Chapter 21
|
"Gagak Kasugai pembawa pesan salah."
-•-•-•-•-•-
"Kenapa kau bisa sampai disini, Onii-sama?" Hanako bertanya dengan nada agak tinggi. Mengadah melihat Muzan yang berdiri di puncak rumah besar di hadapannya.
"Bukankah aku yang harusnya bertanya? Kenapa kau disini? Tak ada satupun Iblis disini untuk diburu, bukan?" tanya Muzan, dia melanjutkan.
"Atau memang aslinya kau yang bodoh karena menjadi Iblis ketika berumur 14 tahun, sehingga kau tak menggunakan otakmu sama sekali."
Hanako tertegun, memandang kelam kearah Muzan. "Kudaranai na. Padahal kau juga sama halnya denganku. Mencari bunga Blue Spider Lily sampai ribuan tahun lamanya."
Hanako menyengir lebar, "Kau itu bodoh ya, Onii-sama." setelah itu dia terkekeh pelan.
Kini giliran Muzan yang memandangi Hanako dengan kelam, "Damare. Setidaknya aku tidak sepertimu, mengamuk sampai nyawa sendiri terancam karena tak bisa mengontrol emosi."
"Yah, itu benar. Tapi setidaknya kekuatanku sama sekali tak berkurang." kata Hanako diiringi dengan senyuman lebar.
Alis Muzan tertarik ke atas. Sesaat, dia menghilang. Membuat Hanako terperanjat. Setelah itu, dia berada tepat di belakang Hanako.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan?"
tanya Muzan setelah dia mendekat ke telinga Hanako.
Hanako memejamkan matanya, menghela nafas. "Satu saja."
"Oh ya?" Muzan tertarik.
Hanako menoleh ke belakangnya. Menatap ke dalam bola mata kakaknya iti, "Aku ingin kau dan aku mati, Onii-sama."
Muzan tersenyum, hampir cekikikan menahan tawa. "Sepertinya otakmu benar-benar tak bisa dipakai." dia
memutar tubuhnya, mulai berjalan menjauh dari Hanako.
"Matte yo! Cepat atau lambat kau dan aku juga akan mati! Makanya.. makanya.. kenapa sekali saja kau tak pernah mau mendengarkanku..?"
Air mata mulai mengalir deras. Hanako sesak menahan tangis, menatap punggung Muzan yang berjalan menjauh.
"Padahal jika kau mendengarkanku, kita bisa hidup bersama... aku akan memberimu darahku sehingga kau bisa kebal matahari!" pendiriannya mulai lemah, Hanako tak lagi dapat berdiri dengan tegap.
"Padahal... kita bisa hidup lagi sebagai keluarga... padahal..." tak bisa ditahan lagi, Hanako sudah jatuh terduduk. Isak tangisnya terdengar.
Hanako menatap punggung Muzan yang kian lama mengecil dari penglihatannya. Sedetik kemudian, dia terisak kencang. Menangis, lalu berteriak,
"Padahal aku menyayangimu! Aku menyayangimu, Onii-sama! Orang yang paling kusayangi di dunia ini! Kau satu-satunya keluargaku sampai sekarang!"
Sekilas, nampak Muzan memberhentikan langkahnya. Kepala nya tertoleh melihat Hanako.
Tatapannya tajam tanpa ada rasa perikemanusiaan sekecil apapun di hati. Muzan lantas menjawab, "Aku tak pernah menganggapmu sebagai adik sama sekali."
Mata Hanako seketika membulat lebar.
Seakan seribu tombak sedang menancap di jantungnya.
Muzan melanjutkan,
"Selama ini aku membencimu. Selalu begitu, dan suatu hari, akan kupastikan semua Pillar dan Kisatsutai akan terbunuh."
Degg!
Degg! Deg!
Hanako terdiam ditempat.
Setelah itu, dengan sekejap mata, Muzan menghilang. Tanpa jejak.
Hanako termenung dengan mata membulat. Lalu kepalanya mengadah ke langit malam yang penuh dengan taburan bintang,
"..Begitu, ya." Hanako berdiri. Mengusap air mata yang menjejak di pipi.
"Sebaiknya... aku akan mati lebih awal."
Inilah. Inilah sifat Hanako. Sangat mudah berputus asa. Bahkan sebelum berperang pun, dia sudah menyerah.
Hanako mulai berjalan. Melangkahkan kakinya gusar ke rumah yang dia singgahi bersama Giyuu.
•°•°•°•°•°•°•
Dunia sudah terang.
Di pagi yang mendatang, dua ekor burung dengan spesies yang berbeda sedang terbang menuju ke desa tak berpenghuni.
Itu adalah burung Gagak Kasugai dengan Burung Hantu yang menggigit segulung surat.
Lantas keduanya berhenti pada seseorang yang tengah berdiri di depan sebuah rumah. Giyuu.
Gagak Kasugai itu lebih dulu mendarat di pundak Giyuu, lalu berseru.
"Tomioka Giyuu kwaaakk! Pesan yang kau terima salah kwaakk!"
Giyuu tertegun mendengarnya.
Lagi?
"Misi dibatalkan! Misi dibatalkan! Kwaakk!" seru Gagak kasugai itu untuk yang kesekian kalinya.
Giyuu menghela nafas, sudah berapa kali seperti ini?
