Rekomendasi Film Pelangi #4
-The Half Of It-
Sutradara:
Alice Wu
Penulis Naskah:
Alice Wu
Pemeran:
Leah Lewis, Daniel Diemer, Alexxis Lemire, Collin Chou
Negara:
USA
Bahasa:
English
Tanggal Rilis:
01 Mei 2020
Durasi:
1jam 44menit
Genre:
Romance, Comedy
Production:
Netflix
Plot:
Mengambil latar tempat fiktif di kota kecil Squahamish, The Half of It mengikuti kisah dari Ellie Chu (Leah Lewis), seorang gadis SMA pemalu namun cerdas yang tinggal bersama sang ayah yang tak pandai berbahasa Inggris (Collin Chou). Kepintarannya tersebut digunakannya sebagai ide bisnis, dimana ia menjual jasa untuk mengerjakan tugas teman-teman sekelasnya.
Kehidupannya yang biasa-biasa aja pun mulai berubah ketika seorang anak laki-laki bernama Paul Munsky (Daniel Diemer) mendatanginya untuk meminta tolong menuliskan surat cinta kepada Aster Flores (Alexxis Lemire). Pada awalnya menolak, namun akhirnya Ellie pun setuju ketika ia harus membayar listrik rumahnya yang menunggak dan memaksanya mencari uang tambahan. Tak pernah ia sangka, kegiatan surat menyurat tersebut perlahan mengubah hidupnya menjadi tak terduga.
Resensi:
Lagi-lagi Netflix, lagi-lagi Netflix.
Emang ya, Netflix itu nggak bisa berhenti bikin film yang bagus-bagus. Saya kalau denger ada film dari Netflix, pasti langsung otomatis saya masukan ke watchlist. Film-film atau series-series produksi Netflix emang nggak bisa dilewatkan. Kudu dimakan sampai habis, nggak boleh bersisa.
Nah, The Half Of It adalah makanan ringan yang mengenyangkan. Enyak, enyak, enyak. Film ini baru rilis tanggal 1 bulan Mei tahun 2020 kemarin. Jadi, yah, masih bisa dibilang baru. Saya nonton tepat tanggal 2, pas partner nonton saya selesai donlot wkwk.
Seperti kata Ellie Chu, film ini bukan tentang kisah cinta atau yang mengisahkan tercapainya keinginan seseorang. Jadi, sudah bisa ditebaklah endingnya bakal dibawa kemana. Ending dari film ini tergantung dari kita sendiri bagaimana mau memaknainya. Bahagia, sedih, atau ambigu.
Fyi, film ini disutradarai oleh Alice Wu. Buat yang tidak tahu siapa Alice Wu, beliau adalah sutradara dari film Saving Face yang diproduksi tahun 2004. Saving Face aja nggak mengecewakan kok. Jadi, nggak ada salahnya memasukan The Half of It ke dalam list tontonan. Hehe. Katanya sih, The Half of It ini adalah refleksi diri dari sang sutradara, Alice Wu.
Film ini tuh mengisahkan tentang pencarian jati diri, dan makna dari "cinta". Apakah cinta membuat seseorang berpura-pura dan menyembunyikan jati dirinya hingga hilang dengan sendirinya atau menuntun seseorang menemukan jati dirinya yang sebenarnya?
Chemistry setiap karakter yang dihadirkan dalam film ini pun menurut saya manis. Yang paling menarik itu si Aster Flores. Dia tampil menghipnotis dengan ekspresi wajahnya yang penuh makna walaupun dia nggak ngomong apa-apa.
Tapi menurut saya, cerita ini gampang ditebak sih, soalnya premis cerita cinta remaja modelan kayak gini udah pasaran. Tapi yang bikin spesial itu kemasannya. Best part-nya itu waktu adegan di gereja. Itu menjadi titik puncak dari segala hal yang ingin disampaikan oleh The Half of It. Menurut saya ending dari film ini tuh manis dan adil. Manis karena berhasil buat saya senyum-senyum sendiri, dan adil buat ketiga tokoh utama. Secara garis besar, The Half of It cocok buat dijadikan tontonan.
Selain isi cerita, saya paling suka dengan sinematografi dan scoring-nya. Sinematografinya apik, scoring-nya asyik. Memanjakan mata pokoknya. Tapi emang sih film-film produksi Netflix itu nggak usah diragukan lagi sinematografinya.
Salah satu poin plus dari sinematografinya tuh penggunaan unsur perwarnaan dari tiap adegan yang bisa dibilang menggambarkan mood masing-masing karakter. Konsep menyesuaikan dengan mood karakter ini juga turut dilakukan di bagian scoring-nya. Apalagi di film ini tuh juga menyajikan soundtrack yang terbilang enak dan asyik untuk didengarkan.
Scoring musik dan sinematografi emang sangat menjadi perhatian buat saya, karena jika 2 elemen itu tidak dimanfaatkan dengan baik, mau sebagus apapun ceritanya tetap akan terasa gagal. Sinematografi dan scoring musik itu adalah 2 elemen penting yang tidak boleh dikesampingkan dalam hal pembuatan film.
Ohya, kalau kalian cermat, banyak banget adegan yang saling berkesinambungan. Kayak misalnya, adegan Ellie nonton film sama Munsky, disitu mereka membahas adegan yang ada di film yang mereka tonton, nanti di ending, adegan itu akan dialami juga oleh kedua tokoh. Ini saya udah nebak sih, pasti Munsky bakal ngejar keretanya. Pokoknya kalau mau nonton kudu cermat, biar tau kalau ada yang berkesinambungan. Hehe.
Oke, segitu aja. Gih, coba aja tonton sendiri. Dan berikan komentar masing-masing. Atau apakah sudah ada yang menonton film ini? Kalau udah ada, so, bagaimana menurut kalian?
Chugga-Chugga-Chu! Chu!
Btw, Ellie pun mengikuti advices dari Munsky. Wkwk.
Asli ini cakep banget pengambilan gambarnya:((
Berikut director's note dari Alice Wu:
Rating:
IMDB: 7.1/10
Versi saya: 8/10
Result: Direkomendasikan.
.
.
.
.
.
P.S:
Btw, film ini menerima penghargaan Best Narrative Feature at the 2020 Tribeca Film Festival. Congrats!
Yang mau link, tanya Simbah Google aja ya. Soalnya waktu itu yang donlot filmnya bukan saya, jadi saya nggak save alamat link-nya :| Whehehe.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top