16. Can't Take My Eyes Off Of You

Jangan lupa divote ya guys, makasih❤🐝

Reneé Dominique (Cover) -
Can't Take My Eyes Off of You

Menu sarapan Giska hari ini dengan segelas susu stroberi dan dua lapis roti berselai stroberi. Sementara Gita di sebelahnya sarapan dengan segelas susu cokelat dan roti berselai nutella. Namun yang berbeda dari sarapan biasanya, tanpa Arman---Papa Giska yang sudah berangkat duluan.

"Semalem ada yang nelepon. Nyari kamu." ujar Puspa---mama Giska.

"Siapa?"

"Itu loh..." Puspa menarik poci berisi teh yang isinya tinggal setengah mendekat. "Temen kamu dulu di Bhakti Luhur."

"Siapa?"

"Si anu," kata Puspa. "Nanda."

Mendadak jantung Giska berdebar-debar tidak karuan. Gadis itu mematung di tempat duduknya karena sejujurnya, ia harus teringat kembali ke masa yang ia sesali seumur hidupnya. Sebab, orang tersebutlah penyebab kepindahannya.

"Dia bilang apa?" ujar Giska pada akhirnya.

"Cuma tanya kapan kamu free."

"Tapi, dia gak nanya apa-apa lagi, kan, Ma?" Kali ini suara Giska begitu pelan dan terlalu cepat untuk didengar. Namun Puspa tidak tuli, ia mendengar kata-kata itu begitu jelas.

Merasakan aura tegang di diri anaknya, Puspa menggelengkan kepalanya. Terpaksa ia berbohong. Hanya satu inginnya; ia ingin anaknya bangkit dari keterpurukannya. Sekarang Puspa tahu, trauma anaknya belum sepenuhnya sembuh.

Dan, wanita itu tidak akan membiarkan anaknya dijadikan kambing hitam lagi.

Kesempatan dalam kesempitan, Kievlan memajukan kepalanya. Berhubung Bu Syifa sedang menerima panggilan telepon di luar kelas. Kievlan terus-terusan mengganggu Giska. Mulai dari menarik rambut, hingga mencolek-colek belakang kepala perempuan itu

"Dih! Lu kagak keramas ya, Wir?" Kievlan memajukan kepalanya, dan mengendusi rambut Giska lamat-lamat.

"Enak aja! Wangi, ya!"

"Bau ege rambut lu!" Seru Kievlan.

"Berisik!"

"Tuh kan!" Tangan Kievlan mengambil rambut Giska, lalu ia mengendusinya. "Bau mbak-mbak pasar malem!"

"IH!" Sentak Giska, refleks menghindar lalu berbalik. "Gak usah cium-cium rambut gue!" Lanjutnya, sambil menyampirkan rambutnya ke bahu.

"Emang dasar anak anjing. Modus mulu lu!" Tamam menjitak kepala Kievlan, pelan. Namun, yang dijitak hanya terkekeh.

Tak sampai lima belas detik, Bu Syifa kembali lagi ke kelas. Wanita itu berdiri di depan papan tulis dengan stick konduktor, siap memandu kelas.

"Baik, ayo ulang lagi," kata Bu Syifa. "Dimulai dari alto."

"Tanah airku Indonesia,"

Kievlan yang kebetulan bersuara alto, megap-megap mengikuti lirik teman-teman sekelasnya yang bernyanyi walau sesekali dia menguap. Karena kenyataannya, ia sama sekali tidak bernyanyi. Tentu ia lipsync. Bukannya apa-apa, Kievlan selalu saja mengantuk bila disuruh bernyanyi bersama seperti ini.

"Negeri elok amat kucinta,
Tanah tumpah darahku yang mulia,
Yang kupuja s'panjang masa,"

Sebenarnya, banyak sekali momen yang membuat rasa kantuknya meningkat. Mulai dari menyanyi bersama hingga khotbah shalat jum'at. Ya, meskipun liberal begini, urusan shalat jumat, Kievlan selalu rutin menjalaninya dua minggu sekali. Bebal sih, karena kalau nggak bebal kan bukan Kievlan namanya...

"Tanah airku aman dan makmur
Pulau kelapa yang amat subur
Pulau melati pujaan bangsa
Sejak dulu kala,"

Dan untuk kesekian kalinya, cowok itu menguap.

"Melambai-lambai
Nyiur di pantai
Berbisik-bisik
Raja klana,"

Entah mengapa bait ini terdengar begitu merdu seperti lullaby di telinga Kievlan. Kelopak mata Kievlan sudah tak sanggup lagi untuk terbuka lebih lama. Akhirnya laki-laki itu membenamkan wajahnya di lipatan kedua tangannya di atas meja. Dan tak butuh waktu lama bagi Kievlan untuk tak sadarkan diri.

