Chapter 4: More Problems, More Decisions

Chapter 4

Butuh lima hari empat malam untuk kami sampai ke Kerajaan Sapphire, kami hanya beristirahat beberapa kali dan berdiam di suatu tempat selama beberapa jam saja hanya untuk sekedar tidur dan mengistirahatkan kuda kami.

Dan sekarang pemandangan perairan yang familier muncul di mataku saat kami berkuda di atas satu jalur dengan fondasi bebatuan abu-abu. Matahari di atas kepala menyengat kulit tanganku yang tak tertutupi jubah, tak ada awan yang meneduhkan kami. Ini hanya satu jalur dengan kanan kiri adalah hamparan laut yang luas.

Sebuah gerbang yang tertutup dengan dua penjaga muncul di penglihatanku saat kami mulai sampai di area Kerajaan Sapphire. Mereka hanya memakai zirah ringan tanpa helm, pedang berkilau melingkar di pinggang mereka.

Kami memperlambat kuda kami dan berhenti tepat di hadapan mereka.

Salah satu di antara mereka yang mempunyai rambut cokelat dan mata Sapphire berbicara, "Maafkan kami, tapi Nyonya Emily tak mengizinkan seseorang tanpa keperluan penting untuk memasuki area Kerajaan Sapphire untuk saat ini. Katakan keperluan kalian." Pria berumur 30 tahunan itu memerintah dengan sopan.

"Kami perlu bertemu dengan Nyonya Emily segera, segera buka gerbangnya." Abir berbicara dengan nada datar namun memerintah.

"Buka tudung kalian dan perkenalkan diri kalian."

Abir agak tak begitu yakin untuk menuruti perintah penjaga itu, mengetahui bahwa aku tak suka memperlihatkan sepasang mataku. Namun Abir perlahan membuka tudungnya, memperlihatkan wajahnya yang tertutupi bayangan tudungnya tadi.

Penjaga itu mengangguk kecil saat melihat mata Sapphire Abir, kemudian kepalanya beralih menuju diriku yang belum membuka tudung.

"Buka tudungmu." Penjaga itu menuntut.

Aku perlahan membuka tudungku, memperlihatkan rambut pirang serta mataku. Seketika penjaga itu terkejut, begitu pula penjaga di sebelahnya. Mereka segera berlutut dan menundukkan kepala mereka ke bawah.

"Maafkan kami, Yang Mulia, Nyonya Emily sudah menunggu kedatangan Yang Mulia. Saya akan memanggil anak buah saya untuk mengantar Yang Mulia ke Kerajaan Sapphire." Katanya.

"Tak usah, kami tak memerlukan itu. Kami bisa berjalan ke Kerajaan sendiri." Ucapku menolak.

"Baiklah Yang Mulia." Katanya sebelum berdiri dan membuka pintu gerbang dengan menghindari kontak mata.

Aku dan Abir memecut ringan kuda kami, perlahan kami berjalan memasuki areal toko, aku tetap menaikkan kepalaku saat suara bisikan saat aku melewati orang-orang di sebelah kanan dan kiriku.

'Siapa itu?'

'Bukankah itu Putri Olivia?'

'Yang Mulia Olivia sudah kembali!'

Dengan wajah kaget, semua orang mulai menunduk dan berlutut. Menghormati keberadaanku yang sedang didampingi Abir.

Sekarang aku sudah kembali.

***

"Olivia!" seseorang memelukku saat aku baru saja turun dari kudaku.

Aku menatap rambut pirangnya sebelum tersenyum dan memeluknya.

"Aku sangat merindukanmu, Emily." Aku berucap dan Emily membalasnya dengan kata yang sama.

"Terima kasih sudah mau menjaga Kerajaan Sapphire saat aku pergi." Aku melepaskan pelukanku. Emily, tak ada banyak yang berubah darinya. Hanya potongan rambut yang baru dan memperlihatkan telinga runcingnya di satu sisi.

"Wow, kau sangat berubah Olivia." Katanya sambil mengisi matanya dengan penampilanku.

