32. Sebal

maafkan diri saya yg super telat karna urusan di real life baru tuntas hari ini huhe:(

vote dulu yuk biar dinda dan geng di naif seneng<3

Troye Sivan - Strawberry and Cigarettes

"Gue jadian sama Kievlan."

Ketiga perempuan berseragam SMA La Verna yang duduk di bangku panjang pos satpam tertegun setelah mendengar ucapan Giska. Anika mengerjap dua kali, Estrella melongo, sedangkan Aci menatap kosong wajah Giska yang berdiri di depannya.

Tidak ada yang bersuara, selain kipas angin.

Giska menatap Estrella dan Aci bergantian, hanya Anika yang tidak ia tatap. Entah mengapa menatap Anika adalah bukan hal yang tepat untuk dilakukan sekarang ini.

"MWORAGGU?!" Teriakan Aci secara resmi jadi pemecah keheningan. (APA LO BILANG?!)

"Wow," Anika menghela napas, ia meletakkan ponselnya ke meja yang disediakan di pos. "So you agreed with it?"

"Gue gatau..."

Air muka ketiga teman Giska perlahan berubah. Nampak menyadari kebenaran yang ada di dalam perkatan Giska. Dan sekilas, Giska merasakan sebuah penyesalan hadir di balik dadanya.

"Aduh, Geriska Cantika... kok gak tau? Kan kalo lo ngomong jadian gitu artinya lo nerima dia dong?" Anika jadi gemas sendiri.

"Tau. Lagian apalagi, sih yang lo takutin?" Aci mulai gemas. "Ih tapi gue seneng loh dengernya!"

"Dia gak nembak gue, guys."

"Loh loh loh? Terus itu gimana ceritanya bisa kayak gitu?" Anika langsung memajukan tubuhnya, meminta penjelasan yang lebih detail.

Giska menarik napas entah mengapa ruangan ini terasa begitu pengap. Entah mengapa ia tidak punya keberanian untuk menceritakan detail tentang kejadian tadi.

"Gis?" Anika kembali menegur.

"Ya... gitu." Hanya itu yang keluar dari mulut Giska.

Soal ciuman itu, Giska tidak mau menceritakan pada siapapun. Agaknya kurang etis saja menceritakan hal tersebut.

"Gitu gimana?" Estrella yang baru berkomentar, mengernyit heran. "Coba deh jelasin yang bener."

"Ah, pokoknya dia langsung bilang kalo kita jadian."

Aci menggaruk kepalanya. "Ih, kok aneh sih?"

"Kipli kan emang dari dulu aneh," kata Anika. Sebungkus permen karet yang tadi di tangan kanannya langsung ia buka sebelum dimasukkan ke dalam mulut.

"Kalo menurut lo gimana, El?"

Estrella akhirnya menurunkan ponsel dan memasukkan benda itu ke dalam saku kemejanya. "Ya, kan kalian jatohnya udah resmi jadian kan ya?"

"Tapi gue heran aja gitu, gue kan belom kasih dia jawaban apa-apa." Giska menelan ludahnya. "Dia kan ga ada embel-embel nanya mau apa ngganya gue jadi cewek dia, main resmiin sepihak gitu."

"Sekarang keputusan ada di kamu," kata Estrella. "Leave him, or keep him?"

"Gue bingung ah..." Giska menggaruk kepalanya. "Tapi gue kok ngerasa gimana gitu ya pas dia nanya kaya tadi,"

"Gimananya itu yang lo maksud kayak apa?"

"Ya.. gitu lah pokoknya."

"Ah, Giska mah! Gitulah pokoknya mulu." Aci jadi ikut jengkel.

"Sekarang gini, deh. Just make it simple," kata Anika. "Lo suka dia atau nggak?"

"Gue gak bisa langsung pukul telak perasaan gue." Giska mengusap wajahnya sebentar. "Tapi yang jelas gue kayak... adalah ngerasa something sama dia."

"Yaudah, kalo gitu artinya suka." Aci jadi gregetan. "Hadeh ribet bener..."

"Tapi gue rada takut,"

"Takut apa?"

"Gue takut aja kalo dia bakalan lakuin apa yang Gama lakuin ke gue."

"Gama dan Kievlan itu dua orang yang berbeda kali, Gis. Ya meskipun ada beberapa persamaannya, tapi mereka itu dua orang yang berbeda," kata Estrella.

