.
Selang sepuluh detik kemudian, Giska membuka lagi layar kuncinya, awalnya ia ingin membaca ulang chat-nya dengan Kievlan, namun ternyata muncul pop-up Direct Message Instagram.
Dan, tanpa Giska membuka pesan itu, ia bisa membaca pesan dari pop-up.
RespatiWidura: kenapa dm gue diread doang?
Suara notifikasi chat membuat Kievlan mengeluarkan benda itu dari saku celananya. Mendapati lampu merah masih 90 detik lagi, laki-laki itu membalaskan grup chat.
Rajasa Sihotang: pada dimana? Gue udah sampe nih
Kievlan G: gue masih di Grogol. Macet men.
MHK Tamam: mau check up, Pli?
Kievlan G: kan niat gua anterin lo, Mam
Rajasa Sihotang: lu dimana, Mam?
MHK Tamam: lagi di Pondok Indah gue
Kievlan G: wkwkwk ngapain gblk
Kievlan G: btw Eja mana nih
MHK Tamam: ambil laundryan sepatu
Afreza: heh gue udah di Bulungan. Gue langsung caw ke warning aja kali ya?
Rajasa Sihotang: iya langsung aja. Tadi kan lo nggak ngumpul
MHK Tamam: tau lu bucin
Afreza: justru ini namanya what women want.
Kievlan G: wkwkwkw tai, Ja tai
Rajasa Sihotang: aturan elu bege, Pli yang kasih cokelat ke Giska. Udah jadian juga dih
Kievlan G: lah gue sama dia kan lagi gak anniv
MHK Tamam: lah lu aja gak anterin Giska kan tadi?
Kievlan G: yekan tadi gue kumpulan sama lo pada
Afreza: dasar pacar gak peka!
MHK Tamam: tau lu. Kalo gue jadi Giska gue putusin lu, Pli.
Kievlan G: wkwkwk untung lu bukan Giska ye
Afreza: sekarang gini deh, selama ini lo udah pernah kasih dia apa aja, Pli?
Kievlan G: apa ya? Keset sama sepatu
MHK Tamam: WKWKWKW KESET BGST
MHK Tamam: auto putusin gue mah kalo jadi Giska
Rajasa Sihotang: anjir barangnya yg diinjek semua ya? Wkwkwk
Afreza: asli lu parah bgt bego pli😂😂😂
Rajasa Sihotang: wkwkwk bukannya apa2 nih ya
MHK Tamam sents picture
Rajasa Sihotang: lu kan gak ada backupan alias selingan, jadi jangan sok2 cuek dah. Ditinggalin lu ntar
MHK Tamam: WKWKWK ANJAY TUMBEN TANG!
Rajasa Sihotang: bukan gitu bege. Kipli kalo mau cuekin Giska paling gak ada gitu kek selingan buat modus. Ini kagak. Sok setia tapi cuek. Kan tai
MHK Tamam: tolol dih sesat ngajarin selingkuh😂
Rajasa Sihotang: bukan gitu. Paling gam jangan kebangetan sayang sama cewek, belom tentu dia juga setia sama kita. Jadi kalo lo ada selingan lo gak sakit2 amat, nyet.
Afreza: bego lu, Tang. Wkwkwk jangan Pli jangan diikutin
Afreza: tapi Giska termasuk sabar si ngadepin lo
Kievlan G: emang yang gue lakuin parah banget ya?
MHK Tamam sents picture
Rajasa Sihotang sents picture.
Setelah melihat gambar meme dari Tamam dan Rajas, Kievlan langsung beralih ke kolom obrolan pribadinya dengan Eja.
Kievlan G: p
Kievlan G: p
Afreza: apaan
Kievlan G: bilangin ke semuanya malem ini gue gak ngumpul dulu
Alih-alih menepikan mobilnya di pinggir, Kievlan men-setting joknya ke belakang, agar lebih nyaman. Ia lalu mengambil ponselnya, membuka kolom obrolannya dengan Giska.
Kievlan G: Gis
Geriska Cantika: ???
Kievlan G: sibuk nggak? Lo lagi ngapain?
Geriska Cantika: tiduran. Kenapa gitu?
Kievlan G: gue mau nelfon
Geriska Cantika: biasanya nelfon tinggal nelfon. Tumben pake izin?
Kedua ujung bibir Kievlan tertarik, lalu ia menekan logo telepon.
"Halo?"
Suara gadis itu terdengar lemah, mungkin ia sedang rebahan. Namun sebenarnya, Kievlan merasa iba terhadap pacarnya.
"Lo dimana?"
"Rumah. Why?" Sepertinya gadis itu mengubah posisinya.
"Sepi gak?"
"Apa sih anjir kok horor?"
Kievlan tergelak. "Jangan mikir jorok dulu."
