Part 13. A Honest Love Confession

(15+)
Engga ko,aku bohong! Ga mungkin aku ga updete. Aku pasti update,kemarin aku cuman marah-marah kayak kambing😷
Biasakan vote sebelum baca ya😂
Maaf kalau ada typo,and Happy reading ^^

***********
- Sebuah pengakuan cinta yang tulus -

Lauryn's pov

What? FARELL.

Aku melirik farell yang bersandar di sebuah pohon besar tak jauh dari perkumpulan ini. Aku memejamkan mata sesaat kemudian menghembuskan napas panjang.

"Siapa pasangan mu lauryn?" Tanya ketua pembina pramuka.

"Ngg--ini farell" jawabku dengan gugup.

Semuanya hanya mengangguk dan ber-oh ria. "Farell"

Merasa di panggil,farell dengan cepat langsung menghampiri kami semua. "Iya kak"

"Kamu menjadi pasangan lauryn dalam jurit malam kali ini" farell menatapku sesaat lalu mengangguk setuju. "Baiklah"

"Cepat,yang lain sudah pergi" Aku dan farell mengambil lilin dan korek api yang sudah disediakan lalu berjalan menjauh dari kerumunan perkumpulan tadi.

Aku membuka korek api,sementara farell memegang lilin yang belum dinyalakan. "Ha? Cuman 5 batang korek api?" Aku menganga lebar. "Kita kurang beruntung" aku mendelik kesal.

"Cepat nyalakan,kalau tidak kita bakal tertinggal jauh"

"Sabarlah" aku berusaha untuk menyalakan korek api itu,tapi korek api itu tidak mau menyala. "Sialan,susah banget" keluhku.

"Bodoh"

"Apa?"

"Jangan berbicara kotor saat di hutan,lo bakal ngerasain gimana lo di teror sama penunggu sini,hiii.." Aku menggeleng pelan,masih aja tuh anak respek sama hal yang tabu begini.

"Lo aja yang takut bego" farell mengedikan bahunya. "Serah"

Akhirnya,dengan susah payah kami bisa berjalan dengan lilin yang menyala setelah tadi menghabiskan tiga batang. Bayangkan saja kita harus bertahan dengan batang korek api yang tersisa dua lagi. Sial.

Aku tadi sempat bertengkar kecil dengan amanda karena dia selalu memancing emosi ku. Aku selalu bertanya dalam hati. Kenapa dulu gue punya temen kayak dia? Sampai satu semester lagi gue tahan. Dan kapan anak itu tobat ya Allah?Batinku.

Kami berdua sudah berjalan cukup jauh. Tapi sama sekali tidak ada yang membuka suaranya terlebih dahulu. Hal yang membosankan.

Aku merasakan hembusan angin semilir yang menerpa tengkuk ku,tetapi aku diam. "Hihiiii..." aku mendengar suara cekikikan seperti kuntilanak. Aku menjerit ketakutan. "Aaaaa"

"Lo kenapa sih?"

Aku membuka mataku. "Diem aje lo"

"Katanya,lo ga takut---terus kenapa teriak?" Aku menekukkan bibirku. "Sok tau"

Aku berjalan cepat karena marah dengan sikap farell yang sama sekali tak membuatku nyaman. "Lo marah?" Aku tersentak kaget karena farell sudah menyaingi langkah kakiku.

Baru saja aku hendak melangkah lebih jauh,tapi aku melihat sebuah kepala yang bergelayut di atas pohon dan ingin mendekatiku,entah itu hanya akal-akalan senior atau memang nyata. Aku sudah berteriak histeris dan memegang tangan farell secara reflek. "Anjayy,pergi lo" ucapku yang sudah merinding ketakutan,aku sudah berusaha mengusir sambil melambai-lambaikan tangan ku layaknya mengusir anak ayam. Farell terkekeh geli. "Dasar anak ini"

Dia menjitak kepalaku dan aku mengerucutkan bibirku. "Uhh"

"Ini baru ronde pertama" aku mengigit bibir bawahku membayangkan bagaimana yang akan terjadi di ronde kedua? Gue bakal mati konyol kali. Aku meringis membayangkan nya.

Kami berjalan lebih jauh dan kali ini tidak ada gangguan seperti tadi,aku cukup lega. Aku melihat cahaya kecil yang sebentar lagi akan kami tuju. Itu adalah pos ronda pertama.

Akhirnya kami sampai,disana sudah ada ketua OSIS,kak naya dan kak farid yang sudah berjaga. Mereka menatap kami berdua dengan tatapan geli. Aku mengernyit heran. "Apa?"

