1. Tragedi UKS

Rex Orange Country - Loving is Easy

This part including some rude words, so sorry! :(

Jangan lupa vomments yaa :)

"Kamu jangan sendirian, nanti kamu jadi sasaran bully kakak kelas sama anak seangkatan."

Giska yang sedang membawa mangkok bakso refleks menoleh ke sumber suara, dan dilihatnya Estrella tengah duduk bersama kedua teman perempuannya di kursi panjang dekat stan siomay.

Sebenarnya dia paham betul maksud Estrella. Hanya saja, Giska butuh waktu seminggu untuk benar-benar menjadi apa adanya. Dan, hari ini merupakan hari ke-tiga dia jadi murid pindahan.

"Eh, elo..." sapa Giska sekenanya.

"Dia yang waktu Senin pagi itu bukan sih?" Tanya perempuan yang duduk di hadapan Estrella. "Yang gandengan sama si bego?" Lanjutnya frontal.

"Molla," sahut yang di sebelah Estrella. (Gak tau)

"Sini lah gabung sama kita," Estrella tersenyum semringah. "Kenalin, ini Anika," dia menunjuk gadis yang duduk di depannya. "Kalo ini Aci." Lalu menepuk ringan bahu gadis di sebelahnya.

Aci membungkuk sekilas, dan tersenyum lebar, menampilkan lesung pipinya. "Annyeong haseyo!" (Hai!)

Giska tersenyum ramah, "Giska."

"Suka kpop gak?"

Giska menggeleng pelan.

"Sini sebelah gue aja, daripada lo pusing ngomong sama Aci." Anika menepuk tempat di sebelahnya. "Eh, lo sama si bego ada hubungan apa deh?" Lanjutnya to the point.

"Si Bego?" Giska berpikir sebentar. "Oh, Kievlan?" Lanjutnya. Julukan yang terdengar akrab itu dengan singkat menjelaskan kalau mereka berdua sudah lama dekat. "Dia cuma bantu gue nyeberang. Kenapa ya emang?"

"Ikut gue deh sini." Anika tiba-tiba berdiri, dia menarik tangan Giska yang baru saja duduk.

"Eh, mau ke mana?" Giska yang diseret mau tidak mau langsung berdiri dan mengikuti langkah Anika. "Nik!"

Tak lama, perjalanan mereka akhirnya berhenti di koridor lantai dasar gedung sekolah, mereka masuk ke dalam UKS yang pintu dan jendelanya ditutup.

"Kita mau ngapain ke sini?" tanya Giska, heran.

"Tuh, coba lo masuk ke dalem." Anika melipat tangannya di depan dada.

"Nggak ah!" tolak Giska mentah-mentah. "Ngapain, sih? Lagian gue kan gak sakit. Mending balik ke kantin lagi aja yuk!" perempuan itu hendak pergi.

"Lo mau tau kan, Kievlan siapa? Nurut aja deh kalo gitu!"

Giska berbalik, menatap Anika heran.

Apa hubungannya sama UKS deh? tanyanya dalam hati.

Karena ekspresi Anika yang begitu meyakinkan, Giska akhirnya pasrah masuk ke dalam UKS. Ruangan ini dijaga dua orang guru piket, agak aneh sih. Tapi apa hubungannya dengan Kievlan?

Oh, mungkin cowok itu tukang bolos terus tidur di UKS kali ya?

"UKS sekarang jadi kayak tempat karantina gara-gara tuh anak monyet." Anika lalu menunduk, hendak membisikkan sesuatu. "Believe or not dia kegab lagi ngerokok sambil judi kartu di sini."

"Hah? Judi?" Giska terenyak, dia menatap Anika tak percaya. Pasalnya, semua ruang di sekolah kan ber-AC, termasuk UKS.

"Lo gak percaya?" kata Anika. "Buat apa juga gue ngibul? Satu sekolah juga tau."

"Tapi, kenapa harus banget di UKS coba judinya?"

Anika mengangkat kedua bahu sebagai jawaban.

"Gila apa ya dia?" Giska mendesis pelan. "Kapan emang kejadiannya?"

