Epilog (Alt-I)

"Sidang Pelanggaran Penyalahgunaan Alat-alat Sihir pada tanggal 2 Januari." Dormien Walter mengumumkan. Menteri sihir tua itu menatap tajam terhadap Brianna dari balik kacamata bulat tanpa bingkainya. Rambut pirang terangnya nyaris berwarna putih, Brianna tidak tahu apakah itu memang warna aslinya atau yang tumbuh di atas kepala Menteri Walter semuanya adalah uban. "Brianna Jeanine Ashton, terdakwa atas kasus pembelian tongkat sihir secara ilegal dan penyerangan terhadap James Georgie Ollivander, serta aksi yang secara terang-terangan menunjukkan perlawanan dan pengelabuan terhadap tim Auror."

Berusaha menahan jari gugupnya untuk mengetuk pegangan kursi yang akan menimbulkan gema, Brianna menyandarkan punggung pada kursi besi di tengah-tengah ruangan, berada paling rendah di antara para juri yang duduk melingkarinya. Posisi tersebut seakan disengaja untuk menegaskan kedudukan para terdakwa yang disidang. Memang begitulah yang Brianna rasakan. Amat sangat rendah.

"Status," lanjut Menteri Walter, "muggle."

Brianna ingin menangis. Selain karena merasa tidak nyaman dan terintimidasi, Brianna cemas dengan nasib tongkat sihirnya yang disita oleh Kementerian setelah duel Dissentum-Occultis. Dia membayangkan tongkatnya disimpan dalam kotak kayu dan diasingkan dalam suatu tempat, dalam ruangan yang berlabel: "Benda Sihir Sitaan yang Akan Segera Dilenyapkan". Casey menenangkannya dan berkata kalau semua itu hanya formalitas hukum dan ia akan segera mendapatkan tongkatnya kembali. Tapi lebih dari satu minggu tanpa tongkat membuatnya tersiksa dan merasa hidup di dalam goa. Seakan terbangun dan mendapati bahwa semua sihir yang ia alami hanyalah mimpi.

Dan sekarang, bahkan Kementerian masih mengangggapnya sebagai muggle. Oleh karena itulah jadwal sidang Brianna paling terakhir, dan paling tidak penting. Bahkan ada satu atau dua juri yang jelas-jelas menguap.

Di samping Brianna, Casey duduk sebagai saksi, berusaha menenangkannya lewat tatapan yang tidak dihiraukan gadis itu sejak di ruang sidang. Brianna takut kalau saat melihat Casey ia akan langsung melompat ke pria itu dan memeluknya, karena kedua tangannya sudah nyaris tidak bisa menahan getaran kecemasan. Telinga Brianna mulai berdengung, dan kata-kata Menteri Walter terdengar samar dan terasa jauh saat ia mulai mengenalkan saksi.

"... kuulangi sekali lagi, Ms Ashton, sejak kapan kau mengetahui keberadaan dunia sihir?" Bagai diusir oleh mantra, dengungan yang mengelilingi Brianna bagai lebah mendadak lenyap.

"Sejak kecil," jawabnya saat Casey menggenggam tangan kanannya dengan lembut. "Saya mengetahuinya dari novel---maaf, maksudku baru beberapa bulan yang lalu." Brianna memutuskan untuk tidak menyebut novel Harry Potter, karena selain terdengar konyol, hal itu tidak akan membantu Rowling untuk keluar dari status bersalah bagi Occultis.

Menteri Walter mengangguk seakan sudah mengetahui segalanya, begitu dengan puluhan juri yang mengenakan seragam hitam yang sama dengannya--hanya saja jubah Menteri terdapat sedikit garis perak di dekat kerah, dan warna biru keperakan untuk dua juri di antaranya.

Biarpun begitu, Menteri Walter tetap menjalankan formalitas hukumnya. "Apa kau mengetahuinya dari kekasihmu, Cassius William Dougherty?"

"Ya."

"Apa Mr Dougherty pernah memberitahumu kalau benda-benda sihir terlarang bagi muggle?"

"Saya bukan---" Perkataan Brianna terhenti saat Casey mengeratkan genggamannya. "Maaf. Ya."

"Dan kau membeli tongkat sihir kayu Ash lentur dua puluh enam senti dengan inti bulu Phoenix di Toko Ollivanders, untuk dirimu sendiri."

"Karena saya berhak mendapatkannya. Karena ternyata saya adalah penyihir." Secara melegakan, suaranya terdengar mantap.