"Bukan gitu, yaudah to the point aja."
"Gue otw rumah lo."
"Ih! Ini udah jam 10!"
Kievlan tertawa lagi. "Ya emang siapa yang bilang jam 8?"
"Mau ngapain, deh?"
"Minta makan." Kievlan mengubah mode panggilan jadi loudspeaker.
"Bilang aja kalo kangen."
"Ngapain, dih. Bosen gue liat komuk lo."
"Astaga parah banget. Yaudah gak usah dateng!" Giska sepertinya langsung terduduk.
"Yaudah, gue ke rumah cewek lain aja."
"Anjir lo! Gak mikir banget ya." Giska menyerocos sewot. "Lo gak liat apa ya snapgram-nya Aci sama Eja tadi? Mereka lagi sweet banget. Lo berani-beranian main di belakang gue!"
"Kenapa emang mereka?" Kievlan pura-pura tidak tahu, senyum jahilnya mengembang lebih lebar membayangkan wajah kekasihnya yang sewot.
"DIA DIKASIH SURPRISE NJIR SAMA EJA."
Senyum Kievlan sontak berubah jadi tawa, entah mengapa Kievlan merasa jika Giska begitu menggemaskan ketika emosi. Bawaannya ingin memeluk perempuan itu.
"Terus kenapa?" Kievlan semakin tertantang memancing emosi pacarnya.
"Astaga gila lo! Mereka padahal belom jadian, tapi Eja udah wow-in banget kayak gitu." Giska langsung berapi-api. Kievlan yakin perempuan itu langsung berdiri, dan mondar-mandir kamarnya. "Lo mah apa kabar?"
"Baik."
"Tai."
Kievlan tergelak. "Ya Allah kasar banget sih, Gis. Kievlan sedih dengernya."
"Jijik."
"Yaudah iya ntar gue ke sana bawain yang lo mau." Tawa Kievlan berubah jadi kekehan ringan. "Lo mau apaan? Cokelat juga?"
"Boong!"
"Dih, sumpah. Gue mumpung masih di jalan, nih."
Kievlan membuka kaca jendela dan menyulut rokoknya dengan korek.
"Demi apa lo?"
"Demi Allah, dah." Kievlan mengembuskan asapnya perlahan. "Mumpung gue lagi baik nih. Gue beliin."
"Yaudah. Iya. Gue mau cokelat. Kalo perlu lebih banyak dari Aci."
"Biar apa si emang? Lo mau mamer di IG juga gitu?"
"Nggak gitu--"
"Yaudah gue gak mau tau pamerin juga pemberian gue di IG," selanya. "Gak nyampe setengah jam lagi gue sampe."
"Loh? Emang lo mau ngapain?"
"Ada deh."
"Lo mau siapin buat surprising gue ya?" Suars Giska terdengar datar, namun Kievlan yakin jika perempuan itu tengah tersenyum.
"Pain amat, geer lu." Kievlan tertawa. Ia lalu membuang puntung rokoknya ke got.
"Is."
"Eh, ini gue loudspeaker ya. Tape gue matiin."
"Iya."
Keduanya kembali diam. Bisa dipastikan kini Giska juga mengubah panggilan ke mode loudspeaker, karena Kievlan dapat mendengar suara deritan pintu terbuka dan tertutup dalam jangka singkat.
"Gis,"
"Hm?"
"Ada unek-unek yang mau lo keluarin gak?"
"Hah?"
"Yeee keluarin aja udah."
"Keluarin unek-unek?"
"Au ah."
"Hah? Apaan, sih aneh banget lo."
"Yaudah, gue tunggu lo sampe lo keluarin unek-unek lo."
"Ih? Apaan coba gak jelas, dih."
Keduanya terdiam, baik yang perempuan maupun laki-laki tidak ada yang mengeluarkan suara sama sekali.
"Gis?" Kievlan akhirnya memecah keheningan.
"Iya?"
"Kok gak dimatiin?"
"Kan lo yang telfon. Jadi harus lo juga yang matiin."
Tidak ada sahutan yang keluar dari mulut laki-laki itu. Namun kalimat Giska barusan membuatnya tak kuasa menahan senyumnya.
"Kiev?" Giska yang kini menegur, ia berpikir sambungan terputus.
"Hm?"
"Kok diem?"
"Kan gue nungguin lo ngomong."
Giska terkekeh. "Loh? Emang gue mau ngomong apaan?"
Kievlan tidak menjawab.
"Gimana ya, Kiev. Aduh gue jadi bingung mau ngomongin apa."
"Lo kesel ya sama gue tadi?"
Perempuan itu terdiam, tidak bisa langsung menjawab pertanyaan dari mulut Kievlan. Gemuruh di balik dada Kievlan tak bisa dipungkiri lagi. Mereka berdua sama-sama merasa suasana semakin menegang.
