Chapter 9: This Dream Again

Happy reading~ after a long long time waiting an author like me :D b )))

---NOT EDITED, SORRY FOR ERRORS---

============================================================

Chapter 9

Kota Veneburg ini sungguh indah menurutku, sepanjang perjalanan terdapat bangunan-bangunan indah bersejarah, dan sangat terawat. Fasilitas untuk penduduknya sudah sangat memadai dan sudah ditata sedemikian rupa. Tak mengherankan jika sepanjang perjalanan menuju supermarket banyak dijumpai turis-turis dari luar maupun dalam. Kota ini seperti hidup.

"Apa kau suka di sini?" tanya Adrian tiba-tiba.

Aku memalingkan mata dari jendela mobil, "Ya, tentu saja. Aku paham mengapa kau lebih suka di sini dibandingkan di Alkleins." Jawabku, memperhatikan dia yang menyetir.

"Aku tahu kota ini indah, tapi bukan berarti aku membenci Alkleins. Aku mencintai Alkleins dari apa pun." Katanya.

"Terus, kenapa kau memilih tinggal di sini?" tanyaku, tak mengalihkan pandangku dari tangannya yang memutar stir mobil.

"Ada sebuah misi... dan janji." Ia menjawab singkat.

Aku menganggukkan kepalaku, tak ingin menginvasi privasinya terlalu dalam. Lalu kembali menatap pemandangan di luar mobil.

Terima kasih pada Gwen dan Ariana yang tak bisa dibangunkan aku harus terjebak berdua bersama Adrian untuk berbelanja kebutuhan pokok. Jika saja kulkas apartemenku dan Gwen tidak kosong, aku tak akan mungkin mengalami percakapan canggung ini.

Sesekali aku merasakan Adrian melirikku beberapa kali, tapi aku hanya memalingkan wajah ke arah jendela mobil. Entah apa yang kurasa tapi aku merasa sangat diam pagi ini.

Sepuluh menit kemudian, kami sampai di supermarket. Adrian mendorong troli menuju rak-rak penuh makanan sedangkan aku menemaninya dari samping sambil mengambil beberapa bahan untuk dimasukkan ke troli.

Hmm, sudah lama aku tak pergi berbelanja seperti ini?

Di pertengahan berbelanja, sesekali aku menangkap basah seorang pria bertopi yang menatapku. Aku kira ia hanya melihat produk yang aku pegang atau hanya merasa penasaran karena melihat wajahku. Tidak sampai aku melihat tangannya memegangi sebuah gagang di kantong celana belakangnya.

"Sial." aku berbisik. Dengan cepat meninggalkan rak yang kusinggahi tadi, mencari Adrian selagi membuat jarak dari pria bertopi itu.

Mataku dengan panik melihat ke kanan dan ke kiri jalan yang diapit oleh rak-rak. Pria itu pasti punya banyak nyali hingga hampir menarik pisaunya di tempat umum seperti ini. Aku hampir terjatuh saat menabrak tubuh seseorang, jantungku sudah berdegup sangat kencang. Mataku terpejam erat, tak pernah aku merasa tak berdaya seperti ini. Ini semua karena aku tak bisa menggunakan kekuatanku di tempat umum. Terlebih ia membawa senjata.

"Kau kenapa?" dua tangan kuat memegangi bahuku. Setelah mengenali suara itu aku membuka mata.

"Ada orang yang mengikuti kita dan ia membawa pisau." Ucapku.

Tatapan Adrian yang semula khawatir berubah menjadi keras. "Untuk sekarang lebih baik kita cepat keluar dari sini, dan jangan terlihat janggal." Katanya.

Aku mengangguk menyetujuinya. Lalu dengan segera kami menuju ke kasir, membayar semua apa yang ada di troli.

"Terima kasih, selamat berbelanja kembali." Ucap sang penjaga kasir dengan senyuman. Aku mengambil beberapa plastik untuk dibawa.

"Terima kasih, er... Kimberly." Ucap Adrian lalu mengambil sisa plastik kemudian kami berjalan menuju mobilnya yang di parkiran.

***

Kami sampai di parkiran bawah tanah apartemen ketika aku merasakan kepalaku sakit yang luar biasa. Aku mengurut pelipisku, berusaha meredakan sakit itu walaupun sedikit.

"Apa kau tidak apa-apa?" ucap Adrian khawatir saat sudah memarkirkan kendaraannya.

"Ya, aku tidak apa-apa... Hanya pusing biasa. Ayo turun." Ucapku, lalu membuka pintu mobil dan turun. Dunia berputar di mataku, rasanya penglihatanku seperti di dalam air. Tubuhku berkeringat dan aku tiba-tiba jatuh ke lantai.

"Olivia!" teriak seseorang, tapi tak bisa mencegahku dari jatuh ke lantai.

***

"Hey, bukankah itu Natalia Boulevard? Anak pemilik panti asuhan Boulevard?"

"Miris ya... Kedua orang tuanya mendirikan panti ini kemudian mereka meninggal, dan anaknya tinggal di panti asuhannya sendiri."

"Aku merasa kasihan kepadanya."

Itu adalah suara-suara pertama yang kudengar, sebelum pemandangan seorang gadis kecil yang terdiam duduk di ayunan muncul. Sebuah mimpi lagi... batinku. Sudah berapa kali aku mengalami ini pada dua tahun yang lalu?

"Berhenti mengoceh! Kalau tidak ada perkejaan yang pantas untuk dilakukan, lebih baik kalian pergi!" seru anak laki-laki kecil berambut silver. Orang-orang yang mendengar itu kemudian pergi dengan mendengus.

"Ayo, Natali. Lebih baik kita bermain di belakang." Ajak anak laki-laki itu, memberikan ia sebuah tangan.

Natali kecil mengangguk perlahan, lalu mengambil tangannya dan berjalan menuju pekarangan belakang panti.

"Ayo, Natali! Bermain sama aku dan James!" gadis berambut emas tiba-tiba menarik tangan Natali. Seketika senyuman perlahan naik di bibir Natali.

Gambar itu perlahan memudar, seperti lembaran foto yang dibakar. Terlalu singkat menurutku, karena aku masih ingin melihat kisah mereka. Lalu pemandanganku berubah menjadi hitam pekat.

===================================================

AN: oy oy oy haha maapin udah lama menghilang dari cerita ini.... udah 6 bulan ya kayaknya haha... semoga ada yang baca aja sih haha... ga muluk2 ko aku <3

maapin kalo dikit yaaa XD anggap aja aku lg pemanasan :D

dannnn Olivia si bocah pingsan kembali lagi HAHAHAHAHHAHHAHAHA 

selamat menikmati kembali di mana seseorang bisa pingsan lebih dari 50 KALI di sebuah novel hahahahahahaha 3:D

cara biar aku update cepet? tagihin aku suruh update aja di komentar haha, biasanya ntar aku kepikirann...

jgn lupa baca ceritaku yang lain yaaa 

OH YA YANG BELUM TAU,... KALO BENEATH THE SAPPHIRE EYES BAKAL DITERBITKAN PADA BULAN JANUARI 2018 !!!! TUNGGU AJA YAAA, CEK SELALOE INSTAGRAM SAYAAAH (@JIHANMILES) ATAO DI IG PENERBIT FANTASIOUS (@FANTASIOUS_BOOKS) STAY TUNE BUAT IKUTAN PO NYA YAAAA HAHA :D :)))))

love <3 ~~~

-km

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top