Tamam yang duduk di sebelah Kievlan, meringis begitu ekor matanya mendapati Kievlan yang sudah tak sadarkan diri. Ia memutar sedikit posisi duduknya agar bisa menutupi Kievlan dari jangkauan pandang Bu Syifa yang masih memandu paduan suara. Tamam agak ngeri kalau Bu Syifa tahu Kievlan tertidur saat pelajarannya berlangsung.

"Baik. Cukup dulu." Bu Syifa tiba-tiba mengepalkan satu tangannya, inturksi untuk berhenti.

"Bangun, goblok." bisik Tamam setengah memekik. Dilihatnya Bu Syifa tengah berjalan ke arah mejanya.

"Tamam," tegur Bu Syifa yang kini di hadapan Tamam, dan cowok berbehel itu tersentak sambil mengerjap.

"Iya, Bu?" sahut Tamam, gelagapan.

"Kok temanmu tidur? Kemarin meronda sampai subuh ya?" sindirnya, membuat Tamam memejamkan matanya.

Seluruh mata di kelas tertuju kepada Kievlan yang masih bergeming. Bu Syifa mengetuk tangan Kievlan dengan spidol. Namun, muridnya itu bergeming.

"Kievlan," panggil Bu Syifa dengan kharisma killer-nya seperti biasa.

Yang dipanggil masih bergeming.

Seisi kelas membeku seketika.
Merasakan aura negatif yang berasal dari tempat Kievlan. Sementara laki-laki itu menggosok rambutnya. Merasakan posisi tidurnya mulai tidak nyaman, Kievlan mengganti posisi kepalanya dari yang di kiri ke kanan, dengan mata terpejam.

"Kievlan!" Sentak Bu Syifa, geram.

"Eh! Biasa aja---" bibir Kievlan menyengir lebar begitu sadar Bu Syifa memanggilnya. "---kali."

"Saya mau kamu nyanyi di depan sambil main gitar!"

"Mampus." Gumaman super pelan itu meluncur begitu saja dari mulut Tamam.

"Saya?" Kievlan menunjuk wajahnya dengan telunjuk. "Nyanyi sendirian?"

"Tidak ada protes!"

"Saya gak hapal lagunya bu!" Kievlan mencoba bohongi Bu Syifa. Namun wanita itu meresponnya dengan pelototan tajam khasnya.

"Cepat!"

"Yah? Pake gitar?" Kievlan memasang ekspresi dongo yang dibuat-buat. "Saya, mah bisanya lagunya Mbah Surip, doang, Bu?" Lanjutnya, diikuti gelak tawa seisi kelas.

Kali ini, tidak ada kalimat yang keluar dari bibir Bu Syifa. Namun tatapan mata wanita itu yang menajam membuat Kievlan langsung bangkit, menurut. Jujur saja, ia malas berurusan dengan mood perempuan.

"Dasar attention seekers!" rutuk Giska, pelan.

Mata Giska masih beralih ke papan tulis. Terlihat, Kievlan mengambil gitar akustik yang tergeletak di pojok tembok. Tatapan gadis itu menajam saat jemari Kievlan mulai memetikkan senar. Pasalnya, kunci yang dimainkannya begitu tepat. Bahkan tergolong sulit bagi pemula.

"You're just too good to be true,
Can't take my eyes off of you,
You'd be like heaven to touch,
I wanna hold you so much,"

"WOOOOOHOOO!!" Cowok-cowok kelas langsung jadi tim hore dadakan. Sementara cewek-cewek hanya mematung. Beberapa dari mereka terkesima, bin kaget melihat Kievlan begini. Sama halnya dengan Giska.

Bisa dirasakan jantungnya mulai berdebar melihat Kievlan. Bukan perasaan jatuh cinta, Giska sendiri tidak mengerti mengapa jantungnya berdebar seperti ini. Namun, matanya enggan sekali menatap Kievlan meskipun mata cowok itu berkeliaran sekeliling kelas.

"At long last love has arrived
And I thank God I'm alive
You're just too good to be true
Can't take my eyes off you"

Tidak seperti biasanya, entah mengapa aura seorang Kievlan mendadak berbeda di mata Giska. Tidak seperti Kievlan yang slengean. Tidak seperti Kievlan yang absurd. Tidak seperti Kievlan yang suka menjahilinya. Di depan papan tulis itu Kievlan benar-benar terlihat stunning...

"El, masa gue---" Giska bersuara pelan, namun Estrella tidak menggubrisnya. Entah ikut terkesima atau memang tidak mendengar ucapan Giska.

Merasa dikacangi, terpaksa Giska kembali melihat ke depan.

"I love you baby
And if it's quite all right
I need you baby
To warm the lonely nights
I love you baby
Trust in me when I say"

Dapat dirasakan debaran jantung Giska semakin menggila saat tatapannya dan Kievlan bertemu.

"Oh pretty baby
Don't bring me down I pray
Oh pretty baby
Now that I've found you stay
And let me love you, baby
Let me love you"

Percaya atau tidak, sejak lirik memasuki kalimat trust in me when I say, mata Kievlan hanya tertuju pada Giska seorang.

/kie x gi/

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top