15. Diantara Mereka
Jangan lupa divomment yaa kalo malas comment, minimal vote ya guys hehe. Makasih ❤🌚
Daniel Caesar feat. HER - Best Part
Gila.
Satu kata itulah yang tepat menggambarkan keadaan keempat anak lelaki yang kini berakhir di apartemen Kievlan. Rajas yang tengkurap di ranjang mengerjap. Agak menyesal menuruti tantangan konyol Kievlan lomba minum tiga botol beer. Kepalanya sudah tidak terlalu pening.
Untungnya Eja masih bisa menghandle diri, dia lah yang menyelamatkan ketiganya saat hangover. Bahkan, semalam mobil yang Eja kendarai nyaris menabrak tiang listrik. Karena saat menyetir, Tamam menciumi pipinya dengan brutal. Mungkin efek terlalu lama sendiri, alam bawah sadar Tamam menjadi kacau.
Laki-laki berparas Batak itu menelan ludah, tangan kanannya mengguncang bahu Eja, bermaksud membangunkan. Namun, Eja hanya mengerang sambil menggeleng. Tanpa kembali merebahkan tubuhnya, ia beranjak mencari Tamam.
Ternyata, keadaan Tamam tidak jauh lebih tragis. Laki-laki itu terkapar di atas karpet ruang tengah dengan kedua tangan meregang serta retsleting celana yang terbuka. Oh, jangan lupakan pula kondisi perutnya yang terbuka.
Laki-laki bersweater army itu berjongkok, menepuk pipi Tamam, menyuruh temannya pindah ke kamar. Namun, Tamam hanya mengangguk dan memiringkan tubuhnya, lalu satu tangannya memeluk jok sofa.
Jengah, Rajas menghampiri Kievlan yang sepertinya di balkon. Kievlan yang sedang mengisap rokok, langsung menoleh saat ia mendengar deritan suara pintu dibuka di belakangnya.
"Kesambet apa lu bangun pagi gini?" kata Rajas, berdiri di sebelah Kievlan sambil bersidekap.
"Semalem gue nyaris dimuntahin mbak-mbak, masa." Kievlan terkekeh lalu membuang puntung rokoknya ke bawah.
"Goblok," Rajas tertawa. "Terus?"
"Untungnya pas dia 'uwek-uwek' gue keburu ngehindar." Kievlan terkekeh, lalu memutar posisi, membuat punggungnya bersandar pada pagar. Kedua sikunya ia jadikan tumpuan.
Suara notifikasi LINE, membuat Kievlan menurunkan tangannya. Laki-laki itu mengeluarkan ponselnya dari saku.
Geriska Cantika: P
Diluar kesadaran, kedua alis Kievlan tertarik. Agak heran juga mendapati chat dari Giska. Karena selama ini ialah yang mengechat Giska duluan.
Kievlan G: Q
Kievlan G: tumben chat duluan? kangen ya?
"Cari makan yuk," ujar Rajas.
Tidak ada jawaban, Rajas menoleh ke Kievlan dengan kening mengerut. Dilihatnya Kievlan tengah senyam-senyum sendiri dengan mata yang masih terpaku pada ponsel.
Mungkinkah Kievlan punya gebetan baru? Setahu Rajas, Kievlan bukan tipikal yang dekat dengan banyak perempuan seperti dirinya. Kalau sudah klik dengan satu perempuan, Kievlan akan mempertahankannya.
Geriska Cantika: terpaksa
Geriska Cantika: pulpen gue kan masih di lo
Kievlan G: hala emang kangen aja ama gue ngaku dah lo
Geriska Cantika: mimpi!
Kievlan G: adalah kunci (read)
Kievlan G: untuk kita (read)
Kievlan G: menaklukan dunia (read)
Kedua sudut bibir Kievlan melengkung, otaknya membayangkan tampang dongkol Giska sekarang. Seru nih.
Kievlan G: bilang aja lu kangen kan ama gua? Gada gua ga rame kan? Segala sepik pulpen. Kangen mah kangen aja kali😏
Geriska Cantika: O
Kievlan G: wow
Kievlan G sents a sticker,
"Hoi!" Seru Rajas.