Anika dan Aci hanya manggut-manggut memberi respons setuju pada statement Estrella.

"Ya, kita tau kamu punya luka. Tapi pasti hati kecil kamu bilang Kievlan itu baik kan, Gis?" tambah Estrella.

Bila Aci merespon omongan Estrella dengan anggukan antusias, lain halnya dengan Anika. Gadis itu langsung terpekur satu hal.

Satu hal yang ia yakini akan terjadi dalam waktu dekat.

Mendapati ketiga temannya sudah pulang duluan, Giska keluar dari pos satpam menoleh ke kanan dan mendapati Kievlan sedang berdiri di parkiran mobil bersama teman-temannya. Namun, laki-laki itu tidak menyadari keberadaannya.

Terlihat laki-laki itu tengah menoleh ke arah kantin, seolah sedang mencari seseorang, dan dalam hati Giska, ada sedikit harapan jika dialah sosok yang dicarinya.

"Giska!" Teriakkan Tamam yang berdiri di sebelah Eja membuat Giska dan Kievlan cs sama-sama menoleh ke sumber suara. "Belom pulang?"

Yang ditanya hanya tersenyum sambil menggeleng singkat.

Kievlan berpaling, melihat ke arah kiri dan mendapati Giska sedang menatapnya. Maka, dihampirinya kekasihnya itu.

"Pak Bahar udah masuk lagi kan?" ujar Kievlan seraya membenarkan tali ransel Giska yang miring.

Loh?

"Kalo nggak lo naik ojol aja ya. Gue mau ngumpul sama anak-anak," ucap Kievlan sebelum ia mundur dan bergabung lagi dengan teman-temannya.

Sama sekali laki-laki itu tidak memberikan kesempatan kepada lawan bicaranya untuk membuka mulutnya.

Giska bergeming di tempat. Ia tidak menyangka kalau Kievlan melakukan hal ini. Ia pikir, Kievlan akan mengantarnya pulang -karena hari ini kan hari pertama mereka jadian.

Padahal sengaja tadi ia membiarkan ketiga temannya pulang duluan. Karena Giska pikir dirinya akan pulang bersama Kievlan.

Ternyata, dia salah.

Lagipula status Kievlan kan pacar, bukan sopir. Iya kan?

Giska mengeluarkan ponselnya, saat ia hendak membuka aplikasi ojek online, ada sebuah notifikasi muncul dari Instagram.

RespatiWidura started following you.

Kira-kira sekitar tiga bulan sudah Widura tidak menginjakkan kakinya di rumah ini. Terbukti dari piano yang berubah letaknya, cat dinding yang berbeda, dekorasi dinding, jam dinding yang beda, juga wajah-wajah pekerja rumah yang asing, terkecuali---

"Wow."

---orang ini.

"Hai, kak." Widura tidak peduli terhadap kemarahan yang terpancar di mata Mayang melihat kedatangannya.

"Masih inget jalan pulang ternyata?"

Siapapun pasti akan bergidik melihat garangnya wajah perempuan berumur 21 tahun di depannya.

"Chill. I'm not came for that."

"So what do you want?"

Bukannya menjawab, laki-laki itu malah menyahut, "Papa mana?" Ujar Laki-laki berkaos hitam polos itu.

Tiba-tiba tanpa diduga oleh siapapun, perempuan berkaos Jeep itu maju berjalan ke arah Widura. Satu tangannya merampas ponsel dari genggaman adiknya, dan satu lagi mendaratkan tamparan keras di pipi Widura.

"Sakit lo ya. "Mayang menggeleng tak percaya. "Bener-bener sakit."

Hening.

Helaian rambut Widura jadi tersibak, air mata Mayang langsung berjatuhan tanpa diminta. Entah mengapa sakit sekali melakukan hal ini. Tangannya terasa panas, hatinya tercabik melihat tingkah adiknya begini. Sakitnya dua kali lipat; batin maupun fisik.

Waktu menunjukkan pukul sembilan pagi saat Giska sedang membuka website demi website streaming menonton film yang bagus untuk mengisi waktu kosongnya di laptop.

Ia lalu mengambil ponselnya, membuka Instagram, melihat akun yang baru daftar, following-nya hanya tiga, namun followers-nya sudah ada lima puluh. Akun tersebut tidak ada foto profilnya bahkan ia pun belum mem-posting foto sama sekali. Dan, kegiatan stalking itu harus terinterupsi saat melihat ponselnya berdering.