"Dulu kan dia sekelas sama gue, pas lagi jam pelajaran Bu Syifa, tiba-tiba dia tuh keluar dari kelas... izin ke toilet, gak lama rombongannya nyusul tuh si Eja, Tamam, sama Otang, " jawab Anika. "Terus, lama banget tuh mereka gak balik-balik. Eh, tau-taunya malah ke UKS, and you know." Lanjutnya sambil mengedikkan bahu.

'Apa banget deh asli.' Batin Giska.

Sambil berjalan kembali ke kantin, Anika melanjutkan cerita. "Gobloknya mereka ke-gab sama Bu Dewi, makanya Bu Dewi anti banget sama mereka kan."

Anika menghela napas, "Gak cuma Bu Dewi deng, semua guru malah. Emang gila, sih mereka. IQ-nya pada jongkok atau gimana, gue juga gak ngerti. Terutama si Kipli provokator basis SOP itu." (Basis: barisan siswa)

Giska mengerutkan dahi. "SOP?"

"Itu nama basis mereka. Ntar lo liat deh di setiap meja pasti ada tulisan SOP squad."

"Kok SOP sih?"

Anika terkekeh, "Tau dah."

"Tapi gue baru tau deh ada kasus kayak gini."

"Ah, aib Kipli mah banyak," jawab Anika. "Gibahin dia gak cukup kalo seharian doang."

"Emang dia kayak gimana sih orangnya?" Giska mulai kepo.

"Dia itu orangnya jail banget, gak cuma sama temen jailnya, sama guru juga. Kelewatan lah jailnya. Udah gitu rusuhnya kebangetan, pokoknya gak bisa diem lah."

"Pasti Kievlan suka nge-bully orang?"

Anika menaikkan kedua bahunya. "Kalo itu sih, jelas. Tapi gak serius, cuma iseng bercandaan," kata Anika. "Walaupun bandel, dia gak pernah berantem sampe adu jotos gitu sih kalo di sekolah, paling bentak-bentak aja. Karena emang dia teriak mulu."

"Gue kira dia jagoan yang kayak tukang pukul gitu," kata Giska.

"Nggak. Dia itu bandel tapi absurd.... ngerti gak lo?" Ujar Anika. "Dan gue yakin pasti kemaren dia gak sekolah. Dia kan gitu, kalo masuk sekolah selang-seling. Hari ini sekolah, besok nggak."

Giska tidak menjawab, dia mengatupkan rahangnya. Setelah mencerna ucapan Anika, sepertinya wajar bila anak model Kievlan merupakan sasaran empuk untuk dijadikan topik gibahan.

"Eh tapi kan..." gumam Giska. Kakinya berhenti melangkah, dia teringat sesuatu.

"Kenapa?" Anika ikut menghentikan langkahnya.

"Aduh!" Giska tertunduk frustrasi. "Mana dia sekelas sama gue, lagi, Nik!"

"Sumpah?" Anika tertawa. "Yaudah tahan banting aja kalo gitu."

Giska langsung merengut. Memang, bukan hal biasa baginya sekelas dengan biang onar. Tapi ini biang onar yang gaje dan super rusuh. Malesin banget kan?

"Tapi dia gak jahat, kok, tenang aja," Anika mengukir senyum menenangkan. Mereka kembali berjalan.

"Masalahnya dia sekelas sama gue, ya gue males aja," ujar Giska yang masih menunduk sambil terus berjalan. "Kira-kira Kievlan pernah judi di kelas gak ya?"

Langkah gadis itu terhenti ketika ia mendongak, mendapati punggung tegap Kievlan membelakanginya.

"Yaelah masih bahas kasus lawas gue?" kata laki-laki itu sambil berbalik. "Sebenernya dulu gue cuma main kartu doang di UKS, gak judi. Bu Dewinya aja yang halu." Lanjutnya menatap Giska dan Anika bergantian.

"Minggir dah lu, Pli." Timpal Anika males.

Raut wajah Giska seketika memucat, yang bisa dia lakukan hanya menggigiti bawah bibir. Lain halnya dengan Anika yang datar, seolah terbiasa jika menggosipi Kievlan dan ketahuan orangnya.

