2. Rumah Nenek

SALES - Jamz

Bel pulang berbunyi. Suasana lobby yang tadinya sepi langsung riuh ketika para murid keluar dari kelas masing-masing.

Kecuali warga kelas XI IPS 4, beberapa dari mereka ada yang masih mengobrol, ada juga yang masih betah wifian di kelas, sisanya memasukkan buku ke tas siap-siap pulang. Karena guru mereka baru keluar.

"Temen-temen, ada hal penting yang mau gue omongin," suara Ghazi-- ketua kelas XI IPS 4, menginterupsi aksi mereka.

"Kievlan kasih saran untuk bikin groupchat WA atau LINE kelas, gue mau kalian semua add dua nomor ini. Nomor gue dan nomor Kievlan." Lanjut laki-laki yang berdiri di depan papan tulis itu.

"Tai. Kipli jadi admin ngerusuh doang dah pasti." Celetuk Tamam yang disambut keheningan warga kelas.

"Semua akan gue jadiin admin."

Ghazi membalikkan badannya menghadap papan tulis, dan menuliskan dua nomor telepon. Saat Giska mengetikkan passcode, gerakan jarinya seolah terpause sesaat. Gadis itu mengangkat matanya, menatap papan tulis, dan fokusnya terhenti pada nomor Kievlan.

Dia ragu untuk menambahkan nomor Kievlan atau tidak. Bukannya apa-apa, Giska masih awkward sekaligus gak enak hati pada Kievlan.

Gak usah di add dulu kali ya?

"Tapi dilarang kick atau left seenaknya, karena isinya untuk kepentingan kelas atau kalo mau ngerusuh juga gak papa. Yang penting gak ada drama." Lanjut Ghazi panjang lebar.

Giska mengetikkan nomor Ghazi yang tertera di papan tulis dan menambahkan di kontakynya. Tak lama kemudian, muncul sebuah pop-up notifikasi dari LINE,

Hisbatul Ghazi added you as a friend.

Oh nge-addback? Gercep juga.

Hisbatul Ghazi: Yuk, ngobrol dengan teman baru!

"Kok nomor gue gak di-add juga?" Tanya suara bariton dari belakang.

Shit! Sejak kapan dia di situ?

Belum menoleh, Giska malah menyenggol Estrella, bermaksud minta bantuan teman sebangkunya itu. Tapi, hanya dijawab kernyitan dahi oleh Estrella.

Giska membalikkan tubuhnya, harap-harap cemas merespon Kievlan. "Kan nanti bisa diadd lewat grup," ujarnya kalem.

"Ok. Gue tunggu." Kievlan manggut-manggut, dan berdiri di sebelahnya. "Pulang kemana nanti?"

"Maaf?"

Iris biru itu tetap memerhatikan Estrella dan Giska bergantian, hingga berhenti di Giska yang enggan sekali mengangkat kepala untuk menatap Kievlan. "Gak papa, gue maafin." Kievlan menjulurkan tangan kanannya. "Kievlan."

"Ya kan gue udah tau nama lo." Giska tertegun menatap tangan Kievlan, agak ragu menerima uluran tangan itu.

Seolah tidak peka, Kievlan belum menurunkan tangannya, tangannya masih terulur, minta disambut. Akhirnya Giska terpaksa mengalah dan menyambut uluran tangan itu.

"Giska." Dua detik setelahnya, gadis itu melepas tangannya.

"Nanti balik kemana?" Kievlan masih mengulang pertanyaannya tadi.

Estrella akhirnya angkat suara. "Kiev, please deh."

"Ya, pulang ke rumah lah." Giska sengaja menekankan kata 'lah', pertanda kalau dia ingin obrolan ini berakhir saat itu juga.

"Rumah siapa?"

Apaan sih nih orang?!

"Ya, rumah orangtua."

"Oh, kirain ke rumah nenek," kata Kievlan kalem. "Kalo gitu salamin ya."

"Hah?"

Giska melirik Estrella yang membuang muka, terlihat jelas sekali teman sebangkunya itu sedang menahan tawa.

"Salam buat nyokap gue?" Begonya Giska malah bertanya.

"Bukan lah. Nenek lo." Laki-laki itu mengusap dagunya. "Utamakan yang lebih tua dulu dong, baru yang muda. Gimane sih lu."

Giska mendengus, lalu membalikkan tubuhnya lagi ke depan. Cukup sudah. Giska malas membicarakan hal-hal absurd dengan orang absurd.

'Gaje parah nih orang.'

"Ok, boleh bubar sekarang."

Tepat saat Ghazi bicara begitu, Giska langsung berpindah dari tempatnya, dan melangkah cepat keluar kelas. Sengaja ingin menghindari Kievlan.

