Chapter 8: I Like You Too

Chapter 8

"Kau yakin tak ingin mengubah warna selain cokelat?" tanya Gwen kesekian kalinya.

"Tidak, Gwen." Jawabku sambil membalik majalah yang kubaca.

"Huh, hanya warna cokelat seluruhnya itu membosankan Olivia." Ujarnya padaku.

"Tapi rambutmu juga akan diwarnai cokelat seluruhnya kan?" tanyaku.

"Iya, tapi pada tengah hingga ujungnya akan digradasi pirang. Aku yakin mengubah warna rambut kita dengan warna lain para pengarah misi kita tidak akan marah. Terutama kau adalah Ratu Sapphire. Aku yakin kau diperbolehkan." Kata Gwen.

"Aku belum menjadi ratu." Aku mengoreksi Gwen. "Dan aku baik-baik saja dengan warna cokelat seluruhnya."

Seorang pelayan salon menghampiri kami dan kami dibawa menuju kursi salon. Pada akhirnya karena paksaan Gwen, rambutku diwarnai pirang pada beberapa pinggir rambut. Sambil menunggu pasta rambutnya bekerja, aku kembali membaca majalah yang tersedia. Sedangkan Gwen dengan gembira memainkan handphone yang baru ia beli tadi saat berbelanja.

Baru berjalan 10 menit ketika aku mulai bosan, dan tak lama kemudian lonceng pintu salon berbunyi. Dua orang masuk ke dalam salon, dan yang lebih tak terduga lagi adalah mereka adalah orang yang kukenal. Adrian dan Ariana.

Kembar itu masuk dan segera diantar menuju kursi salon. Aku menyadari apa yang berbeda pada mereka. Yaitu rambut mereka yang sangat berantakan dengan pasta pewarna rambut yang masih menempel.

"Olivia, Gwen." Sapa Ariana ketika melihat kami.

"Oh hai Ariana, Adrian. Ada apa dengan rambut kalian." Kata Gwen menahan tawanya ketika melihat rambut mereka yang berantakan dengan noda warna hitam yang tak teratur.

"Sebenarnya kami ingin mewarnai rambut kami sendiri sebelum pindah, tapi ternyata tak berjalan dengan baik." Jawab Ariana sedikit terkekeh, kemudian duduk di kursi salon sambil menunggu pelayan salon menyiapkan pasta rambut mereka.

"Omong-omong, dimana kalian berdua tinggal?" tanyaku pada mereka berdua.

"Kami tinggal di Apartemen Marihilf, tak terlalu jauh dari sini." Jawab Ariana.

"Benarkah? Kami juga tinggal di sana." Ucapku tak menyangka. "Apa ras lain juga tinggal di sana?"

"Hm, menurutku tidak. Mungkin hanya kita yang berada di apatemen itu. Ras lain mungkin ditempatkan di daerah lain supaya tidak menimbulkan kecurigaan." Kata Ariana.

"Kalau begitu, nanti pulang bersama ya." Ajak Ariana.

***

"Sebenarnya aku punya mobil," ujar Adrian mengangkat kunci mobilnya ketika aku dan Gwen mulai berjalan keluar salon.

"Apa? Kau diberikan mobil? Ugh, aku iri padamu." Kata Gwen dengan masam.

"Sebenarnya aku sudah lama tinggal di kota ini, hampir lima tahun lebih tepatnya. Jadi mobil ini bukan pemberian karena misi ini." Terangnya.

"Wow, lima tahun? Sudah lama sekali itu. Mengapa kau tinggal di sini hampir lima tahun?" tanyaku pada Adrian.

"Aku hanya malas tinggal di Alkleins," jawab Adrian enteng.

"Oh," responku, menatap Adrian dengan rambut hitam kelamnya sekarang. Warna matanya pun juga hitam. "Kalau kau sudah di sini lama, mengapa beberapa minggu kemarin warna rambutmu perak saat di Alkleins?"

"Itu karena warna rambut dan matamu akan kembali semula jika kau kembali di Alkleins." Jelasnya.

Tak lama kemudian kami kembali ke apartemen dengan makanan yang dibungkus dari restoran cepat saji, atas usulan Ariana yang ingin menghabiskan waktu bersama di apartemenku dan Gwen.

"Kalian mendapat apartemen yang bagus."puji Ariana ketika memasuki apartemen.

"Terima kasih." Ucap Gwen sambil membuka makanan yang kami beli.

Pada sore itu, kami habiskan waktu kami dengan makan makanan kami sambil menonton film bersama. Setelah dua film tanpa jeda, aku tak sadar bahwa aku tertidur. Dan bangun dalam keadaan terbaring di sofa dengan Ariana, sedangkan Gwen tertidur di lantai.

Aku menguap, sudah jam berapa ini? Aku tak tahu tapi terlihat hampir larut. Televisi sudah dimatikan dan ruangan terlihat remang-remang. Hanya cahaya luar dari balkon yang menerangi. Dengan agak mengantuk, aku berjalan ke balkon. Ternyata Adrian ada di sana, memandang jalanan kota sambil menghisap rokoknya.

"Kau sudah bangun, Olivia?" tanyanya ketika menyadari keberadaanku.

"Ya..." jawabku, "Kenapa kau merokok?" aku memandangi asap rokok yang menari di udara dingin.

"Sudah kebiasaan." Katanya dan menyesap rokoknya.

"Hmm." Aku menatap ke bawah jalanan, mobil-mobil terlihat seperti mobil mainan dari sini.

"Aku suka warna matamu, Olivia." Kata Adrian tiba-tiba.

Aku yang tak menduga ia akan berkata seperti itu pun agak panik harus menjawab apa. "A-aku juga suka matamu, yang warna silver maksudku, tapi aku juga suka warna matamu yang sekarang." Entah kenapa aku bicara tak jelas.

Adrian tersenyum miring melihat tingkahku. "Benarkah? Aku malah tak terlalu suka melihatku yang serba hitam."

"Aku suka kau yang sekarang." Ucapku mengingat sosoknya yang serba silver jika di Alkleins, tapi ia tak terlalu beda dengan mata dan rambut hitam.

"Aku juga suka kau." Katanya tiba-tiba dengan menatap mata ke mata.

Udara dingin berhembus, menyapu asap tipis dari rokok yang ia selipkan di jarinya. Suara mobil yang bergumuruh dari bawah balkon terdengar. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku, jantungku berdegup kencang. Bukan karena pisau tajam yang hampir menusukku atau diriku yang harus berpidato di muka umum, melainkan karena kalimat yang ia lontarkan dengan tiba-tiba.

============================

AN: sorry ceritanya absurd banget -_-" juga dikit, Soalnya lg males revisi buku 1 yaudah bikin ini..

Bye

-km

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top