Tiba-tiba terdengar lengkingan keras dari kejauhan. "HEI, KIEVLAN!" Ternyata, Bu Dewi. Wanita itu melangkah cepat ke arah yang ia panggil.

"Tai, pas banget, lagi!" Umpat Kievlan, dia menoleh ke sumber suara. Untungnya, Bu Dewi rabun jauh dan sedang tidak berkacamata.

"KIEVLAN! IBU TAU ITU KAMU KIEVLAN!" Teriak Bu Dewi begitu melihat Kievlan lari.

"IBU KENAPA, BU? KOK LARI?" Sahut Kievlan sambil terus berlari semakin menjauh.

"BERHENTI KAMU!!!" Jeritan Bu Dewi semakin keras, wanita itu berlari mengejar murid kesayangannya.

"TAPI, BU. KAKI SAYA BLONG NIH GAK BISA BERENTI!" Kievlan menjawab tak kalah keras, tentu aja jadi bahan tontonan warga sekolah.

Giska mengernyit menyaksikan Kievlan dan gurunya berlarian layaknya adegan film India. Tiba-tiba saja, dia langsung teringat kejadian saat Kievlan mengantre bakso untuknya di tempo hari.

Dan tentu saja Giska langsung merasa berdosa. Bagaimana tidak? Tempo hari kan Kievlan yang menolongnya.

Pasti nanti Kievlan berpikir kalau Giska gak tau diri. Tanpa bicara apa-apa, dia menyeret Anika berjalan menuju kantin. Begitu sampai, gadis itu langsung menghempaskan bokong di tempat duduknya, dia tertunduk, menatap baksonya.

"Bego bego bego bego!" umpatnya pelan.

"Anjir!" Anika yang menyusul dari belakang, duduk di sebelah Giska, dia terbahak hingga wajahnya memerah. "Masa kita terciduk lagi gibahin si bego dah tadi. Mana terciduknya sama orangnya langsung!"

"Orang apa Otang?" Pancing Aci geli lalu kembali menatap layar ponsel sambil boomerang di Instagram.

"Tai lu, Ci." Anika langsung bete.

"Ih, Parah. Terus Kievlannya gimana?" Estrella mengulum bibir, menahan tawa.

"Asli gue tengsin parah!" Giska masih belum mendongak. Matanya tertuju pada sebuah tulisan yang ditulis menggunakan tip-X 'SOP Squad 2k17 all base.'

Melihat Giska kebingungan, Aci ikut bingung. "Wae-yyeo?" (Kenapa?)

"Sumpah gue malu banget, astaga." Ia menoleh ke Aci, Pelipisnya membasah, karena keringat dingin. "Dan gue gak enak banget sama dia. Aduh gimana ini?"

"Yaudah, lah, udah terlanjur juga." Estrella mengusap punggung tangan Giska, mencoba menenangkan temannya. "Dia gak bakalan marah kok."

"Masalahnya kan gue sama dia sekelas, Es." Giska masih panik. "Semoga aja dia nggak macem-macemin gue deh habis ini."

"Nggak bakal nggak," jawab Anika santai sambil meraih gelas jus stroberinya. "Eh, tapi kita gak sekelas sih ya. Gue IPS 3 bareng tuh biji kadal." Dia menyebut 'biji kadal' sambil melirik Aci.

"Oh, pasti kalian gibahin UKS itu ya tadi?" Aci baru connect.

"Bodo amat, Ci."

"Ommo ommo! Kalian inget gak sih dia pernah bakar petasan kretek di lapangan?" Aci membuka topik baru tak kalah heboh.

"Eh iya! Mana lagi hening-heningnya!" Anika langsung semangat lagi, dia menyeggol Giska. "Lu bayangin, Gis! Lagi jam pelajaran, tiba-tiba ada ledakan brutal gitu!"

"Terus dia diomelin Pak Wayan gitu kan ya? Rekor dia mah kalo urusan skors sama SP," kali ini Estrella ikut bicara.

"Capernya emang keterlaluan tuh bocah." Anika menggeleng tak percaya. "Tau gak sih lo Gis? Dulu si babi pernah masukin kodok ke dalem tas gue coba! Gak ngotak banget kan?"

