Misi Pertama : Buat Dia Terpana


Dian tidak tahu bahwa perawatan itu membutuhkan waktu selama ini. Bukan hanya satu atau dua jam. Lima jam, bayangkan! Bahkan Dian sampai menahan lapar karena belum sarapan sejak tadi pagi.

Kaisar Salon dan Spa. Menuruti iklan yang dibacanya di media sosial, Dian berangkat pagi sekali ke salon tersebut. Melakukan rangkaian perawatan dari ujung kaki sampai kepala. Bahkan dia harus menahan rasa sakitnya lantaran melakukan waxing di beberapa tempat untuk mencabut rambut halus di tubuhnya. Ingin rasanya menjerit dan menolak, tapi lagi-lagi, bayangan Wisnu yang memintanya bercerai menjadi alasannya melakukan ini.

Tidak cukup di sana, Dian juga menahan geli saat mengikuti spa dari ujung kepala sampai kaki. Salah seorang karyawan di sana memijatnya dengan tujuan relaksasi. Bukannya relaks, Dian malah menggelinjang, tidak bisa tenang saat ada tangan asing yang menyentuh titik-titik tubuhnya. Dia belum terbiasa dipijat seperti ini.

Sekarang saat semua penyiksaan itu berakhir, Dian bisa menghirup aroma kebebasan. Layaknya seorang narapidana yang baru bebas, seperti itulah perasaannya.

Dian seakan dilahirkan kembali dengan penampilan yang berbeda. Tidak ada wanita kuno dengan rambut panjang yang rusak. Rambutnya yang dulu bersanggul, dibiarkan tergerai sebatas bahu, dengan gelombang kecil di bawahnya. Bahkan Dian memberikan vitamin rambut untuk menjaga keindahan surai hitamnya.

Wajahnya yang kusam mulai sedikit cerah. Masih sedikit, karena dia harus sering melakukan perawatan. Artinya, dia juga harus rutin tersiksa di dalam salon itu. Namun, itu tidak jadi masalah besar. Tujuan yang ingin dicapainya lebih berharga, ketimbang uang yang dibuangnya. Bahkan Dian merasa tidak masalah harus kembali tersiksa berjam-jam di sana.

Dian pulang dengan percaya diri. Meski garis wajahnya masih datar, tapi sinar kecantikan terpancar sampai membuat orang sekitar menatapnya pangling.

"Itu Bu Dian, kan?" Beberapa orang berbisik, menatap Dian yang baru turun dari ojek dengan takjub.

Dian menoleh, memberikan anggukkan sebagai tanda sapaan. Setelah itu, dia masuk ke dalam rumahnya. Kurang sejam sebelum Wisnu pulang.

Dia sudah menyiapkan rangkaian kejutan untuk lelaki itu. Namun sebelumnya, dia harus menyiapkan masakan baru untuk menyambut sang suami.

Dian berkutat di dapur. Memasak sop daging kesukaan Wisnu dengan cekatan. Sudah terbiasa memasak sop tersebut sejak mereka menikah hingga dia tidak butuh waktu lama untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Sebenarnya Dian merasa tidak memiliki kekurangan apa pun sebagai istri. Dia melayani Wisnu dengan baik, menyiapkan kebutuhan keseharian dan memasakkan makanan enak.

Namun tetap saja, selalu ada yang kurang dari pernikahan yang belum sempurna.

Dian menghela napas panjang. Setelah selesai dengan masakannya, dia segera kembali ke kamar. Membersihkan diri dan merapikan penampilan.

Lewat tips dari Google, Dian mulai memperhatikan penampilannya. Biasanya, dia akan menyambut sang suami dengan penampilan ala-ala ibu rumah tangga. Daster panjang dengan bau masakan yang melekat.

Kini dia tahu, penampilan sangat menunjang usahanya. Dia memoles lipstik merah muda di bibirnya yang tebal. Sedikit make up yang tadi didapatkannya dari salon. Semua sempurna. Penampilannya luar biasa cantik. Dian tinggal menunggu kedatangan Wisnu untuk melihat respon lelaki itu.

***

Setengah jam berikutnya, Wisnu pulang tepat waktu. Dia memarkirkan mobilnya di bagasi dan masuk ke dalam rumah. Aroma masakan sudah menyambut kedatangannya.

Wisnu mengedarkan pandangannya, mencari keberadaan Dian yang belum dilihatnya sejak pagi. Entah sadar atau tidak, dia sudah terbiasa dengan keberadaan sang istri di sekitarnya. Jadi saat tidak melihat Dian, Wisnu merasa ada yang janggal.

Hingga suara langkah kaki dari tangga berhasil mengalihkan perhatiannya. Hampir saja rahangnya jatuh melihat siapa yang kini berada di depan matanya. Wisnu sampai lupa bagaimana caranya bernapas. Mulutnya terbuka lebar, matanya menatap kagum pada Dian yang terlihat sangat berbeda.

"Baru pulang, Mas?" sapa Dian, berusaha menampilkan senyum tipis dengan susah payah. Dian menatap sang suami yang hanya berjarak semeter di depannya.

Kecanggungan melanda keduanya. Baik Wisnu dan Dian tidak tahu harus berbuat apa. Wisnu masih terpana, sedangkan Dian merasa kurang nyaman di perhatikan selekat itu.

Dian memilih meraih tas kerja sang suami, mengalihkan perhatiannya agar tidak terlalu gugup. "Aku sudah siapkan makanan. Mas mending ganti baju dulu."

Wisnu hanya mengangguk, belum sepenuhnya sadar dengan apa yang terjadi. Bahkan telinganya terasa asing dengan sapaan sang istri. Tidak ada sapaan kaku yang terdengar datar. Saat ini wanita di depannya seperti bukan Dian yang menjadi istrinya kemarin.

"Kamu ... kamu Dian?" Akhirnya satu pertanyaan lolos dari mulutnya.

Dian mengulum senyum, mengangguk sebagai jawaban. "Mas kira siapa lagi? Kan cuma aku yang bernama Dian di rumah ini," jawabnya. Dalam hati, Dian sangat puas dengan reaksi Wisnu yang sama sekali tak berkedip melihatnya.

Misi pertama, berhasil.



Bersambung.   

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top