Chapter 4

Dion balik ke apartmentnya setelah di telfon oleh Bianca kalau Vino sudah pulang.

Dion masuk dan melihat apartmennya rapi. Lebih rapi dari saat ditinggal. 'Good girl, Bianca' serunya dalam hati.

Bianca masih duduk-duduk santai di sofa ruang tengah

"Ada pizza tuh" seru Bianca

Dion segera menuju pantry dan mengambil box pizza, ia membawanya ke ruang tengah. Lalu meletakannya di meja

"Gimana?" Tanya Dion

"Amazing" jawab Bianca

"Bi, gue mau cerita deh" kata Dion

"Apaan?" Tanya Bianca

"Lo inget Mona?"

"Yang seminggu lalu lo cerita itu, kenapa dia?"

"Akhir-akhir ini jadi nuntut kejelasan. Kaya pengen banget gue tembak" jelas Dion

"Lo mau nembak ga?"

"Mau, tapi nanti laah"

"Apa bedanya sekarang sama nanti? Sama aja" sahut Bianca

"Iya sih, cuma ya kaya ada yang ganjel aja gitu"

"Yaudah pikrin baek-baek. Anak orang jan lo kasih harapan palsu" kata Bianca lalu bangkit dari sofa

"Gue balik dulu yaa, Thanks loh yon"

"Oke, hati-hati"

****

Sudah sebulan lebih Bianca berpacaran dengan Vino. Hubungan mereka berdua bisa dibilang sangat intim. Hampir seminggu dua kali Vino menginap di apartment milik Bianca.

"Lo jadi jarang maen sama Dion, Bi. Kenapa?" Tanya Icha tiba-tiba

Icha, Bianca dan Melinda sedang ada di Cafe The Edge sekedar nyemil dan nongkrong-nongkrong.

"Abis si Vino mepet gue mulu, terus Dion juga jarang telfon gue"

"Cemburu kali tuh si Dion" celetuk Melinda

"Mana ada, Mel. Malah gue yang risih Vino mepet mulu. Bikin susah maen bareng Dion" jelas Bianca

"Ko lo risih sih? Katanya sayaaang" tanya Icha

"Ya sayang sih sayang, cuma kan gaharus mepet tiap hari juga" kata Bianca

"Nikmatin aja lah" ujar Melinda

Kemudian Bianca dan Icha mengangguk.

Hari sudah semakin gelap, pukul 9 malam waktu yang ditunjukan jam tangan Bianca.

"Balik yu" ajak Icha

"Aelah masih jam segini" sahut Bianca

"Ada kakak gue dirumah, bawel banget" jelas Icha

"Oke deeh"

Kemudian mereka bertiga turun dan pisah karena masing-masing membawa mobil.

Bianca menyetir sambil mendengarkan radio, kadang ia ikut bernyanyi jika hapal lagunya.

Babe calling

Ponsel Bianca bergetar dan ia segera mengangkatnya

"Hallo sayang?" Seru Vino. Dari ponsel Bianca terdengar suara riuh dibelakang Vino

"Yaa, kenapa yaang?" Tanya Bianca

"Malem ini aku gabisa ke apart kamu yaah. Ada party di tempat Mario" kata Vino.

"Oh iya gapapa" kata Bianca. Ia mengerti kenapa di tempat Vino berisik sekali. Mereka sedang party

"Kamu mau kesini?" Tanya Vino

"Gausah deh yaang, besok aku harus ke kampus ngecek nilai" jawab Bianca

"Oke, Bye baby. See yaa"

"Bye"

Kemudian sambungan terputus.

Bianca meletakan kembali ponselnya di dashbord lalu fokus menyetir lagi.

Ia sudah sampai di apartmennya.