"Tapi... yang gue heranin kenapa banyak yang suka sama dia ya?" Kata Anika. "Contohnya elu, Ci!"

"Ya, kan dia emang ganteng kayak Chanyeol Oppa!" Seru Aci, jujur. "Heol! Kalian tau gak sih? BTS bentar lagi konser! Gue kudu ottoke coba?" Tambahnya dengan intonasi lebih tinggi. (Ottoke: gimana)

Melihat Fan girling Aci kambuh, Anika dan Estrella hanya bisa menghela napas dan saling mengolok 'Temen lu tuh!'. Giska tertawa melihat ekspresi ketiga temannya. Matanya lalu beralih pada mangkok bakso di hadapannya.

Sebenarnya, selera makan gadis itu sudah hilang. Tapi dia gak boleh mubazir. Diam-diam hatinya memanjatkan doa supaya Kievlan tidak ingat kejadian memalukan tadi.

Tapi, jika mengingat penuturan Anika, sepertinya sangat tidak mungkin bila jagger macam Kievlan membiarkan Giska sekolah dengan tenang. Tambah lagi mereka kan sekelas!

Sepertinya harapan Giska bersekolah dengan tenang telah gugur mulai hari ini.

"YES!"

Kievlan bertepuk tangan setelah beberapa detik bola basket yang ia lempar masuk ke dalam ring. Lalu tersenyum mengejek ke arah Rajas Tamam dan Eja yang duduk di tribun paling bawah. Kali ini mereka berempat nongkrong di lapangan indoor.

"Tadi lu diapain aja sama Bu Dewi?" Tanya Rajas antusias.

"Biasa."

"Tau gitu lu masuk tim basket gue bego, Pli." Tamam melemparkan minuman isotonik ke arah Kievlan yang berjalan ke arahnya.

Kievlan berhenti melangkah, dan menangkap minuman itu lalu duduk di dekat ketiga sobatnya.

"Lu ngapa gak ikutan klub basket aja sih, Pli?" Eja ikut mencetus. Sebal pada temannya yang satu ini berbakat tapi tidak mau diasah.

Kievlan menggeleng. "Males." Dia meneguk minuman isotonik yang tadinya tinggal setengah hingga habis tak tersisa. "Eh, anak baru itu siapa dah namanya?" Tanyanya setelah menjauhkan botol dari mulut.

"Ngapa emang?" Rajas tersenyum geli. "Kan Senen udah kenalan, suka lu ya?"

"Kan gue waktu itu lagi di toilet." Kievlan membuka tiga kancing kemejanya. "Seriusan, deh. Siapa sih namanya?"

"Lu ngincer dia?" Tamam menoleh kaget mendapati kancing Kievlan yang dibiarkan terbuka, mending pakai dalaman. Ini nggak. Almost shirtless. "Eh, homo! Kancing lu sih!"

Mendengar celetukan Tamam, Kievlan tertawa. "Alah. Aslinya lu emang doyan batang kan, Mam? Buktinya jomblo mulu." Dia menggosok batang hidungnya dengan jari tengah. "Tapi serius, tuh cewek awkward banget."

"Masih hari ketiga ya masih jaim lah." Eja mencibir. "Mana mau dia ketauan belangnya."

"Lu aja baru sekolah hari ini, Ja!" Rajas menggeplak kepala Eja lalu merangkulnya. "Tapi cantik ye? Semlehoy lagi."

"B aja ah, tapi gak jelek," sahut Kievlan datar.

"Ya, bangsat. Ntar pas disenyumin juga bangun lu!" Celetuk Tamam tanpa dosa.

Kievlan tertawa ngakak. "Eh, gue serius dah, nyet." Dia menepuk perut Rajas sekali. Malas bertanya pada Tamam dan Eja yang belibet. "Nama dia siapa?"

"Giska."

Eh? Kan waktu Senin pagi gue udah tau ya? Lah lupa.

"Kayaknya gue punya kerjaan baru nih," ujar Kievlan jahil.

Tokoh siapa yang paling ngena disini? Atau udah ada yang mulai greget?

Kalo kalian pikir Giska nerd gitu nggak kok. Kievlan juga bukan bad yang jagoan gitu slow down😂😂😂

/k i p l i/

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top