"Tuh,masih megangin aja. Ehmm" tunjuk kak naya pada tanganku yang masih bergelayut manja di lengan farell. Aku langsung menyentakkan lengannya. "Ngapain lo pegang-pegang gue" kesal ku padanya.

"Dasar ga tau diri,lo kali yang megang tangan gue" Ada jeda sedikit. "Gara-gara takut sama suara kunti dan kepala yang ga jelas itu. Ga nyadar woy?" Sindir farell. Aku mendengus keras.

Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak. "Dasar labil"

"Udah ketawa nya?" Sindir farell pada ketiga penjaga itu. "Iya,iyaa rell. Jangan marah gitu dong---nih lilinnya ambil" kata kak herlina ketos di sekolah kami. Aku mengambil nya dengan cepat.

"Makasih kak" kataku sambil tersenyum pada mereka bertiga. "Iya sana pergi,jangan berantem mulu yaa. Wkwk" teriak kak naya.

"Anjirr,ngusir" ucapku pelan. Kami pun akhirnya meninggalkan pos ronda pertama itu. Aku memegang lilin yang masih baru sedangkan farell masih tetap memegang lilin yang sebentar lagi akan mengecil.

Hening. Tidak ada yang berbicara sama sekali di antara mereka hanya terdengar suara gesekan renyah antara sepatu yang dikenakan dengan dedaunan kering. Hawa dingin mulai menyambut,suara bising kelelawar dan burung hantu membuat suasana semakin mencekam layaknya film-film horror.

"Ehmm" aku berdehem. "Apa?"

"Lo ga kepanasan apa tuh--terus megang lilin yang bentar lagi bakal ngecil?"

"Inilah keistimewaan para lelaki" ujarnya sambil menaikan satu alisnya. Berlagak lagi.

"Ga cuman para lelaki doang ya,cewek juga bisa kali--sini" aku merampas lilin di tangannya dengan gerakan cepat.

"Liat,gue juga bisa kali" kataku memperlihatkan lilin yang bisa dipegang tangannya dengan mudah.

Farell memutar bola matanya. "Bentar lagi juga bakal ngerengek" acuh farell. "Bilang aja sirik"

Dia mengedikan bahunya. "Serah"

Suara-suara aneh itu membuatku tersentak kaget,meskipun aku bisa menahannya--tapi aku sama sekali tak kuat mendengar suara cekikikan mengerikan itu. Aku berkomat-kamit membaca doa.

Tapi,suara itu tidak mau hilang. Dasar senior-senior gila!

Meskipun,suara ini tidak nyata--hanya perlakuan para senior-senior nya itu,tapi tetap saja aku merasa ketakutan.

Dan tak terasa lelehan lilin panas itu membuatku tersentak kaget apalagi di tambah melihat sesosok wanita berbaju putih sedang menatap kami dengan tatapan tajam. Aku merasa mual--dan tersedak. Aku menggigit bibir bawah ku. Entah itu benar atau tidak? Yang pasti aku sudah amat ketakutan. "Lo kenapa ryn? wajah lo pucat banget" tanya farell dengan cemas.

"Iiitu--hantu. Aaaa" jeritku karena ketakutan. "Aww" jeritku untuk kedua kalinya. Aku mengibas-ngibaskan jariku karena terkena lelehan lilin panas yang sudah tampak mengecil. Farell langsung menarik tanganku--aku hanya diam. "Uhh"

"Kata gue juga apa,lo mending ga usah megang lilin--sok berani sih,liat kan jadi ribet urusannya" ucap farell. Sebenarnya dia juga merasa panik karena melihat gadis yang disukainya diam-diam menjerit kesakitan. "Maa--af" ucapku pelan.

Farell tak menggubrisnya,ia lalu menarik jari telunjuk ku yang terkena lelehan lilin tadi,dan betapa terkejutnya aku melihatnya mengecup jariku dengan bibirnya lalu memasukkan jariku kedalam mulutnya. Aku menganga lebar dan speechless melihatnya. Aku merasakan rasa aneh saat farell melakukan nya. Kakiku gemetar bukan karena ketakutan ataupun kedinginan lagi,tetapi karena melihat pria yang akhir-akhir ini membuat hatinya resah sedang---mengecupi jarinya. Oh tuhan,tolonglah aku!

Dengan susah payah aku menelan saliva ku. Cukup lama ia mengecupi jari-jariku, akhirnya farell menghentikan aksinya yang membuat jantungku secara tidak langsung copot.