Tapi tak apa, dia bisa memaklumi nya karena burung gagak yang dia miliki sudah berusia lanjut usia:v giginya pun tinggal dua:v
"Terima kasih." ucap Giyuu, yang diberi sebuah anggukan oleh Gagak Kasugai miliknya.
Tak lama, Burung Hantu datang menghampiri. Giyuu mendongak, lantas burung itu langsung menjatuhkan segulung surat pada Giyuu.
"Surat?"
"Bacalah kwaaakk!" seru Gagak kasugai yang masih stay di pundaknya.
Giyuu lantas membuka surat itu, tepat setelah burung hantu itu pergi, dia teringat sesuatu.
"Itu burung hantu milik Bos Secret Pillar bukan?"
Sekali lagi, gagak Kasugai itu mengepakkan sayapnya seraya mengangguk.
Giyuu berdecak, "Di dalam surat ini dijelaskan bahwa salah satu anggota Secret Pillar tewas. Rapat Pillar akan diadakan kembali."
Giyuu menggulung surat itu di tangannya, lalu menoleh kedalam rumah, "Aku juga disuruh untuk membawamu."
ucap Giyuu pada Hanako yang sejak tadi duduk termenung di pintu. Hanako mendengar itu lantas mengangguk, mengiyakan.
"Umn."
Giyuu berjalan menghampiri Hanako, duduk disebelahnya. Dia menatap lamat-lamat wajah kekasihnya itu, "Ada apa? Kau terlihat pucat."
Hanako refleks menggeleng. "Ie, nanimo."
Giyuu memandang Hanako dengan tatapan curiga, "Jika terjadi sesuatu, katakan padaku. Jangan diam saja. Itu membuatku gelisah."
Perlahan Hanako menoleh pelan, tersenyum miris, "..Tidak apa. Aku sedang berpikir, aku ingin cepat-cepat berubah menjadi manusia lalu hidup dengan Giyuu." ucapnya.
Giyuu sempat menganga, menyembunyikan wajahnya yang memanas. Lalu kemudian mengelus kepala Hanako sembari tersenyum. "Ya."
Ah... bagaimana bisa Hanako menceritakan yang sebenarnya pada Giyuu?
Bahwa baru saja... dia bertemu dengan kakak kandungnya setelah sekian lama, dan bukannya mengusir rasa gelisah di hati,
itu malah menyebabkan luka besar di hatinya bertambah.
Benar-benar miris.
* * *
Skip>>
Beberapa hari telah berlalu.
Seperti yang direncanakan oleh Kagaya dan Bos Secret Pillar, Hanako akhirnya diamankan di suatu tempat rahasia.
Ditemani oleh anggota Secret Pillar yang masih tersisa, kalau-kalau saja Hanako kembali mengamuk.
Namun tak hanya itu, trio Kamaboko juga ada disana karena diinginkan sendiri oleh Kagaya, karena jika memang Hanako mengamuk, Tanjirou dengan mudah menanganinya.
Sementara itu, para Pillar akhirnya rapat untuk kesekian kalinya. Ini terjadi karena semakin hari Uppermoon selalu menampakkan diri, bahkan Ren tewas dibuatnya.
"Bego' sih. Dah dibilangin gue aja yang ikut malah nolak, gini keun jadinya, Ren jadi mokad beneran:v" kata Hitagi mulai membuka suara.
Shirome yang tengah bersandar di bawah pohon yang rindang mencebik, "Paan seh? Cemburu gue deket sama dia bilang ae:("
Hitagi mengernyit, perempatan mulai muncul di wajah, "Gua ga naksir dia oon!"
"Lah:v yang bilang naksir juga saha nenk?" Shirome mengerjap. Setelah itu, dia tertawa cekikikan, "Hihihi.. atau emang suka ya lu..."
"Kagak!"
Keiichi, selaku suami sah nya Shirome, batuk-batuk. "Akhem! Akhemm!"
Shirome menyengir kuda, "M-Maap maap:v aku ga ngomong apa-apa koq zheyeng:'("
Hitagi yang mendengar itu memutar bola matanya, "Yeuu:v iler."
Keiichi angguk-angguk paham, "Betewe.. itu trio mabok emang dibolehin masuk kedalam yak:v ama bos?" tanya Keiichi, memandang sebuah rumah kecil tertutup di depannya, yang tak lain didalamnya adalah Hanako dan Trio Sableng.
Shirome dan Hitagi ikut melihat.
"Orang sepesiyal mah gitu:'" kata Hitagi.
Shirome mengangguk. "Hooh, katanya kondisi Kibutsuji (y/n) ga stabil. Ntar kalo ngamuk, bisa ditenangin langsung ama jidat gede:v"
"Jidat lebar maksudnya?" tanya Hitagi.
Shirome menggaruk kepalanya. "Ehm, ya itu.."
Keiichi menghela nafas, "Dahlah. Ngomongnya lanjot di next Chapter ae:v capek gue ngomong."
Hitagi dan Shirome serempak mengangguk.
"Sama:'("
"Bubay ne reader:v"
"Mata ashita ne~"
"Ja ne~"
"Bacot diem!"
"Oh iy, oke:v"
-•-•-•-•-•-
//tutup muka pake tangan
Au ah ga liat><
Ekhem!
Jadi... buat next chapter.. Chara siapa lagi yang mau dimatiin?
Tenang, boleh request koq:'D
HeheheheeheheheheheheehhhehehehehhehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehehEmwahhhHehehhheheheheheheheheheeheheheeeehhehe:*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top