"Kulitmu agak cokelat, rambutmu panjang, dan..." ia menatap mataku dengan dalam, tak berhenti tersenyum hingga aku yakin matanya memancarkan cahaya kebahagiaan.

"Dan kau kembali." Ia menutup kalimatnya dengan air mata yang jatuh dari pelupuk matanya.

Aku tersenyum miring dan kembali memeluknya. Membiarkan Emily mengisi memorinya dengan kedatanganku.

***

Ini sudah seminggu lebih sejak aku kembali ke Kerajaan Sapphire. Tak ada yang menarik selama itu. Abir kembali ke badan pertahanan Kerajaan dan mulai melatih pasukan yang ada. Sedangkan aku hanya menenggelamkan diriku ke dalam tumpukan kertas dan urusan yang kutinggalkan sejak dua tahun terakhir ini sebagai putri.

Ya, aku belum melaksanakan pemahkotaanku sebagai Ratu Sapphire. Karena aku belum tertarik untuk menjadi ratu dan aku tak ingin semakin dibebankan dengan tugas sebagai ratu. Karena menjadi ratu berarti aku harus menyerahkan kebebasanku dan mengabdikan seluruh hidupku untuk mengurus Ras Sapphire. Sangat banyak tanggung jawab yang aku belum siap untuk kutanggung.

Sebuah ketukan pintu membuyarkanku dari kertas-kertas yang sedang kubaca. Aku menoleh ke arah seorang wanita yang merupakan salah satu pengurus Kerajaan.

"Yang Mulia, pertemuan akan dimulai satu jam lagi." Ia menginformasikan.

"Baiklah, siapkan pengawal di batu teleportasi dan katakan kepada Emily agar bersiap-siap." Kataku yang disambut dengan 'baiklah' oleh pengurus itu.

Aku meletakkan bolpoinku di meja dan menata kertas serta folder-folder yang berserakan di atas mejaku. Lalu mempersiapkan diriku untuk pertemuan yang memanggilku dari perkelanaanku selama dua tahun ini.

"Masalah apa yang terjadi hingga semua perwakilan dipanggil?" tanyaku kepada Emily saat kami berjalan menuju batu teleportasi yang terletak di halaman istana.

"Mereka tak memberitahuku," Emily mengangkat bahu.

Sebuah besar batu datar di atas tanah dengan ukiran bahasa Alkleins kuno terlihat. Aku, Emily, dan diikuti dengan empat pengawal berjalan di atas batu itu dan mulai mengucapkan mantera kuno.

"Threy la Couhilts Albena."

Dan tak lama kemudian, seluruh pemandangan yang tadinya adalah Istana Sapphire berubah menjadi hamparan awan yang melayang. Tempat ini seperti surga menurutku. Udara di sini lumayan dingin namun segar, tapi kita masih bisa merasakan hangatnya sinar matahari yang langsung menerpa kulit.

Pertemuan ini diadakan di gedung pertemuan milik Ras Alb. Aku tak terkejut jika pertemuan ini diadakan di wilayah Ras Alb. Lagipula Ras Alb adalah ras pertama dan tertua. Jadi mereka seperti ketua untuk ras lainnya.

Aku tak membuang waktu lagi untuk berjalan menuju gedung pertemuan. Jalan yang dibangun di atas pegunungan ini setengah menakjubkan setengah mengerikan menurutku. Mereka menghubungkan gedung-gedung dan wilayah tertentu seperti rumah dan toko dengan jembatan di atas awan dengan penyokongnya adalah badan pegunungan di sekitarnya.

Jembatan- jalan yang kulalui mengarahkan kami langsung ke area rumah dan pertokoan. Tak banyak orang alb yang terlihat di sini. Menurutku agak sepi. Mungkin karena mereka sedang bertebangan di langit yang luas atau mereka diperintahkan agar tak mengganggu perwakilan yang datang? Aku tak tahu.

Tapi aku bersyukur, karena tak ada orang yang berani melihat ataupun melirik kelompok kecilku saat kami berjalan melewati mereka.

Atau mungkin mereka takut melihat pengawal-pengawalku.