Aku masih terdiam kaku bagai patung es di tengah hutan? Konyol sekali.

Dia mengambil lilin yang berada di tanganku lalu menyalakan korek api,dan setelah cukup lama bergulat dengan sisa batang korek api yang hanya satu lagi---akhirnya farell bisa membuat cahaya terang kembali. Aku tersenyum getir.

"Ayo,sebentar lagi kayaknya sampe deh" dia menggenggam tanganku dan menarik ku untuk berjalan lagi,sementara aku diam sambil menatap jalanan yang sudah mulai tertutup kabut putih puncak. Aku merasa akan mati saat farell menyentuhnya seperti saat ini. Memang saat-saat pertama aku masuk sekolah ini,aku dan farell bahkan pernah melakukan ciuman yang dipaksakan oleh kehendak nya--entah kenapa? Rasa ini lebih aneh dan--beda.

Aku bernapas lega saat melihat cahaya terang yang dipantulkan dari pos ronda kedua. "Lepasin,tta--ngan gue" pintaku dengan suara serak karena masih shock atas kejadian tadi,sekaligus malu juga memerah. Farell menoleh padaku lalu dia melepaskan begitu saja tanganku. Aku sedikit---kecewa!

Saat sampai,disana ada tiga orang yang menjaga tak lain dari kakaknya karin,kak yoga dan kak faras. Di sana tidak ramai seperti di pos pertama yang rempong abis. Ketiga penjaga itu termasuk orang-orang yang tergolong pendiam dan pastinya--jenius. Aku mengambil korek api dari tangan kakakku sendiri.

"Makasih kak" aku tersenyum manis. "Hati-hati ya ryn,fokus" aku mengangguk pelan lalu pamit untuk pergi.

Kami berdua melanjutkan perjalanan dengan rasa canggung yang sangat kuat,dan aku--aku tak ingin membuka suara. Rasa lelah mulai terasa saat ronde ketiga ini. Aku memijat bahuku dan keningku yang terasa pening.

"Gue mau ngomong sesuatu ryn"

"Yaelah,tinggal ngomong susah banget" ucapku yang pura-pura agar tidak merasa memerah dan canggung.

"Gue---" belum sempat di teruskan omongannya suara jeritan lauryn lah yang lolos duluan. "Apa?"

"Iiiitu,ku,ku--kunti ngegann..ngeganntung di pohon. Aaaaaa" dengan cepat aku langsung menoleh ke arah yang di tunjuk oleh lauryn,dan benar saja aku melihat hal yang sama. Aku berpikir keras--mana mungkin senior-senior nya atau teman-teman yang lain mau melakukan hal yang benar-benar di luar nalar mereka.

Berarti,itu benar---nyata?

"Itu nyata,ryn"

"Apa?" Aku melotot mendengar perkataan nya. Ingin menangis tapi ditahan. "Ja,ja.. jadi?"

"Kita lari,oke" farell berbisik di telingaku,aku mendesis pelan. Akhirnya aku mengangguk setuju. "Siap?" Aku memegang tangannya---dan aku merasakan kegelisahan yang sama dengan apa yang ia rasakan juga. Farell juga ketakutan,tapi dia masih bisa berbicara santai? Hebat.

Farell langsung membawaku lari bersama nya,aku sempat kewalahan karena tarikan tangannya yang cepat membuat tubuhku seperti terseok-seok. Aku memandangi wajah nya yang terlihat letih,keringat yang bercucuran. Apa dia lelah karena aku terlalu merepotkan nya? Batinku.

Akhirnya,farell melepaskan genggaman tangan nya dan kami sudah jauh dari tempat maut itu. Kami berdua mengatur nafas.

"Maaf" lirih ku.

"Untuk apa?"

"Gue rasa,gue ngebebanin lo banget ya tadi" dia terkekeh pelan.

"Ga kok,yaa emang sih lo itu kadang nyebelin,kadang ngangenin" aku langsung tercekat mendengar kata yang terakhir tadi 'Ngangenin'?

Aku tersenyum dalam diam.

"Oiya,tadi lo mau ngomong apa?"

"Emang tadi gue bilang apa?" Aku memutar bola mataku.

"Tadi,sebelum kita mendapatkan tiket masuk rumah hantu" kekeh lauryn dengan pelan. Farell diam.

"Ohh.." Aku menaikan alisku "Hanya oh?"

