8. Penyelidikan

Daniel melangkah seorang diri di lorong kantor polisi, mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan wajahnya sedikit menyisakan janggut yang baru saja dicukur. Sembari membawa berkas, ia pun memasuki sebuah ruangan kecil. Hanya terdapat meja dan dua kursi yang saling berhadapan. Sisi satunya telah diduduki oleh manusia penggendali magnet. Saat menatapnya, Daniel sedikit menghela napas. Pertama kalinya ia mengintrogasi manusia dengan kemampuan super. Perlahan, Daniel mengambil tempat duduk di hadapan Black.

"Sederhana saja." Daniel melempar berkas di atas meja. "Siapa yang mengirimmu?"

"Aku tidak akan mengatakannya."

"Tentu saja, kau harus mengatakannya. Siapa? Ini sudah kesekian kalianya esper seperti dirimu mengacaukan kota," kata Daniel kini melipat kedua tangan, duduk bersandar.

Black tak kunjung menjawab pertanyaannya. Akan semakin sulit Daniel menelisik kasus ini lebih dalam. Beberapa bulan yang lalu, kasus semacam ini memang sudah pernah terjadi tanpa alasan yang jelas. Setiap sisi Kota Surabaya hampir selalu diserang oleh esper. Entah apa tujuannya, bahkan sulit sekali menaklukkan mereka. Pasti ada sesuatu yang membuat kejadian semacam ini berlangsung. Sangat intes bahkan Daniel pun tak mengetahui motifnya. Penyelidikan masih berlangsung hingga saat ini seluruh jawaban mengarah pada jalan buntu, siapa pelaku utamanya?

"Aku berani mengatakan kalau kau adalah bagian dari komplotan mereka. Saat ditanya siapa pelakunya mereka tidak ingin menjawabnya. Aku tak butuh alasanmu lagi mengapa kau mengacaukan jalanan depan SMA G." Daniel kini melipat kedua tangan di atas meja sembari memajukan wajah. "Satu informasi saja, setelah itu aku tidak akan mengadukanmu ke atasanmu, kau mendapatkan perlindungan."

"Tak sesederhana itu, inspektur Daniel. Aku tidak akan memberitahu informasi itu meski kau akan menjamin keselamatanku. Kami memiliki sebuah ikatan yang kuat dan juga sampai akhir hayatku pun aku tidak akan memberitahunya."

"Cara yang agak keras kepala, tapi boleh juga." Daniel menggumam. "Membuat kekacauan dan tidak ingin memberitahu jawabannya. Padahal pertanyaanku sangat jelas." Ia mengambil berkas yang berada di atas meja, bangkit dari tempat duduk. "Senang bertemu denganmu."

***

"Bagaimana hasilnya?" Fani bersandar di dekat mesin jual otomatis yang terletak di kantin Kapolda Jawa Timur.

"Sangat buruk sekali." Daniel menekan tombol. Lalu sekaleng kopi dingin pun muncul dari ruang keluar mesin. "Black tidak ingin memberitahu soal siapa dalang di balik kekacauan ini. Jadi, apa yang bisa aku bantu?"

"Sebenarnya aku ingin bertanya soal Black dan hasil introgasimu. Tapi kau baru saja memberitahukannya jadinya aku tidak perlu bertanya lebih jauh lagi." Fani beranjak dari tempat ia bersandar. "Omong-omong aku tidak tahu apa inspektur sudah tahu bukti yang satu ini atau belum, karena kalau tidak salah Black sedang mengincar sahabatku, namanya Aiko. Kelihatannya ini ada hubungannya dengan kasus yang terjadi 10 tahun lalu." Ia meninggalkan Daniel seorang diri kantin.

Daniel menangkat alis setelah mendengar ucapan Fani barusan. Kejadian sepuluh tahun yang lalu ya? Sebuah tragedi yang menjadi awal dari kekacauan ini. Namun, itu masih dugaan semata dari seorang siswa SMA. Apakah harus dipercayai bagi Daniel? Entahlah, ia punya cara sendiri. Akan tetapi, bisa saja apa yang dikatakan hanya karangan semata. Satu-satunya cara bagi Daniel adalah mencari informasi di data kearsipan kepolisian.