Akhirnya kami sampai ke sebuah gedung putih besar dan tinggi. Aku rasa cukup tinggi untuk seukuran gedung yang hanya memiliki satu lantai. Aku pernah ke sini sebelumnya. Saat aku remaja dan aku mulai diperkenalkan akan tugas-tugasku sebagai penerus Kerajaan oleh ayah.

Tapi gedung ini tak berubah sama sekali. Tak ada noda yang menempel pada gedung itu. Mungkin debu tak menyentuh gedung itu. Mengingat gedung itu sebagian besar di lapisi oleh marmer putih susu yang berkilau.

Beberapa penjaga dengan sayap putih di punggung mereka menundukkan kepala mereka, mempersilahkan aku dan kelompok kecilku masuk ke dalam aula gedung itu.

Lampu gantung yang indah melayang di langit-langit aula. Semuanya serba putih dan elegan. Lantai aula ini adalah kaca tebal yang tembus pandang. Memperlihatkan dasar pegunungan dan awan-awan yang melintas di bawah.

Aku dan Emily memasuki ruang pertemuan, sedangkan pengawal-pengawalku berhenti di luar ruangan. Hanya perwakilan dan orang tepercaya saja yang dapat memasuki ruangan ini.

Sebuah meja lonjong dan selusin orang dari berbagai ras menatap kami dengan pandangan penasaran. Penasaran dengan mataku atau mungkin penasaran mengapa aku membawa orang dari ras lain untuk ikut bersamaku.

Aku hanya mengabaikan hal itu. Karena Emily adalah orang tepercaya yang kumiliki. Di sisi lain, Emily hanya menundukkan kepalanya tak nyaman.

Aku rasa aku adalah orang terakhir yang memasuki ruang pertemuan. Karena setelah aku duduk di satu dari ketiga kursi De Eild yang merupakan kursi yang lebih besar dari ras lain. Tanda bahwa ketiga orang dari ras itu mempunyai kekuatan yang lebih besar dari yang lain.

Alb yang tertua, Galben yang menghormati ilmu, dan rasku, Sapphire yang mempunyai darah bijaksana yang mengalir dari kakek buyut kami.

Dan semoga aku mempunyai kebijaksanaan yang mengalir di darahku.

"Saya rasa semua perwakilan sudah datang, silahkan perkenalkan diriku kalian sebelum aku mulai pertemuan ini." Seorang pria berbicara.

"Saya adalah Collins Callahan, perwakilan dari Ras Alb. Dan ini adalah Tony , orang tepercaya saya." Collins memiliki rambut yang nyaris putih seluruhnya, hanya akar-akar rambutnya saja yang berwarna hitam. Ia terlihat sudah berada pada umur 40 tahunan dengan kerutan tipis di dahi serta pelipis dekat matanya. Sedangkan Tony memiliki rambut cokelat dan mata agak sipit.

"Nama saya Jordan Valentine, perwakilan dari Ras Galben. Quinta adalah orang tepercaya saya." Jordan memiliki kulit cokelat dengan rambut hitam. Lain halnya dengan Quinta, perempuan ini memiliki rambut pirang kecokelatan dengan kulit putih pucat.

"Nama saya Olivia Maiara, perwakilan dari Ras Sapphire. Emily adalah orang tepercaya saya." Banyak orang yang memandang penasaran mengapa aku membawa Ras Verde sebagai orang tepercayaku. Tetapi mereka menganggap enteng hal itu. Untungnya aku bukan satu-satunya yang membawa orang tepercaya selain ras sendiri. Mark, perwakilan Ras Ret, membawa Ras Mazare sebagai orang tepercayanya.

Kemudian semua perwakilan berlanjut untuk memperkenalkan mereka masing-masing. Aku rasa aku hanya hafal setengah nama dari semua orang di meja ini.

"Jadi, saya rasa kalian mungkin penasaran mengapa kita berkumpul di sini." Collins, selaku pemimpin membuka. Iris putihnya menyapu ke seluruh wajah di ruangan ini. Hanya hening yang terdengar, semua orang terfokus pada pria itu.