Dia tidak menjawab. "Lanjutin dulu aja"

Aku mengernyit heran. "Baiklah"

Angin kencang di malam hari membuatku bergidik ngeri. Aku melihat api lilin yang di pegang oleh farell bergoyang--hendak padam. Aku mendekatinya dan menutup lingkaran api lilin itu mencoba menjaganya agar tak padam. "Ngapain?"

"Lo ga liat nih api bakal padam?" Dia ber-oh ria.

Saat aku sedang asyik-asyiknya menjaga api lilin itu,aku mendengar suara misterius. Dan tak sengaja aku menjatuhkan lilin tadi.

Bugh.

"Rell,ko jadi gelap gini? Gu..gue ga bisa liat apa-apa" Lilin yang di jatuhkan tadi membuat keadaan menjadi gelap-gulita. Aku terus merangkak mencari keberadaan sosok farell.

"Lo sih ryn,segala pake acara takut" Aku mendengus keras. Masih aja memarahi diriku disaat yang genting seperti ini. Batinku

"Iya,gg..gue ngaku salah,jadi lo sekarang dimana? Gue--ga bisa liat apa-apa dan juga gg..gue takut" lirihku dengan nada sepelan mungkin. "Maju sedikit lagi,gue ada di depan lo. Apa lo masih megang korek api?" Aku sedikit merangkak lebih ke depan sambil menggenggam korek api di tanganku. "Ya.Well,apa lo lagi berusaha untuk nyalain lilin?" Tidak ada jawaban.

Aku sedikit maju. Dan--bugh.

"Aduh" rengekku yang terjatuh saat ingin maju ke depan. "Ryn,lo gimana sih,liat lo jatuh di dada gue" Aku terbelalak kaget. Aku bisa merasakan detak jantungnya yang berdetak lebih kencang. Naik.turun.Naik.turun.

Bahkan napas hangat nya bisa ku serap. Serap? Memangnya aku vampir dalam cerita anime?

"Mana ko,ko..korek apinya?" Aku bisa mendengar suara nya yang begitu bergetar. Aku memberikannya---masih dalam posisi yang kubilang like death.

Ckrek..

Suara gesekan batang korek api membuatku terfokus kembali.

Dan..

Cahaya kuning keoren-orenan itu melingkupi sekitar kami,aku bernapas lega. But,posisi ini masih membuatku tak nyaman.

Aku berusaha bangun dari posisiku. Tapi,tanganku dicekal oleh farell. "Apa? Gue mau berdiri,kenapa lo.. hmmmpt"

Aku ingin menanyakan,tetapi secepat itu dia membungkam mulutku dengan mulutnya. Aku yang sangat terkejut tidak bisa apa-apa. Aku speechless setengah mati.

Dia melumat bibirku dengan lembut,mengecup bibirku bergantian. Aku masih bingung dan tidak membalasnya,mungkin karena gemas dia menggigit bibir bawahku---aku langsung membuka mulutku lebih lebar,memberi akses yang begitu besar.

Entah kenapa,aku tidak menolak nya.

Lidahnya menyelusup masuk ke dalam mulutku lalu membelitkan nya dengan lidahku. Awalnya,aku ragu untuk membalasnya. Tapi,aku yang kewalahan langsung membalas nya.

Bahkan dengan mudahnya dia mengabsen gigiku satu persatu. Aku menggeram kecil. "Nggh.." Ciuman yang awalnya lembut berubah menjadi panas dan begitu intens.

Entah setan apa yang merasuki diriku,aku menarik tengkuknya meminta agar lebih memperdalam ciumannya. Aku bisa merasakan dia tersenyum geli di bibirku.

Ciuman panas itu begitu lama,hingga aku merasakan sesak nafas karena tak bisa menghirup udara. Aku memukul-mukul dadanya. Tanda untuk berhenti.

Seperti mengerti dengan apa yang ku minta,ia langsung melepaskan bibirnya di bibirku.

Mata kami saling bertemu,aku bisa melihat tatapan mata cokelatnya mengkilat seperti sedang menahan gairah yang begitu besar. Wajahku memanas karena malu.

Aku mengambil nafas yang begitu banyak. "La.. Lauryn"

Suara serak nya begitu seksi. Aduh,ada apa ini lauryn? Mengapa kau begitu bodohnya terbuai dengan ciuman nya itu? Batinku.

Aku diam. "Maaf,karena gue ngebuat lo kaget setengah mati tadi,tapi--"

"Tapi,gue ga bisa lagi nahan perasaan gue terhadap lo,gue--"

"Gue,gg...gue ga ngerti?" Jawabku lirih.