Kievlan calling...

Giska memutar matanya, tidak langsung menjawab panggilan. Sejujurnya ia masih sebal terhadap tingkah kelewat cueknya laki-laki yang baru saja menyandang status kekasihnya itu.

Giska yang tadinya tengkurap langsung terduduk di kasurnya. Akhirnya ia terima panggilan tersebut.

"Wir?"

"Hm?" sahutnya dingin.

"Baru bangun lo?"

"Nggak,"

"Eh, nyalain dong kameranya."

"Nggak ah."

"Ah, gitu lu..."

"Ngapain sih ah elah?"

"Ya emang kenapa, sih gue mau liat komuk cewek gue sendiri?"

Giska menekan opsi play di laptopnya dan kembali tengkurap di kasur. "Gak!"

"Cailah, gak mau banget keliatan jelek depan cowoknya, sih."

"Serah."

"Yaudah, dah kalo gak mau nyalain."

Giska diam, tidak menjawab.

"Lo marah ya?"

Giska masih mengunci mulutnya rapat-rapat hingga terdengar helaan napas berat di seberang.

"Wir?"

Kali ini deheman singkat.

"Wir?"

Sekarang dengusan pelan.

Sialnya, hal ini memicu kedua ujung bibir Giska melengkungkan senyum. Namun dengan cepat ia langsung menghilangkannya lagi.

"Gue gak bakal matiin sampe lo nyaut."

Setelah jeda sembilan detik, akhirnya Giska mengeklik icon kamera dan melihat lurus ke layar ponsel, mendapati seorang laki-laki sedang duduk di jok mobil. Senyum jahil menghiasi wajahnya.

"Apaan?" Giska memasang raut sedingin yang ia bisa.

"Woelah ada yang marah nih ceritanya?"

"Marah kenapa? Marah buat apa juga?"

"Kan tau marah gak ada gunanya," kata Kievlan."Makanya jangan marah kalo gitu."

"Lagi di mobil?" Giska langsung mengalihkan topik.

"Nggak. Di getek."

"Jayus."

"Tambunan."

Giska melotot. "Gayus!"

"Buat mandi."

"Gayung!!"

"Buat neduh."

"Kievlan!" Giska nyaris kehilangan kesabaran. Ia jadi kesal sendiri menghadapi kelakuan pacarnya yang sama sekali tidak ada dewasanya.

"Apa, sayang?"

"Ish!" Giska refleks menahan senyumnya. Ia memutar matanya dan menggigit bagian dalam pipinya.

Dan Kievlan tidak bisa menahan tawanya melihat tingkah pacarnya yang jaim-jaim sok malu. "Lo mending mandi terus siap-siap."

Mata Giska membelalak lebar. "Loh? Lo mau ngajak gue pergi?"

"He'eh..."

"Sekarang?"

Hidung Kievlan mengerucut, pura-pura mikir. "Karna kalo tahun 3000 guenya keburu mati, tuh, mbak."

"Kievlan, mah! Serius ah!"

Kievlan terkekeh. "Loh? Salah saya dimana?"

"Dih. Yaudah gue males pergi kalo gitu."

"Yaudah tinggal gue klaksonin rumah lu."

"Lah terserah. Gue gak bakal keluar."

"Yaudah tinggal gue klaksonin terus sampe lu keluar."

"Biarin, nanti diomelin warga."

"Biarin, kalo perlu biar sepadepokan pada tau cewek gue pemales."

"Sinting." Mati-matian Giska menahan tawanya. "Emang mau ke mana, sih?"

"Ada, deh."

"Sok surprise, deh geli."

Dari tempatnya duduk Giska sebenarnya gregetan sendiri, sepertinya sangat tidak mungkin seorang Kievlan Gautama memberinya surprise atau hal-hal lucu seperti di film-film. Karna Giska sangat tahu tipikal Kievlan yang praktis dan anti ribet.

"Yaudah ah! Buruan kek gue daritadi udah nungguin!"

Giska mengernyit. "Loh? Maksud lo?"

"Buka jendela lo makanya, keluar kalo perlu."

Giska refleks menjauhkan laptop di hadapannya sebelum ia turun dari kasur. Kemudian ia membuka pintu kamar, berlari ke arah balkon.

"Dasar sinting," ujarnya begitu melihat sosok Kievlan yang melambai-lambai di dekat got di sebelah mobilnya.

emang sinting dia wkkww

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top