Chapter 5- Second time to lost you


Nicolas tahu ia sudah keterlaluan tapi bagaimana kalau kakaknya mengetahuinya? Apa yang akan dikatakannya nanti kalau ternyata anak gadisnya malah jatuh cinta pada pamannya sendiri? Mungkin Nicolas akan berakhir di penjara, rumah sakit atau malah di kuburan? Entahlah..

Ini bukan saatnya melamunkan hal itu, Nicolas menghela nafas panjangnya dan menyadari kebersamaannya bersama Selena seakan sudah biasa, dan saat gadis itu tidak muncul.. Nicolas merasakan ada yang berbeda. Rumahnya terasa lebih luas daripada sebelumnya dan terasa lebih sepi..

Padahal selama ini Selena hanya ada saat pagi hari dan malam hari, dan bahkan Nicolas tidak akan menyadari keberadaan gadis itu. Tapi Nicolas bisa menyadarinya dari aroma tubuh Selena. Gadis itu selalu meninggalkan aromanya, dan sekarang...?

"Sejak aku mengatakan bahwa aku mencintaimu, kau bertingkah seperti orang brengsek!"

Nicolas menggeleng-geleng kepalanya, 'Ini tidak boleh sampai terjadi. Kalau memang Selena benar-benar menyukaiku, maka inilah yang seharusnya aku lakukan...' gumam Nicolas mengambil cara terakhir yang ia bisa.

Ia tidak boleh membuat gadis itu mencintainya, Nicolas memiliki Sophie, walau istrinya itu sudah tiada dan bahkan walaupun Nicolas sudah tidak terlalu mengingat Sophie lagi--dan semua itu karena Selena.

Selena benar, ia sudah bertingkah seperti orang brengsek setelah gadis itu mengatakan kepadanya bahwa gadis itu mencintai dirinya. Ini bodoh, tapi separuh dirinya sangat senang dengan perkataan Selena, setengahnya lagi merasa bersalah karena ia tidak bisa membalas pernyataan itu..

Setidaknya ia seharusnya melakukan hal ini sejak dulu, sehingga Selena tidak akan berakhir dengan mencintainya terlalu dalam..

***

Selena menghela nafasnya dan meneguk minuman Strawberry Float nya dengan cepat. Sebenarnya minuman asam seperti ini bukan kesukaannya, tapi disaat seperti ini Selena lebih memilih sakit perut ketimbang sakit hati.

Ini sudah 2 Bulan sejak ia bertengkar dengan Nicolas, sebenarnya ayah dan ibunya juga sudah menyuruhnya untuk kembali karena persiapannya ke prancis hanya menghitung hari saja. Beasiswanya sudah diterima dan Selena seharusnya sudah menyiapkan segalanya, tapi hatinya belum bisa.. Ia tidak bisa meninggalkan Nicolas..

Ditambah lagi Nicolas yang sama sekali tidak mau melihatnya atau menyapanya.. apalagi tersenyum.

Apa ini sudah saat yang tepat baginya untuk berjalan maju kedepan?

Selena menutup matanya dan bertumpu pada sebelah tangannya, Sebenarnya berapa lama lagi ia akan seperti ini? berapa lama lagi ia bisa bertahan dengan Nicolas yang menolaknya dengan begitu serius?

"aku tidak akan pernah mencintaimu Sel.. Bagiku kau tak lebih dari keponakanku. Dan aku mencintai Sophie.."

"bagiku kau hanyalah penghalang.."

"..Apa yang sebenarnya sedang kau lakukan Sel? Bukankah kau sudah bilang akan melepasnya? Mengapa sekarang kau malah berpikir tentang dia?" gumam Selena mengutuk dirinya sendiri. Ia merasa begitu bodoh dan hampa.. Ia membutuhkan Nicolas lebih dari ia membutuhkan udara untuk bernafas sedangkan Nicolas membutuhkan dunia tanpa kehadirannya...

Trrt... Trrtt..

selena menyadari ponselnya yang bergetar dan mendapatkan beberapa chat masuk yang ternyata adalah ibunya,

"apa kau sudah mengirimakan makanan untuk Nicolas, sayang? Ini sudah hampir jam makan siang.."

Crap! Ia lupa mengirimkan makanan untuk Nicolas, ini semua karena pemikirannya yang tidak penting ini! Selena menatap 1 bungkus makanan yang sudah dibawanya sejak tadi dan tidak mampu diantarnya. Dengan malas Selena berjalan bangkit dari restoran tempatnya menghabiskan waktu dan bergegas ke kantor Nicolas untuk mengantarkan makanan

sebelumnya, Selena membalas pesan dari ibunya.