Dia membenarkan posisi duduknya. "Gue suka sama lo lauryn,gue ga tau kenapa perasaan ini tiba-tiba muncul dan ngebuat gue resah setengah mati,gue--"

Oh tuhan. Apa sekarang sudah ada kupu-kupu di dalam perutku?

"Gue. Cinta. Sama. Lo. Lauryn Ayunda Rivaldo" ucapnya dengan penuh penekanan. Dia mengamatiku lamat-lamat. Aku tercengang mendengar perkataan nya tadi.

Benarkah?

Aku ingin tahu,sudah berapa banyak kupu-kupu yang mendiami perutku ini?

Aku senang sekali.

"Ngg.hmm"

"Gue,gue.. juga suka sama lo--engga lebih tepatnya,gue cinta sama lo Farell Angga Pratama" sekarang gantian dia yang tersentak kaget.

"Yang bener ryn?" Aku mengangguk malu-malu.

Dia menghampiriku dan langsung memelukku dengan sangat erat. Bahkan dia tak segan-segan mengecupi keningku,pipi dan bibirku. Aku sangat bahagia diperlakukan bak seorang wanita yang sangat sempurna di dunia ini.

Dia melepaskan pelukannya. "Berarti kita resmi pacaran bukan?" Ucapnya dengan wajah yang berseri-seri. Oh tuhan! Pipiku tambah merah saja. "Ga,aku ga mau" ucapku dusta.

"Lho kenapa?"

"Soalnya kamu idiot--hahaa" aku tertawa terbahak-bahak. Dia cemberut lalu mengacak-acak rambutku dengan tangannya. "Aku juga ga mau,soalnya kamu serem---hahaa" sekarang giliran aku yang cemberut.

"Serem ya? Ayo bilang,kalau aku serem ha?" Tantangku seraya menyubit lengannya dengan cubitan yang mematikan.

Mukanya memerah,lalu ia meringis menahan sakit. "Masih mau nahan,ha? Farell tersayang?" Kekehku sambil tetap mencubit nya lebih kencang.

Farell memekik. "Iyaaaaa,ryn. Ampun deh----kamu ga seremm,aaa..ku yang idiottt----argggh!!" Aku tertawa kecil. Lalu melepaskan cubitan di lengannya. Ia bernapas lega setelah itu ia menatapku dengan tatapan elang seperti ingin menerkam ku.

Aku menggigit bibir bawah ku. "Farell,aku..hmmpt"

Dia melumatku sangat dalam,setelah puas mengecap semua rasa di mulutku,ia melepaskan ciumannya dan menatapku dengan pandangan yang tak bisa ku mengerti. "Farell,aku---awwww" Dia menyubit pipiku dengan gemasnya. Aku tersenyum manis.

"Dasar kepala batu,tapi..aku cinta sama kamu,gimana?" Aku tertawa terbahak-bahak. "Njirr,rell lebay ihh. Gue geli ngedenger nya"

Dia mengerucutkan bibirnya. "Kok jadi--'Gue-lo' lagi?"

Aku menggeleng pelan. "Iya,sayangku farell. Aku mau jadi bagian kepingan puzzle kamu yang belum lengkap"

Dia tertawa terbahak-bahak. "Aku ga ngerti"

Plaakk.

"Dasar! Gue udah romantis,lo nya kagak ngerti!" Dia tersenyum. Lalu memelukku erat. "Iya sayang,aku cuman bercanda kok,piss!"
Jawabnya sambil cengar-cengir.

Aku mengernyit heran. "Rell lo kok jadi idiot beneran sih?"

Farell diam. "Intinya,kamu mau ga jadi pacarku?" Ucapnya kesal.

Aku mengangguk pelan. karena malas berdebat lagi dengannya "Tapi rell,masalahnya--"

Bersambung.

*****
Tbc.
Hahaha,author sengaja gantungin ceritanya biar kalian semua penasaran*ketawa devil.
Gimana part kali ini? Please.. vomment dong!
Kalau kalian vomment lebih dari 20 aku bakal cepet updete nya kok😆😆*bawel
Kurang baik apa coba aku updete 2 cerita dalam sehari? Kebayangkan gimana pegelnya jariku😷😷

Author senyum-senyum sendiri pas nulisnya juga*korban baper😂
Nulis ini sambil denger lagu exo "lotto" sama bts "for you"😊 rasanya kayak ditemenin sama bang chen sama bang taehyung😂😂*jones

Gomawo. Saranghaeyo*kecupan untuk kalian semua yang setia baca ceritaku😘

28 Agustus 2016

Veragartika

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top

Tags: #romance