Menjelang larut malam di ruangan yang gelap gulita, terdapat satu lampu yang masih menyala, menyoroti bangku yang diduduki oleh Daniel. Setumpukan berkas mengenai kejadian-kejadian teroris esper beberapa tahun terakhir. Ia mulai membaca berkas satu per satu. Tragedi Balai Pemuda, Tragedi Balai Kota, Tragedi SMA G yang baru-baru ini terjadi. Tragedi Jalan Tunjungan. Semua berada di lokasi penting yang padat penduduk.

Motivasi dan tujuan pelaku pun tak menemukan hasil, mereka dianggap hanya melakukan kejahatan tanpa tujuan. Terkesan aneh dan terburu-buru. Pasti ada maksud lain.

Apa aku kurang dalam menggali informasi? Daniel mengernyitkan dahi. Ia pun mulai membaca berkas kejadian sepuluh tahun itu. Sebuah kekacauan yang berada di dekat Balai Kota. Setidaknya lokasi itu sudah terkena serangan berulang kali. Tragedi itu memorak-porandakan kawasan sekitar, menunjukkan banyak korban terluka, dan tak sedikitpun yang merenggut nyawa. Apa yang sebenarnya mereka cari? Ia bersandar, melipat kedua tangan sembari menatap langit-langit.

"Apa aku harus berbicara dengannya lagi?" gerutu Daniel seolah tak memiliki jalan lain. Berbincara dengannya mungkin akan menjadi jawaban yang tepat.

***

Pintu rumah perlahan terbuka, sosok pria dengan mengenakan jas lab berwarna putih muncul, memandangnya membuat ia menghela napas lesu yang panjang. Harry sedikit tertunduk, ingin sekali ia mengusir pria yang berdiri di balik pagar itu. Namun, dari raut wajah Daniel bisa terbaca kalau ia sedang membutuhkan jawaban.

"Kau kemari bukan untuk basa-basi, 'kan?" Kopi terangkat dari cangkir, perlahan diseruput oleh Harry. Mereka kini tengah berdiri di halaman belakang rumah sembari memandang taman yang hijau.

"Hanya berkunjung sejenak, pekerjaan yang sangat melelahkan."

Harry mengangguk. "Penelitianku pun demikian, jadi ada apa?"

"Kelihatannya kasus sepuluh tahun itu menuntun kita. Soal esper yang membuat kekacauan dan anakmu Fani juga mengatakan kalau Black mengincar Aiko," kata Daniel sembari bersandar.

"Fani sudah menceritakan padaku soal itu, kelihatannya masalah ini akan semakin memburuk, dasar penelitian yang membawa petaka," decak Harry dengan kesal.

"Apa yang sebenarnya terjadi sepuluh tahun yang lalu?"

Harry meletakkan cangkir kopi. "Itu adalah kejadian yang sangat kejam. Kau tahu soal Zanna?"

"Aku sudah membaca berkasnya."

"Zanna adalah wanita yang turut dalam pengembangan cairan esper, pengembangan dan penelitian itu dilakukan oleh tiga orang, aku, Zanna, dan Arjuna. Hasilnya sangat mengejutkan cairan esper yang dikombinasikan dengan DNA. Kami pun mempresentasikan di forum ilmiah, semua kagum dengan hasilnya. Hanya saja, tak lama cairan esper itu hilang."

"Apakah tak ada uji penelitiannya? Maksudku, cairan itu tidak diuji coba kepada manusia?"

Harry memilih diam, enggan menjawab pertanyaan itu. "Aku sendiri bahkan tidak tahu apakah cairan itu sudah pernah diuji coba atau belum."

"Kelihatannya ini akan jadi misi yang sangat panjang." Daniel kini menyeruput kopi. "Sepuluh tahun yang lalu, benar-benar menuntun kita ke saat ini. Aku akan menyelidikinya sendirian." Ia menjulurkan tangan pada Harry. "Damai?"

"Aku harap membuahkan hasil." Harry pun berjabat tangan dengan Daniel. "Apa pun yang terjadi dengan masa lalu, biarlah berlalu."

Daniel mengangguk. "Kopi buatanmu masih sama payahnya dengan dulu," ucap Daniel, menyeringai.

"Setidaknya ini yang terbaik untuk saat ini. Jadi, apa rencanamu?"

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top