"Dapatkah kau membuktikan kalau kau adalah penyihir?"

Brianna mengeluarkan surat Hogwarts lengkap dengan amplopnya yang terlipat di saku mantel kelabu, dan benda itu melayang di tengah udara bagai burung menuju meja Menteri Walter. Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya tentang bagaimana Brianna menemukan surat itu, kemudian berlanjut mengenai penyerangan di Toko Ollivanders, yang dibantu oleh Casey sejak kasus tersebut berhubungan dengannya.

Saat mereka memulai pembahasan selanjutnya dan nama Nicholas mulai disebut, hati Brianna mencelus. Dengan susah payah, Brianna berusaha mereka ulang kejadian dalam bar dan kediaman Bernardus Sang Ahli Ramuan yang terasa seperti berabad-abad yang lalu. Brianna menjelaskan dengan tersendat bagaimana ia dan Nicholas menyamar dengan ramuan polijus untuk menyelamatkan Casey, serangan teror dari dementor-dementor, lalu pertemuan dengan tokoh idolanya yang menguak semua kebenaran .... Dia tidak menyebut soal duel terakhirnya dengan Nicholas sampai pria cemberut itu berubah menjadi debu. Para juri juga tidak bertanya, karena tentu saja mereka sudah mendapat laporan cerita itu dari puluhan sidang sebelumnya.

Di luar itu, segalanya berjalan mulus. Brianna dibebaskan dari tuduhan dan hukuman apa pun, tongkat sihirnya dikembalikan dengan syarat kalau ia harus mengikuti pendidikan non formal sambil bekerja di Hogwarts selama dua tahun, karena tampaknya pengetahuan-pengetahuan sihir yang didapatnya dari novel dinilai tidak sah. Brianna menerimanya dengan senang hati, walau di dalam kepalanya terbersit bayangan bahwa ia akan memiliki pondok di dekat Hogwarts dan membuat bolu-bolu keras untuk anak-anak, dan dia akan menjadi raksasa---tidak secara harfiah.

"Saya ingin bersaksi untuk Joanne Kathleen Rowling."

Kalimat terakhir Brianna sebelum sidang ditutup membuat seisi ruangan yang mulanya hening mendadak lebih hening--dengan atmosfer yang berbeda. Menteri Walter beserta puluhan pasang mata penasaran lain tertuju padanya. Brianna merasa seperti bom yang siap meledak. Tapi ia harus melakukannya, karena sejak tadi ia tidak ditanyai tentang markas Dissentum.

"Joanne Kathleen Rowling tidak berada di pihak Dissentum ...."

"Juga tidak di Occultis, sejauh ingatanku," sela penyihir wanita berambut hitam pendek. Brianna tidak menyukai wajah antagonisnya.

"Dia membantu saya, memberi saya Kompas Kabur. Karena itulah kami---kami semua, beserta Casey dan tahanan---bisa lolos dari markas Dissentum," lanjut Brianna.

"Kejadian di markas Dissentum tidak akan dibahas dan itu bukan bagian dari---"

"Tapi saya berbicara mengenai Rowling." Suara Brianna meninggi, yang langsung ia sesali. "Maaf, Sir, maksudku saya rasa Rowling berhak mendapat pernyataan bebas dari bersalah karena mendukung pergerakan Dissentum. Rowling hanya penulis yang mewarnai imajinasi para muggle dengan sihir fantasi yang luar biasa, yang ia lakukan hanya menginspirasi miliaran orang di dunia ini dengan karyanya."

"Dengan tulisan yang kontroversial .... " kata penyihir kerah garis biru di sebelah kanan Menteri Walter. Dia masih muda dengan rambut klimis modern yang terlihat salah tempat.

"Berapa banyak muggle yang menanggapi Harry Potter dengan serius, selain menjadi penggemar berat demi kesenangan semata?" Brianna memberanikan diri untuk berdiri dan menatap wajah para juri. Ia merapikan mantel dan menyentuh kalung deathly hallowsnya selama sedetik. "Maaf, para juri yang terhormat, dengan rendah hati saya ingin bertanya, adakah kasus muggle yang berhasil menguak dunia sihir dengan berdasarkan karya fiksi?"

Brianna menunggu sedetik, dua detik keheningan paling tidak mengenakkan dalam hidupnya, sampai Casey bangkit dan menuntunnya kembali duduk. Beberapa juri tampak saling menatap tanpa suara seolah sedang berdiskusi lewat pikiran, dan akhirnya Menteri Walter berucap, "Kesaksian diterima. Sidang selesai."