"Besok sekolah, kuy." Kievlan refleks memasukan ponselnya ke kantong celana khaki tiga perempatnya.
Rajas reflek menoleh lagi ke Kievlan yang kini mendongak menatap gumpalan awan putih yang bernaung di bawah langit biru. Sejujurnya, cukup aneh jika seorang Kievlan Gautama tiba-tiba punya semangat sekolah. Ya, tidak semangat juga sih, mungkin masih di taraf 'ada keinginan untuk bersekolah'.
"Gak, gue lagi pengen sekolah aja."
Rajas mengerutkan keningnya. Tidak mungkin seklasik itu. Ia yakin Kievlan punya moodbooster di sekolah. Pasalnya, jika hanya karena omongan Sandra, Kievlan tidak mungkin seperti ini.
Bisa dirasakan jantung Rajas melonggar. Jika memang Kievlan sudah menemukan moodbooster baru, Rajas benar-benar bersyukur. Setidaknya, sahabatnya tidak lagi berlarut pada bayangan masa lalunya terus menerus.
Kievlan berhak bangkit, begitu pikirnya. Karena Rajas tahu, putusnya hubungan Vera dan Kievlan sama sekali tidak baik-baik saja. Dan obrolan kedua cowok itu berlanjut ke kejadian semalam. Banyak sekali hal-hal yang membuat keduanya tertawa.
Mulai dari; kejadian Eja semalam dimarahi Aci via telepon lantaran membatalkan date sepihak hanya karena lebih memilih ke club bersama mereka, hingga berlanjut ke Tamam yang nyaris berciuman dengan cabe-cabean SMP.
Suara notifikasi LINE kembali terdengar, obrolan kedua cowok itu terjeda sejenak. Rajas yang melihat gerak-gerik Kievlan hanya menepuk ringan pundak sahabatnya, lalu kembali masuk ke dalam.
Geriska Cantika: tadi ada tugas PKN dari Bu Sri, deadline nya minggu depan
Kievlan G: oke makasih ya😘
Kievlan G: sori kepencet. Jangan gampang baper yak sama emot
Geriska Cantika: JIJIK
Selama chattingan, Kievlan tak kuasa menahan senyumnya. Ragam kosa kata sepertinya tidak mampu mendeskripsikan perasaannya pada Giska. Cinta? Tidak. Suka? Belum tentu. Tertarik? Mungkin. Namun, perasaan ini lebih condong ke arah nyaman.
Nyaman.
Setidaknya saat bersama Giska, perempuan itu tidak selalu merendahkan Kievlan. Contohnya seperti tadi, Giska memberinya info tentang tugas. Padahal, Ghazi selaku ketua kelas saja tidak pernah peduli terhadapnya. Mungkin inilah alasan munculnya rasa nyaman itu.
Seklasik itu.
Gerakan jemari Kievlan yang hendak membalas chat Giska, harus terhenti saat ada panggilan masuk dari nomor asing. Laki-laki itu tertegun sesaat, ia tidak langsung menerima panggilan, kakinya mundur ke tempat yang lebih aman.
"Halo?" lanjutnya, setelah menerima panggilan. Terdengar deru napas tak beraturan di seberang.
"Ki."
"Wid----" Mata Kievlan melotot, kaget. "Lo dimana, anjing?!"
Diread doang? Sok banget tuh orang, malah gue yang chat duluan, lagi. Ih!
Sebal karena tidak ada notifikasi chat masuk dari Kievlan. Giska akhirnya membuka kolom chatnya dengan Kievlan, dan menghapus percakapan mereka. Bukannya Giska berharap Kievlan membalas... yah berharap sedikit sih paling tidak Giska tidak ingin menjadi penutup chat mereka. Harusnya Kievlan jadi yang terakhir.
Setelah chat terhapus, ia langsung keluar dari kolom chat tersebut. Malas sekali, nanti kalau tahu-tahu Kievlan balas, langsung ke-read oleh Giska. Bisa-bisa Giska disangka stay di kolom chat Kievlan. Apalagi Kievlan kan tipikal kepedean, nanti Giska dianggap menunggu balasan, ah malas lah pokoknya!
