Chapter 1: I Don't Know...
I'm so sleepy while doing this chapter...
Sorry if this is not what you expected...
-koalamerah
(juga aku recomend Manhwa 100% Perfect Girl untuk dibaca ;)) it's my fav manhwa since i was 10 grade)
=======================================================
Chapter 1
Olilvia Maiara's POV
Suara gemeresik tiba-tiba terdengar saat aku masih mengikat kaki rusa yang telah kuburu. Kepalaku menoleh ke belakang, menatap tajam setiap jengkal hutan yang berada di belakangku. Berkat sebelah mataku yang adalah mata Alb. Membuat pandanganku lebih jauh dari yang sebelumnya. Tapi membutuhkan waktu yang lumayan lama untuk beradaptasi dengan mata ini. Sebab aku mempunyai dua mata yang berbeda ras, sehingga terdapat perbedaan antara penglihatan yang kanan dan yang kiri. Namun setelah lama beradaptasi, semua baik-baik saja.
Mungkin saja angin?
Aku menggelengkan kepalaku, lalu kembali mengurus rusa yang hendak kubawa. Untung saja ukurannya tak terlalu besar, sehingga aku masih bisa mengangkatnya di punggungku nantinya lalu akan kubawa ke perkemahanku dan Abir.
Bicara tentang Abir, ia terkadang sangat keras dalam melatihku. Membuatku mempertahankan kuda-kuda kaki yang baik selama berjam-jam lalu menyuruhku melakukan gerakan berpedang yang sama sampai tengah hari. Tapi semua itu terbayar, sekarang saat aku dan Abir bertarung aku bisa menangkis semua serangan Abir dan hampir menembus pertahanan Abir beberapa kali.
Suara gemeresik kembali terdengar, kali ini suara ranting yang patah membuatku dalam posisi siaga. Aku segera berdiri lalu menempatkan tanganku di gagang pedang yang berada di pinggangku. Mataku mengawasi seluruh penjuru hutan dan telingaku berusaha mendengarkan suara sekecil apapun di hutan ini.
Tapi tak ada suara yang terdengar ataupun sebuah gerakan yang terlihat di hutan ini.
Aku mengendurkan otot-otot yang tegang akibat posisi siaga tadi, lalu berbalik ke arah rusaku. Tapi di dalam pikiranku, aku tahu ada seseorang di hutan ini selain aku. Itu membuatku menjaga semua inderaku agar tetap tajam pada sekitarku.
Tiba-tiba di ujung mataku aku melihat gerakan seseorang yang berusaha menyerangku. Dengan cepat, aku berbalik dan menangkis pedangnya lalu mundur beberapa langkah. Mataku melebar saat melihat siapa penyerangku, tapi aku segera menyembunyikan semua ekspresiku. Teringat pelajaran-pelajaran yang telah diberikan oleh Abir saat melatihku bertarung. Pertama, jangan perlihatkan ekspresi apapun saat bertarung. Karena jika kita memperlihatkan ekspresi kita, lawan akan melihat celah untuk menyerang kita.
Aku mengambil pedang yang berada di pinggangku lalu mengarahkan ujung pedangku ke arahnya. Kami bertatap-tatapan satu sama lain, berusaha melihat celah yang ada untuk diserang.
Setelah beberapa saat, aku menyerangnya. Aku mengayunkan pedangku ke dadanya, namun dengan mudah ia menangkisnya dengan pedangnya. Aku kembali mengayunkan dengan arah yang berbeda, tapi ia tetap bisa menangkisnya. Dan sekarang posisiku berubah menjadi bertahan, ia terus meluncurkan serangan dengan dapat dan kuat. Membuatku hampir kewalahan namun aku tetap berusaha fokus untuk menangkis serangannya.
Ketika perlahan serangannya sedikit melambat, aku memanfaatkan kesempatan itu untuk maju dan mengayunkan pedangku. Namun sebelum sempat ia tangkis, aku mengubah arah seranganku dan pedangku berhenti tepat di atas kulit lehernya.
Kami berdua membeku dan hanya suara nafas berat kami saja yang terdengar. Keringat menyelubungi tubuhku dan aku bisa melihat keringat yang sudah terbentuk di pelipis menyerangku.
"Kau sekarang sudah mahir, Olivia. Dan untuk pertama kalinya kau berhasil menembus pertahananku. Selamat." Kata Abir.
Aku tersenyum kemenangan kemudian aku mengembalikan pedangku di pinggang.
"Kau tahu, kau tak perlu memakai pedang kayu itu lagi kalau ingin menyerangku, aku punya kekuatan Verde juga. Aku tak bisa terluka." Kataku merujuk ke pedang kayu yang biasa dipakai kami ketika berlatih.
"Tapi ini termasuk latihan, dan aku tetap tak mau melukaimu walaupun itu akan cepat sembuh." Ucapnya lalu membantuku membawakan rusa yang kuburu tadi.
***
Malam harinya, Abir dan aku memasak rusa yang kuburu untuk makan malam. Suara serangga malam yang nyaring terdengar sepanjang malam, bintang-bintang terang tersebar di langit yang sedang kupandangi. Kudaku dan Abir sudah pada posisi terlelap di seberang tenda kami.
Lalu aku mengalihkan pandangku ke arah api unggun di hadapanku. Yang mana di sekitarnya terdapat sisa makananku dan Abir.
Aku tak tahu berapa lama aku sudah memandangi kayu yang dimakan oleh api sampai Abir berbicara.
"Apa kau masih kesulitan dalam menyesuaikan penglihatanmu?" Tanya Abir yang kemudian duduk di sebelahku.
Aku menatap Abir dengan kedua mataku, Abir sekarang lumayan berubah aku rasa. Rambut hitamnya agak panjang sampai menyentuh pangkal leher, janggut tipis yang tak ia cukur terlihat di rahang dan dagunya, dan tubuhnya lebih besar serta kuat dari yang sebelumnya.
"Sekarang sudah tidak, terkadang sulit untuk menyesuaikan penglihatanku saat bangun namun setelah itu baik-baik saja." Jawabku lalu bersender di batang pohon yang sengaja ditempatkan di dekat api unggun.
Hening yang nyaman mengitari aku dan Abir, sebelum aku berbicara.
"Bagaimana dengan kerajaan Sapphire sekarang, menurutmu?" aku berbisik.
Abir terdiam beberapa saat sebelum menjawab, "Aku rasa kerajaan Sapphire baik-baik saja dan semakin membaik."
Aku menghela nafas. Terkadang aku rindu pada kerajaan Sapphire. Bagaimana keadaan Emily sekarang, rakyat Sapphire. Tapi ketika mengingat semua hal itu, aku berakhir mengingat saat hal terburukku datang pada saat itu. Saat aku kehilangan orang-orang yang kusayangi.
Aku menggelengkan kepalaku, menghilangkan pikiran burukku sebelum kejadian-kejadian buruk itu diputar kembali di kepalaku.
"Ini sudah dua tahun sejak kau pergi... kau sekarang menjadi lebih kuat dari sebelumnya." Abir memulai.
"Kapan kau ingin kembali, Olivia?" tanya Abir.
Aku terdiam sejenak, kepalaku menunduk ke bawah. Memikirkan jawaban yang tepat. Mungkin aku sekarang lebih kuat dari diriku yang dulu. Tapi apakah dengan ini aku bisa melindungi rakyat serta orang yang kusayangi?
"Aku tak tahu, Abir." Bisikku.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top