It was a paper without a title

Sometimes I'm just not sure if I'd consider my best friend as my soulmate 'cause a little thing always breaks my heart. I'm a capricious, and ofc, selfish gurl.

Also I'm an apathetic person about a lot of things.

**

Begini, sewaktu tema mini event naik ke permukaan, aku berniat menuliskan surat sakit-hati-tapi-rindu lalu sok-sokan bijak people-come-and-go lalu mengungkit waktu-dan-kenangan-kami yang (katanya) berharga sepanjang lintasan planet. Tapi, betul kata Abang Eka, mau sampai kapan aku hanya menaruh atensi pada mereka yang pergi? Rasa kesepian itu pasti ada, semua manusia pernah merasakannya. Tinggal kitanya pintar-pintar mengelola perasaan tersebut. Kalau sahabatmu sibuk, ya kamunya cari kesibukan juga dong. Kalau sahabatmu ninggalin kamu ... sadly, mungkin saatnya kamu mencari kawan baru.

Dan, faktanya, kita nggak bisa terus-terusan bergantung pada orang lain. Kita harus kuat dengan kaki kita sendiri. Jadi, kalau mereka nggak bisa ngertiin kamu, ya kamunya yang harus ngertiin diri sendiri. We all live alone. We will die alone.

Se-simple itu sebetulnya, tapi kitanya aja yang suka memperumit keadaan :o

Teruntuk sahabat-sahabatku di dunia nyata dan maya,
aku nggak begitu berharap kita langgeng terus sih,
aku nggak begitu berharap kita selalu habisin waktu bareng-bareng terus,
aku nggak begitu berharap kalian selalu ada buatku (mungkin tergantung situasi).

Udah kenyang aja sama realita yang bikin sakit, tapi itu nggak membuatku tutup mata sama orang-orang di sekitar yang masih ada dan sayang kepadaku. Kita semua punya kesibukan, punya prioritas yang berbeda. Jalan yang ditempuh bakalan berkelok-kelok memisahkan kita. Komunikasi jadi putus-putus. Masa depan nggak ada yang tahu. Asalkan saat bertemu atau bersua lagi di kemudian hari nggak dingin atau malah jadi nggak kenal, bagiku it's just fine.

Secara nggak langsung, perpisahan memang selalu memisahkan sih, setipis apa pun.

Semakin dewasa, makin irit pertemanan, betul. But, kenal orang baru juga nggak seburuk itu. Cuma aku sendiri mengakui, aku juga orangnya pilih-pilih. Kalau dirasa nggak cocok dan nggak nyaman, aku akan batasi interaksi kalau itu bukan hal urgent. Kayak, pemikiran naif semasa kanak-kanak buat berkawan banyak tuh nggak terlalu gimana lagi. Masalah hidup udah bejibun, sekarang udah nggak terlalu musingin perkara ditinggalin orang atau kesepian karena itu sepele banget sebetulnya (tergantung orangnya sih).

Kesepian itu hal wajar yang masih bisa diatasi.

But still, aku orangnya welcome. Aku berteman dan menerima siapa aja kok asalkan merekanya nggak kasih bad impression, tapi soal kedekatan lebih, memang aku agak tertutup. (Kalau udah deket dan percaya ya kelihatan juga sih taringnya.)

Berteman dan juga bersahabat nih, nggak harus menceritakan segala-segalanya, dari bangun tidur ngapain aja terus ada konflik apa sampai mau tidur lagi. Nggak harus menceritakan cerita sedihmu, perjuanganmu, traumamu. Tapi, kamu harus menjadi dirimu yang sebenarnya di hadapan mereka, dirimu dari hasil segala pengalaman hidupmu di masa lalu, dirimu yang hidup sekarang ini. []

**

A trash by Lynaynan

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top