"i'm on my way Mom... "

Perjalanananya menuju kantor Nicolas hanya membutuhkan beberapa menit dari tempatnya sekarang. Selena bertanya-tanya apakah Nicolas sudah makan? Atau sedang menghabiskan waktunya dengan tumpukan file?

Selena mengingatnya, bagaimana Nicolas menghabiskan waktu dalam tumpukan dokumen penting yang harus ia periksa. Ia juga ingat betapa marahnya dia saat mengetahui Nicolas belum menyentuh makanan sama sekali kecuali 2 cangkir kopi hitam.

Sebelumnya Selena sudah mengirimkan text kepada Nicolas bahwa ia akan datang untuk mengantarkan makan siangnya—tentu saja ibunya sudah mengatakannya terlebih dahulu kepada Nicolas tanpa harus dilakukannya.

***

Selena memasuki ruangan dimana Nicolas bekerja. Namun sebelum melangkah lebih jauh, Selena melihat seorang gadis yang berada dibalik meja--sepertinya seketaris Nicolas dan Selena menghampirinya, "Sorry, apa benar ini ruangan Nicolas Constantine?"

Seketaris itu tersenyum ramah dan mengangguk, "Benar, can i help you Miss?"

"Aku keluarganya. Aku ingin mengantarkan makanan. Namaku Selena"

"Mr. Constantine pernah membicarakan tentang anda" Seketaris itu tersenyum ramah, "Mr. Constantine berada diruangan kedua. Apa mau saya antar?"

"oh, tidak perlu repot-repot. Aku bisa kesana sendiri, terima kasih banyak" Selena menunduk sopan sebelum berjalan kearah ruangan Nicolas.

.

.

Selena membuka pintu sedikit dan tidak melihat apapun selain lampu kerja yang hanya digunakan 1 saja sehingga penerangan diruangan itu remang-remang. Hingga akhirnya, Selena menyadari bahwa Nicolas berada di sofa yang letaknya tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ya, itu memang pria itu--Selena dapat melihat siluet pria itu walaupun dalam keadaan remang-remang. Dan bahkan dalam keadaan gelap Selena bersumpah ia masih bisa mengenali pria itu

Dan disinilah ia, melihat pria yang begitu dalam menempati hatinya sedang bercumbu dengan gadis cantik yang tidak diketahuinya.

Gadis itu terlalu cantik dengan tubuh semampai, kaki jenjang, rambut berombak dengan warna kecoklatan. Dan wanita itu begitu mirip dengan--Sophie. Oh Tuhan, Selena yakin wanita itu sangat mirip dengan Sophie..!

Nicolas hanya duduk diam sementara gadis itu menggerayangi dan mencium wajah, bibir serta tubuhnya yang berotot itu seakan tidak peduli. Rasa cemburu dan sakit hati masuk kedalam hati Selena.

Pemandangan apa yang sebenarnya sedang dilihatnya? Separuh hatinya berharap ini hanya mimpi buruk.

Selena tahu sakit ini, perasaan ini dan segalanya, Dan ia membenci pria itu!Ini semua karena Nicolas! Apa pria itu tidak pernah berhenti membuatnya berharap lalu menjatuhkannya? Tanpa Selena sadari tubuhnya mengambil alih, ia melempar bekal yang dibawanya kearah Nicolas dan wanita itu sehingga bekal itu jatuh mengenai meja yang berada didekat mereka.

"apa-apaan ini?" geram wanita itu dan menatap kearahku yang berada didekat pintu.

Nicolas hanya memandang Selena dengan ekspresi kosong dan menyadari air mataku yang hampir saja tumpah tanpa bermaksud untuk bangun dari tempatnya berbaring.

*

Selena ingin menarik Nicolas dan menjauhkannya dari gadis itu, tapi ia tidak akan melakukannya. Setidaknya aku masih punya harga diri! Dan aku pernah bersumpah tidak akan pernah menangis, dan disinilah dia. Menangis..

"Aku membawakanmu bekal untukmu, tapi rasanya kau sudah tidak memerlukannya lagi.."ucap Selena dingin dan berjalan keluar dari ruangan Nicolas.

Selena memaksakan dirinya berjalan tegap, walaupun ia sangat ingin berlari. Sekarang ini Selena tahu bahwa dirinya sudah seperti orang gila, menangis dan tidak bisa berhenti. Resepsionis yang tadi ditemuinya menatapnya dengan bingung. Ia sangat membenci Nicolas, sangat sangat membencinya--dan Mencintainya.

Keluar dari kantor Nicolas terasa sangat sulit dan menjadi perjalanan yang panjang, padahal perjalanan yang biasa dibutuhkannya hanyalah berkisar 20 menit tapi ia merasa seperti sudah berjam-jam lamanya.

.