"Kamu rencananya mau ikut ekskul apa nanti, Gis?" Tanya Estrella sambil menyetarakan langkah Giska.

"Akustik kayaknya," Giska menjilati bawah bibirnya yang mulai kering. "Ada nggak kira-kira?"

"Band gitu ya?" Estrella memastikan, dijawab anggukkan kecil oleh Giska. "Ada. Tapi kamu harus cari team dulu."

"Lo bisa nyanyi atau main alat musik?"

Estrella merengut lucu. "Aku bisanya main suling sama pianika tau, Gis."

Giska tertawa renyah. Dalam diam Giska memperhatikan Estrella. Wajahnya cantik dan imut, attitude-nya bagus, pokoknya tipikal anak rumahan yang manis. Tak jarang Giska memuji Estrella dalam hati.

"Oh ya," Estrella berhenti melangkah, membenarkan kunciran rambutnya.

Giska ikut berhenti. "Barangkali kamu tertarik ikutan tim akustik band di luar sekolah, kebetulan kafenya Aci suka ngadain band." Tambah Estrella.

Lalu mereka berjalan lagi. "Serius? Akustik kafe?" Giska membenarkan posisi tasnya agar tidak merosot. Dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum. "Boleh aja sih, tapi bantuin ngomong ke Acinya, yaa?"

"Beres!" kata Estrella. "Eh, accept groupchat squad yang di LINE dong. Kamu udah aku invite tadi."

"Bentar." Giska mengambil ponselnya, dan membuka LINE. Dia menerima ajakan bergabung di groupchat yang dibuat oleh Estrella. "Udah nih ya."

Estrella berhenti berjalan, hendak berbelok ke lorong sebelah kanan. "Aku mau ke TU dulu ya, ntar kita janjian di post satpam ok?"

"Gak mau ditemenin?"

"Gak usah, gak papa. Duluan aja ntar pasti aku nyusul kok."

Giska mengangguk lalu berbelok ke kiri, melewati lorong loker, masih berkutat dengan ponselnya dan membuka groupchat barunya di LINE.

'Anti Gibahin Orang Club'

Anika Rizkyana: iya masa otang ngomong kaya gt. Yaudah ga gw bales lagi

Rahisya: Emang dasar lelaki karpet si otang. Lu juga ppabo
Rahisya: eh! Giska udah join!^^

Anika Rizkyana: hai giska! Welcome to anti gibah squad!

Rahisya: Annyeong hasimnika giska-sshi!

Geriska Cantika: hai wkwkwkw salfok sm nama grupnya😂
Geriska Cantika: btw, rahisya itu aci?

Rahisya: ne naneun🌞
*(ne naneun: ya gue)

Anika Rizkyana: jan mulai dah
ci. kasian anak orang-_-

Geriska Cantika: rahisya biasanya dipanggil ica dah perasaan😂😂😂

Anika Rizkyana: kan ada filosofinya dibalik nama A-C-I

Geriska Cantika: apaan?😂😂😂

Rahisya: AnakCIputat🌚

Anika Rizkyana: ntar kita ngumpul di post yaa

Geriska Cantika: iya tadi estrella juga nyuruh gt. Dia lg di TU

Rahisya: dia lg bayar spp?

Anika Rizkyana: kaga. Bayar galon.

Rahisya: haha anni funny ne?

Geriska Cantika: aci ngomong apaan dah ngga ngerti gw wkwkwk

Anika Rizkyana: gausah dingertiin dia mah gis. Cukup Eja aja yang mengerti BHAK!
Anika Rizkyana: e kok lucu ya Eja-Aja :(

Rahisya: paan silu terong tailan

Estrella: hiii! Kalian harus tau!!!
Estrella: Aku kan udah bayar 3 bulan ya. Tp kata bu raya aku baru bayar 2 bulan masa-_-
Estrella: malesin bgt kan? Hih!

Anika Rizkyana: lu nilep kali
Anika Rizkyana: karna ga mungkin bu raya korupsi. Dia kan udah haji

Geriska Cantika: AHAHAHAHA GEBLEK ANJIR😭

Estrella: ci! Suka ngadain band kan?

Rahisya: iya. Wae?

Estrella: giska mau perform tuh!

Rahisya: boleh boleh! Dateng ya ntar malem udah bisa manggung kok! Mau nyanyi atau apa?

Geriska Cantika: gitar ci, ada ga?

Rahisya: ntar gue tanyain mas danang ya gis

Geriska Cantika: tp jangan manggung hari ini juga. Gue belum siap :(

Rahisya: siap sayangkuuu❤

Anika Rizkyana: asik dah! Gue nonton pasti gis!
Anika Rizkyana: e pada dimana nih gw udah di depan post nih sendirian :(

Geriska Cantika: iya sabar ini masih otw :(

Rahisya: gw di sebelah lu padahal ssekya!
*(ssekya: berengsek)

Anika Rizkyana: oh ya? Gw tida melihat apapun tuh
Anika Rizkyana: btw pulang sekolah ke pim yuk! Nonton!