"Eh, liat deh liat deh. Kok mukanya Roy Kiyoshi jadi kayak stroberi ya?" ujar Anika sambil menyodorkan ponselnya ke arah Aci dan Giska bergantian.
"Hahaha! Kayak Kinder Joy ege!" seru Aci.
"Kalo kata gue mah kayak kuaci, dah."
Setelah berkata begitu, Giska yang tadinya tiduran di ranjang, bangkit dan berjalan menuju meja rias kamarnya. Perempuan itu mengambil botol cleanser dan membersihkan wajahnya dengan kapas yang sudah dipenuhi lotion.
"Parah ege komentar netizen bikin ngakak."
Teringat sesuatu, Giska menghentikan aksinya sejenak, ia memutar punggungnya menghadap kedua temannya yang asyik memainkan ponsel sambil tiduran di kasur.
"Guys, kok si Ella gak ikut sih?"
"Dia mah jarang bisa. Nginep-nginepan gitu mah jarang banget dibolehin dia," sahut Anika.
"Tapi guys, gue masih kepo deh sama si Widura itu. Lagian setiap gue tanyain soal dia kenapa kalian kayak bingung gitu sih?"
Suara itu mungkin terdengar pelan. Tapi, baik Aci maupun Anika masih bisa mendengarnya begitu jelas. Dan kali ini Giska mengucapkannya lebih tegas tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Bila Aci memilih diam, pura-pura tuli, Anika menghela napas. Kemudian ia terduduk menghadap Giska dan mengambil boneka unicorn di dekatnya sebelum akhirnya memeluk benda itu. Sementara Giska masih diam, menunggu kalimat yang akan dilontarkan Anika.
"Emang cewek-cewek kelasan lo gak pernah ngomongin dia?"
Giska terdiam, ia mengingat-ingat desas-desus yang dilontarkan teman-teman kelasnya seputar Widura.
"Pernah sih, tapi gue kan pengen denger versi kalian juga."
"Sama aja versi kita sama mereka."
"Emang semengerikan apa sih dia sampe kalian gak pernah bahas dia?"
"Emang kenapa deh lo kepo sama dia?"
Giska mengerutkan keningnya. "Ya, karena dia sekelompok sama gue?"
"Yakin?"
Giska mengangguk antusias.
Melihat Anika terdiam, Giska ikut terdiam, hatinya membenarkan ucapan Anika. Tentu Giska penasaran terhadap Widura. Pertama; karena dia anak baru. Kedua; karena Giska merasa sosok Widura agak creepy.
Giska hanya penasaran. Tidak lebih.
"Sebenernya kita gak bahas dia karena Ella," kata Anika setelah jeda empat detik.
"Kok?" Giska melongo, lalu mengubah posisi duduknya. Matanya membelalak, seperti baru teringat sesuatu. "Jangan bilang dia yang waktu itu Ella curhatin ke gue?" Lanjutnya.
"Curhat apa? Ngeluh gara-gara gak dikabarin?" Ujar Anika, seolah hapal dengan curhatan Estrella. Tanpa melihat kepala Giska yang mengangguk, Anika berpaling ke TV LED yang bertengger di tembok.
"Mereka kan pacaran, Nik," akhirnya Aci bersuara.
"Nggak. Mereka tuh gak jelas pacaran atau nggak," kata Anika. "Complicated gitu."
Kini Giska tertegun, ia langsung teringat curhatan lampau Estrella tentang laki-laki yang gak peka dan sebagainya. Oh, jadi dia sosok yang Estrella maksud....
"Pantesan waktu gue ngomongin Widura dia agak gimana gitu..." kata Giska, pelan.
"Ya lu bayangin aja, digantungin nyaris setaun..." Anika menghela napas. "Tapi jangan pernah cari masalah sama dia."
Satu alis Giska terangkat dua centi. "Dia yang lo maksud itu Widura atau Ella?"
"Widura," kata Anika. "Eh,tapi dua-duanya, deng."
"Dia tuh anak bandel kayak di film-film gitu ya?" ujar Giska, kembali menghadap cermin rias dan membersihkan wajahnya.
"Dia itu bantengnya sekolah."
/k i e v/
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top