"Bukan kesel sih tapi lebih kayak..." Giska menggantung kalimatnya sejenak. "Status kita kan pacaran, gitu loh. Tapi, kadang gue bingung sama hubungan kita yang begini," Giska terdiam. "Maksud gue anehnya tuh, kita pacaran tapi gaya pacaran kita yang aneh. Gue gak tau ya ini mungkin kedengerannya naif banget, tapi itu yang gue rasain."
Laki-laki itu kemudian memilih untuk tidak menjawab daripada mereka jadi canggung.
"Selama ini gue berusaha adaptasi sama lo. Awalnya sih gak terlalu berat pressure-nya. Lucu, sih gimana gue bisa klik sama orang yang unpredictable kayak lo. Walaupun banyak omongan orang yang gak ngenakkin, gue tau lo gak seperti yang orang-orang bilang. Terlepas dari binal dan resenya lo, yah lo tetep punya sisi yang buat gue apa ya... kayak ngerasa klik gitu."
Terdengar helaan napas panjang di seberang, Kievlan yakin di sana Giska kembali merebahkan tubuhnya ke kasur.
"Kliknya sejenis nyaman gitu."
Senyum Kievlan mengembang. Mesti tanpa bersitatap dengan pacarnya, ia tahu jika deretan kalimatnya tadi semua kejujuran.
"Kiev?"
"Iya, gue dengerin," ujarnya. Laki-laki itu menghela napasnya."Yaudah, gue putusin dulu ya."
"Belom ada sebulan udah main mutusin aja. Sok ganteng lo."
Kievlan tertawa. Ia memutus sambungan, lalu mengambil kresek putih di jok sebelahnya sebelum akhirnya ia membuka kembali obrolan chat-nya dengan Giska.
Kievlan G: liat bawah deh
Saat Kievlan keluar dari mobilnya, terlihat sosok gadis menyibak gorden jendela lantai atas. Tak lama, sosok gadis itu langsung hilang. Kievlan yakin jika perempuan itu langsung berlari keluar rumah.
Kievlan menyandarkan punggungnya di pintu mobil dengan satu tangan masuk ke dalam saku celana. Senyumnya mengembang melihat Giska tengah memasukkan ponselnya sebelum membuka pagar rumah.
"Lo udah daritadi di sini?!"
Kievlan mengangguk.
Masih kaget, Giska geleng-geleng kepala melihat tingkah laki-laki yang berdiri di hadapannya. Kievlan ikutan menggelengkan kepalanya, meniru kekasihnya.
Keduanya lalu tertawa. Mata mereka sempat beradu, namun yang laki-laki keburu berpaling ke bawah.
"Oh ya," Kievlan menyodorkan kresek putih bertuliskan 'Superondi' ke Giska. "Nih."
Deg-degan sekaligus gembira, Giska menerima kresek itu tanpa canggung. Gadis itu tak dapat menahan senyum bahagianya. Ia enggan melihat isi kresek itu sekarang, ia jadi tersipu sendiri.
"Apa ini?"
"Cokelat." Kievlan mengangkat kedua bahunya.
Mati-matian menahan diri agak tidak berjengit, Giska langsung melihat isi kresek. Seketika, senyumnya langsung berubah jadi cebikkan.
"KOK MESIS SIH?"
"Itu lebih banyak dari cokelatnya Aci kan? Kurang sweet apa lagi, sih gue?"
Giska menghela napas. "Lo emang terbaik."
"Gue tau," sahut Kievlan kalem. "Ngobrol di mobil aja kali ya?"
Mereka masuk ke dalam mobil. Kievlan menyalakan AC, dan tape. Laki-laki itu mencari saluran radio yang bagus. Mengamati kekasihnya dalam diam, Giska mengeluarkan ponselnya, membuka kolom obrolannya dengan Kievlan di Whatsapp.
Mendengar notifikasi chat masuk dari ponselnya, Kievlan membuka chat tersebut.
Geriska Cantika: Sebenernya ada sih yang masih mau gue bahas
Kievlan sontak menoleh ke gadis yang masih berkutat pada ponselnya dengan kedua alis tertaut. Lalu, satu pesan lagi masuk.
Geriska Cantika: Tapi gue lebih nyaman omongin di chat aja kayak gini
"Emang kenapa kalo bicara langsung?"
Geriska Cantika: Gue canggung aja kalo ngomongin ini pake mulut gue sendiri
Entah mengimbangi atau apa, Kievlan membalas chat gadis yang duduk di sebelahnya.
Kievlan G: Apa tuh?
Geriska Cantika: Why did you haven't told me yet about her?
Kievlan G: Hah? Her? Siapa?