"Beberapa tahun yang lalu, kalian pasti mendengar berita tentang kematian Ratu Sapphire Keenam, Isabella Maiara dan dugaannya adalah orang Ras Mazare yang menjadi pelakunya." Collins menatapku dan Tarquin- perwakilan Ras Mazare bergantian.

Mendengar nama ibuku disebut, membuatku jantungku menaikkan detaknya. Apalagi ini berkaitan dengan kematiannya.

"Putraku yang sedang berada di dimensi Kleins, memberitahuku bahwa ia menemukan orang yang mirip dengan pelakunya di sana. Dan ia sedang membuat percobaan dan mencoba untuk menembus portal ke dimensi kita."

"Itulah mengapa saya mengumpulkan kalian di sini. Dugaannya belum seratus persen benar, namun lebih baik berjaga-jaga. Ada yang ingin memberikan saran?" Collins bertanya.

Pikiran tentang pembunuh ibuku membuat perutku seperti diputar. Siapa pelakunya? Aku tak pernah melihat wajahnya saat di pesta ulang tahun ibuku beberapa tahun yang lalu. Dan ini adalah kesempatanku untuk membalasnya.

Noah, perwakilan Ras Ret, adalah yang pertama berbicara. "Bagaimana dengan memperketat penjagaan portal-portal dan memperkuat pasukan kita? Aku yakin dengan mantera Ras Verde, portal-portal itu bisa menolak orang-orang dari dimensi Kleins yang berusaha masuk." Noah beralih ke Freddy, wanita berambut hitam panjang yang menjadi perwakilan Ras Verde.

"Tapi itu akan membutuhkan banyak sekali tenaga dan waktu. Portal-portal di dimensi itu sangat banyak dan aku tak yakin kalau Ras Verde bisa mengatasi hal itu." Freddy menolak.

"Saya rasa dengan memperkuat pasukan untuk berjaga-jaga bisa diterima." Collins mengangguk setuju.

"Bagaimana denganmu, Olivia? Ras Sapphire memiliki darah bijaksana yang mengalir di keluargamu." Collins bertanya padaku.

Aku berpikir singkat, merasakan semua mata menyorot ke arahku. "Bagaimana jika kita mengirim sejumlah orang untuk menyelidiki terlebih dahulu apakah pelakunya benar adalah dia atau bukan. Jika berita itu salah, kita akan menyia-nyiakan mantera dan semua pasukan yang telah dikeluarkan. Lagipula kita tak punya bukti apapun untuk membuktikan bahwa pelakunya adalah orang di Kleins sana."

"Maksudmu kita mengirim mata-mata untuk menyelidiki hal itu?" Jordan, perwakilan Ras Galben bertanya.

"Ya," aku mengangguk.

"Bagaimana jika seperti ini saja, kita mengirim mata-mata untuk menyelidiki dan jika berita berita itu benar, maka mata-mata itu punya tugas untuk berusaha menghentikannya. Saat itu terjadi, kita yang berada di sini akan bersiap-siap dengan menyiapkan mantera dan pasukan." Jordan menyimpulkan.

Semua orang mengangguk setuju, begitu pula dengan Collins.

"Saya rasa sudah jelas keputusan yang kita sepakati, dan mari bicarakan tentang orang-orang yang akan dikirim ke dimensi Kleins. Aku rasa lebih baik kita tak perlu mengirimkan banyak orang ke sana. Karena saya tidak mau terjadi perang di dimensi Kleins dan semua informasi tentang dimensi kita terbuka."

"Jadi, mata-mata ini bertugas untuk mencegah dan menghentikan maksud buruk orang itu. Coba kalian pikirkan siapa yang akan dikirimkan sebagai 'pencegah' dan kita akan bahas ini minggu depan. Tapi untuk sekarang, saya rasa pertemuan ini telah cukup." Collins menutup pertemuan ini.

================================================

Hey, kayaknya udah lama aku gak update.. entah satu bulan lebih kalik..

Dan akhirnya bisa update juga :D

Tapi gak bisa janji update teratur soalnya masih ada UAS sama TO nanti...

Chapternya melebihi targetku, jadi bersyukur aja aku masih bisa update dan chapternya lebih banyak dari rata-rata..

Vomment,

-km

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top