.

Selena masuk kedalam rumah Nicolas dan tubuhnya beringsut ke lantai, tubuhnya goyah seakan membutuhkan pegangan. Selena membenci pria itu, ia membenci pria itu sebesar ia mencintainya. Apa yang bisa dilakukannya demi mendapatkan Nic? Apa hal itu adalah hal yang tidak akan pernah terjadi?

Didalam kamarnya yang gelap, isak tangisnya pecah dan Selena menjerit. Entah sudah berapa banyak barang yang berterbangan dikamarnya demi melampiaskan kekesalan dan rasa frustrasinya. Ia sudah tidak peduli lagi.

Kenangan akan Nicolas dengan gadis cantik itu terus memasuki benaknya dan berputar berulang kali bagai kaset rekaman.Seberapa besar usahanya untuk menghilangkan hal itu, Selena tetap tidak bisa melupakannya. Jeritan dan isak tangisnya terdengar diseluruh rumah yang kosong itu.

Hingga 1 kalimat terlintas dibenaknya, 'Apa kau rela membiarkan gadis itu mendapatkan Nic?' Tidak. Ia tidak rela, selama ini ia sudah membiarkan gadis lain mendapatkan Nic dan Selena tidak sanggup membiarkan hal itu terjadi lagi..

*

Ini bukan pertama kalinya ia melihat Selena marah, ini juga bukan pertama kalinya gadis itu melihatnya dengan Sophie--atau gadis lain. Tapi ini adalah pertama kalinya ia melihat gadis itu menangis dan menatapnya dengan tatapan terluka.

Ini juga pertama kalinya Nic merasakan perasaan terlukanya Selena.

Apa yang sebenarnya sudah dilakukannya? Apa yang baru saja direncanakannya?

Nicolas menatap bayangan Selena yang sudah berjalan keluar dari ruangannya, ia memang seharusnya tidak pernah menerima gadis itu dan seharusnya ini sudah dilakukannya sejak dulu bukannya sekarang.

"sudah, lepaskan aku Lea.." gumam Nicolas dan mendorong Leandra pelan.

Leandra menatap Nicolas dan mematuhinya, "rupanya kau benar-benar serius mengatakan ingin mengusir gadis malang itu.." awalnya Lea bahkan tidak menyetujui ide gila Nic untuk mengusir keponakannya yang malang itu dengan cara buruk seperti ini.

"kalau saja Thomas tahu aku membantumu seperti ini, dia pasti akan menghukumku.."

"tenang saja. Kau hanya membantuku, Lea. KIta tidak benar-benar melakukannya"Ucap Nicolas sambil tersenyum lemah.

Ini terakhir kalinya ia melakukan hal ini. Ia sudah tidak ingin lagi melakukannya, kalau ia tidak melakukan hal ini, Selena akan semakin terikat dengannya dan ia tidak menginginkan hal itu. Selena berhak mendapatkan yang lebih baik, bukannya terikat dengan pria yang hanya bisa menyakiti dirinya.

Leandra meninggalkan Nicolas setelah merapikan bajunya yang sebelumnya memang sengaja dibuka sebagian--karena ini memang sebagian dari rencana Nicolas. "kalau begitu aku pergi dulu.." gumam Leandra dan menatap Nic yang amsih berbaring di sofa. Sebagian perasaannya merasa simpati dengan Nic. "..kau seharusnya memikirkan perasaanmu dulu sebelum memutuskan untuk melakukan ini. Karena menurutku bukan hanya gadis itu yang terluka Nic, tapi hatimu juga"

"..tinggalkan aku sendiri Lea.."

"kau mungkin tidak menyadarinya, tapi sebagai temanmu aku akan mengatakannya. Kau hanya takut pada perasaanmu Nic. Kau takut perasaan gadis itu hanya perasaan kagum dan bukan benar-benar mencintaimu." Lea menatap Nic yang masih menutup matanya, "..bangun dari tidurmu pengecut. Jangan sampai kau benar-benar kehilangannya"

Kemudian Lea meninggalkan Nicolas sendirian dan kebingungan.

Perasaannya menjadi lebih buruk daripada yang dibayangkannya. Ya Tuhan, apa dia salah memutuskan sesuatu?pikirnya dalam hati. Perasaan ini memperburuk perasaannya lebih daripada saat ia kehilangan Sophie..

Kata-kata Lea menggamparnya. Itu adalah kata-kata yang tidak ingin didengarnya, tapi itulah kenyataan yang menamparnya. Tapi bukankah semua ini adalah keputusannya? Membuat gadis itu membencinya dan menjauh?Walaupun bayangan Selena membencinya dan menatapnya dengan dingin membuatnya hatinya sedih dan kosong.

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top