Setelah mandi dan sedikit nyemil, ia menuju kamar mandi lagi untuk menyikat giginya. Kemudian terdengar dering telefon dari poselnya. Bianca lalu menuju kasur dan menyambar ponselnya

Mels Melinda calling

"Bi" seru Melinda dikejauhan sana, sangat berisik dan agak susah didengar oleh Bianca

"Iyaa kenapa?" Tanya Bianca

"Lo di&$^!×€£("

"Hah? Lo ngomong apasih?" Tanya Bianca lagi. Kemudian kegaduhan dari tempat Melinda berasal sedikit berkurang

"Lo dimana?" Tanya Melinda

"Di apart, kenapa?" Tanya Bianca

"Lo ga ikut ke party nya Mario?"

"Ko lo tau?" Tanya Bianca

"Gue lagi disini, gue liat Vino"

"Iya gue tau tadi dia bilang"

"Bukan itu maksud gue. Gue liat Vino lagi dance sama cewe laen. Pake ciuman. Pake grepe-grepe" jelas Melinda.

Bianca shock bukan main mendengarnya. Ia hanya terdiam dan tak bereaksi apapaun.

"Bi? Still there?" Tanya Melinda

"Iya Mel, masih"

"Sorry, ngasih berita buruk"

"Gapapa Mel, thankyou yaa infonya"

Lalu Bianca memutus sambungannya. Beberapa detik kemudian Melinda mengirim foto Vino sedang berciuman dengan seorang perempuan. Perempuan itu tampak mabuk dan Vino masih terlihat sadar

'Shit' maki Bianca

Ingin rasanya ia menangis. Namun ia tidak ingin menangis sendiri. Ia menekan nomor darurat dan langsung menempelkan ponselnya ke telinga.

"Kenapa, Bi?" Tanya Dion dikejauhan

"Dimana? Pengen cerita nih"

"Di apart, yaudah cerita aja. Gue belom ngantuk ko" jelas Dion

"Gue kesana deh. Gue lagi males sendiri"

"Gue aja yang kesana, gue suntuk di apart" kata Dion

"Oke, bawa bir ya" pinta Bianca

"Sip"

Lima belas menit kemudian Dion sudah berada di ruang tengah apartment Bianca.

Bianca menangis sejadi-jadinya. Setelah menjelaskan dan memperlihatkan foto dari Melinda ke Dion

"Udahlah Bi, cowo kaya gitu gapantes lo tangisin" kata Dion. Berusaha menenangkan Bianca

"Gue lagi sayang-sayangnya. Yon" ujar Bianca sedikit terisak

"Ya mau gimana lagi? Masa lo mau bertahan sama cowo kaya gitu. Mabok dikit langsung nyosor cewe baru"

"Emang lo kalo mabok ga gitu, Yon?" Tanya Bianca

"Gue mabok di apart mulu, kaloga disini. Males mabok diluar. Nyusahin orang" jawab Dion

Bianca masih terisak. Dion merelakan bahunya sebagai tempat menangis Bianca, ia juga tidak keberatan kaus yang ia pakai terkena ingus Bianca.

"Emang cewe kaya gue gapantes kali ya buat diseriusin" celetuk Bianca disela isakan tangisnya

"Don't ever dare to say like that again, or I'm gonna slap you" kata Dion, agak marah

"Kenapa? Buktinya tiap pacaran gue selalu ditinggal.

"Lo cuma belom nemu yang pas, yang pas sama hidup lo, hati lo, kebiasaan lo, apapun lah itu"

"Kapan?"

"One day, bakal ada orang yang melihat lo sebagai wanita paling sempurna di dunia ini" kata Dion

"Anjir lah bahasa lo" kata Bianca samb tersenyum

"Nah gitu dong senyum, masa sahabat gue nangis gegara playboy kek gitu"

"Udah gue mau putusin Vino dulu" kata Bianca sambil menyesap bir di meja dan meraih ponselnya

"Mau liburan ga lo? Bareng gue" ajak Dion

"Kemana?" Tanya Bianca sambil mengetik sesuatu di ponselnya

"Bogor, Villa nya keluarga gue"

"Boleh deh, males gue tiap hari ke kampus ngecek nilai, lagi libur gini"

Tbc

Yupsss grant gustin = Dion

Dont forget to vote and comment. Thankyou

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top