***


"Segalanya akan membaik," kata Brianna, lebih kepada dirinya sendiri, saat mereka berjalan di atrium, menuju gerbang keluar berlapis emas. "Aku bisa merasakannya. Nama Rowling akan bersih. Ketegangan Occultis dan Dissentum akan segera berakhir."

"Apa kau mabuk Felix Felicis lagi?" Casey memandang Brianna dengan tawa geli. Dia tidak bisa menahan senyum saat menyaksikan kelopak-kelopak bunga warna-warni berterbangan di sekitarnya, sementara si penyebab musim semi dadakan ini terus menyerukan kalimat-kalimat positif penuh semangat. Brianna terlalu bahagia memegang tongkat sihirnya lagi, dan Casey tidak tega menyadarkan gadis itu kalau kenyataannya justru terbalik dengan yang ia pikirkan. Kematian sang pemimpin memang akan melemahkan Dissentum, tapi hal itu sama sekali tidak membuat hubungan kedua kelompok itu membaik.

"Biarkan diriku dipenuhi energi positif." Brianna berhenti, menyimpan tongkat sihirnya dan menengadah ke patung-patung penyihir di tengah air mancur. Persis dengan yang selalu ia bayangkan. Tapi di sini, patung yang berdiri di depannya terdiri dari berbagai jenis makhluk, mulai dari penyihir dengan topi tinggi, muggle--Brianna menilai dari pakaian blus dan rok selututnya--peri rumah, globin, dan raksasa laki-laki botak setinggi sepuluh kaki yang merangkul mereka semua dengan senyum lebar.

"Patung ini adalah simbol dari kedamaian yang kita semua harapkan sejak dulu," jelas Casey, pandangannya lurus menerawang pada surat kabar yang dibaca seorang petugas di salah satu pintu. Ada foto tanpa ekspresi Nicholas yang besar pada halaman depan.

"Menurutku ini adalah lambang keironisan. Kecuali jika para Occultis berhenti mengutamakan egonya dan menganggap tidak ada yang benar selain mereka."

"Kau berpihak pada Dissentum?"

Brianna tidak mendengar nada menuduh pada suara Casey, tapi pertanyaannya tetap membuatnya merasa tidak enak, mengingat Casey adalah Auror Occultis yang selama ini bertugas menangkap Dissentum---walau kini Kementerian sedikit menurunkan jabatan Casey dan kesempatannya untuk menjadi kepala Auror sama sekali lenyap. Dia memutar tubuh dan menghadap kekasihnya. "Aku bersumpah, istilah Occultis dan Dissentum akan musnah sebelum aku mati," kata Brianna serius.

Casey tidak mengatakan apa pun.

"Dan aku juga bersumpah akan belajar Legilimency agar tidak selalu frustrasi setiap kau hanya terdiam dan menatapku dengan mata biru yang menghanyutkan," tambah Brianna.

Sebelah sudut Casey terangkat. "Aku hanya merasa kau berubah ... menjadi lebih hebat."

"Well, aku hanya gadis dengan mimpi yang besar."

"Aku serius." Casey meletakkan kedua tangannya di bahu Brianna. "Kau adalah wanita yang paling berani yang pernah kutemui. Aku bangga padamu."

"Aku mencintaimu," bisik Brianna saat memeluk Casey.

"Kau tahu aku juga," balas Casey, mengecup puncak kepala kekasihnya.

Butiran halus salju mulai turun di atas kubah transparan tinggi saat Casey menengadah. "Mungkin seharusnya kita meringkuk di depan perapian dan menghabiskan berember-ember coklat panas sampai aku mulai bekerja lagi besok."

"Bagaimana dengan berbaskom-baskom butterbeer?"

Casey tersenyum padanya. "Ide bagus."

--------

Lumos.

Ditulis pada tahun 2016 (lupa tanggal dan bulan, kayaknya pertengahan) dan selesai di tahun 2019 April.

Akhirnya.

Saya merasa lega.

Terima kasih kepada pembaca yang setia, terutama Gulabiru yang memotivasiku untuk menyelesaikan cerita ini. Biarpun ini fanfic, ini adalah cerita yang kusayangi karena, yah, aku suka Harry Potter dan kisah Brianna menggambarkan apa yang kudambakan selama ini.

Aku sangat mengapresiasi segala kritik dan saran, juga kesan dan pesan.

TERIMA KASIH.

Nox.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top