Geriska Cantika: jangan pura2 gak ngerti
Kievlan G: gue beneran gak ngerti. Asli
Giska menghela napasnya.
Kesunyian yang terjadi di dalam mobil itu semakin pekat. Tidak ada yang menganggu mereka sama sekali. Tidak juga mobil milik tetangga yang lewat. Kievlan memegangi kedua lututnya sambil memandang Giska. Bibirnya terkatup rapat, mulai was-was menebak balasan chat Giska nanti.
Geriska Cantika: Your ex
Kini, giliran Kievlan yang menghela napasnya, ia lalu berpaling ke jendela. Sedangkan Giska menoleh sekilas ke Kievlan sebelum akhirnya ia mengetikkan lagi pesannya.
Geriska Cantika: Jujur gue sempet kecewa aja sih soal sikap lo yang gak pernah bahas seputar mantan. Yah gue gak tau, ya, Kiev apa aja yang pernah lo lewatin sama dia. Maksud gue wujud dia physically kayak apa atau background-nya kayak apa. I don't even know her. Cause you never told me about her. Not even namanya siapa juga gue gak tau
Selama membaca pesan masuk kali ini, Kievlan menggaruk-garuk kelopak mata, ujung hidung, dan dagunya secara bergantian.
Geriska Cantika: sempet pula gue mikir lo masih belum move on atau apa. Paling gak gue pengen aja gitu ada percakapan intense sama cowok gue sendiri.
Kievlan berhenti menggaruk, ia menelan ludahnya.
Geriska Cantika: Gue lebay kali ya kepo sama mantan lo. Padahal mantan lo kan cuma satu, tapi yang jadi pertanyaan tuh kenapa sih lo terkesan berat banget share tentang dia ke gue? Se-spesial itukah dia? Atau gimana?
Geriska Cantika: Ya, it just weird for me.
Geriska Cantika: Yah, gue gak mau aja denger tentang mantan lo dari orang lain. Gue pengen aja dipercaya sama cowok gue sendiri. Kayak gue percayain soal Gama ke lo, gitu. Gue maunya lo terbuka sama gue. Itu aja kok.
Geriska Cantika: Tapi kalo emang lo masih belum siap ceritain soal dia gak papa. Gak masalah. Cuma gimana ya... hahahaha
Geriska Cantika: Yaaa itu aja sih. Hahahaha anjir kok gue bacot banget ya?
Membaca rentetan chat Giska tentang bagaimana cara ia menyayangi Kievlan, entah mengapa hal tersebut dapat membuat laki-laki itu merasa sangat spesial. Kievlan meraih tangan Giska, dan mengambil alih kresek putih dari sela jemari perempuan itu, dan diletakkannya benda itu di atas dashboard.
Sementara Giska tertegun, ia tak tahu harus berbuat apa sampai pada akhirnya Kievlan menggenggam tangannya dan mengecup kukunya.
"Gue tau gue berutang penjelasan ke lo. Tapi, suatu saat gue bakal cerita, gue gak bisa janjiin kapan persisnya. Yang jelas bukan sekarang," ujarnya. "Tapi gue nggak bakal biarin lo tau dari mulut orang lain, dan gue harap lo gak mikir yang aneh-aneh. Karena antara gue sama mantan gue itu udah selesai, gak ada opsi resume atau restart kayak di game. We're exactly done."
Grogi, Giska terkekeh. "Hahaha. Iya.. iya..."
"Lo percaya kan sama gue?"
"Iya."
"Iya apa?" Kievlan menggoyangkan genggamannya.
"Iya gue percaya."
Kievlan mendekatkan tubuhnya, mengelus kepala Giska lalu mengecup bahu gadis itu cukup lama.
"Yaudah sana, masuk gih. Udah malem," kata Kievlan setelah menjauh. "Jangan lupa cokelatnya diabisin ya, sayang."
Giska menatap Kievlan tak percaya. Dan, laki-laki itu tak kuasa menahan tawanya.
"Oh ya, jangan lupa juga di-pap terus jadiin snapgram."
I love you beyond the words, Gis.
Baru juga Giska hendak membuka pintu mobil, suara notifikasi DM Instagram berbunyi, Giska tidak membuka aplikasi itu. Pasti Widura. Gadis itu mendadak khawatir. Namun, dari pop-up yang muncul bukan dari Widura, justru Anika.
Gadis itu menjauh dari Kievlan dan membuka DM dari Anika.
AnikaRizkyana: IG lo masih nyangkut di hp gue.
AnikaRizkyana: Gue harap antara lo dan Widura ga seperti yang gue pikirin
TADAAA PART INI MASIH AYEM YEEE NEXT PART SIAP2 AJA HEHEHEHEHE
/ naif medianya tanpa edit dulu hehe:( /
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top