Rahisya: bct.

Hampir seluruh fokus Giska tercurah ke benda persegi panjang itu. Jari-jarinya sibuk mengetikkan pesan pada obrolan di LINE sambil berjalan. Sesekali dia terkekeh dan--

"EH!" Giska refleks memekik.

Mata Giska melotot, lantaran terkejut bukan main. Jika saja laki-laki di hadapannya ini tidak menarik tangannya, tubuhnya nyaris terhuyung ke lantai.

Seseorang telah menjegal kakinya.

Sontak, lengkungan bibir gadis itu berubah jadi membulat. Lain halnya dengan lengkungan bibir laki-laki itu yang membentuk senyum jahil. Tentu, dari sinilah Giska tahu,

Laki-laki inilah yang menjegal kakinya.

"Apaan sih lo?!" Giska refleks membentak. Membuat guratan tercetak jelas di lehernya.

"Lah? Kok marah?" Laki-laki itu berujar kalem. Senyum jahil itu belum menghilang dari bibirnya, jelas sekali dia menikmati keadaan.

Asli. Tengil parah.

"Ya maksud lo tuh apa bikin gue kesandung kayak gini?!" Giska akhirnya ngegas.

"Tuh liat, kalo gak gue jegal kaki lo. Lo nabrak bangku, terus nyungsep. Mau lo?" Laki-laki itu menunjuk bangku panjang dekat tong sampah.

Benar saja, ah sial!

Giska benar-benar malu sekarang. Tanpa merespon apa-apa, Giska mempercepat langkahnya, menjauhi cowok itu. Intinya Giska jengkel pada cowok itu walaupun cowok itu benar.

Kenapa cowok itu selalu bisa membuatnya terlihat bodoh sih?!

"Makanya jalan jangan main hape!" Teriaknya dari belakang. "Jangan lupa add kontak gue!" Tambahnya seraya berlari ke arah lain.

Kievlan turun dari Peugeot 3008 yang ia kendarai. Dia menginjakkan kaki di salah satu rumah di kawasan Darmawangsa, Jakarta Selatan.

Pintu rumahnya yang berwarna hitam dan tinggi besar terbuka, kedatangannya disambut dua orang berseragam pelayan di dalam. Satu laki-laki dan satu perempuan.

"Assalamualaikum,"

"Wa alaikum salam," sahut dua pekerja itu.

"Eh, a'a apa kabar?" Tanya yang laki-laki.

Bukannya menjawab, Kievlan malah bertanya. "Gimana keadaan nenek sama Aufar?"

"Alhamdulillah, baik ceunah," Jawab Lelaki berseragam pelayan itu semringah. Dia melirik perempuan di sebelahnya. "Eh, si Lis! Malah bengong! Sana buatin minum!"

"Eh, gak usah, Teh. Gak papa. Aa bentar lagi juga balik."

"Yaudah, kalo gitu Lis balik ke dapur ya, a."

"Mereka pada dimana?"

"Si adek mah masih main di rumah temennya," kata pria berseragam pelayan itu. "Kalo nenek mah lagi tiduran di kamar."

"Siapa temennya?"

"Si Bayu?"

"Tapi, Mang Albert kenal kan sama dia?"

"Atuh da kenal banget lah saya mah sama dia!" Seru Alek--- kepala pelayan rumah. "Ih! Si Aa masih aja manggil saya Albert!"

"Hahahaha Makan yang banyak, mang. Biar gemuk, Teh Lis juga, bilangin."

"Beres atuh!" Alek tersenyum semringah. "Tapi A--" senyum Alek memudar.

Melihat perubahan mimik Alek, Kievlan bertanya. "Kenapa lagi, mang?"

Alek menutup sisi wajahnya, hendak membisik. "Kemaren orang polisi nelepon lagi, kumaha atuh a? Untung saya yang jawab. Saya takut kalo tiba-tiba nenek yang angkat teleponnya," Jawab Alek pada akhirnya, dengan suara pelan dan terlalu cepat untuk didengar.

Namun Kievlan tidak tuli, dia mendengar kata-kata itu begitu jelas.

"Yaudah iye gampil itu. Slow down, mang. Yang penting jagain nenek sama Aufar ya." Kievlan nyengir lebar, berupaya menyembunyikan kepanikannya.

"Soal polisi biar a'a yang urus." Tambahnya sambil menepuk pundak Alek sebelum berbalik meninggalkan rumah neneknya.

/g i s k a/

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top