I
Jangan gampang baper, di Bumi, bukan cuman lo aja yang dimodusin sama do'i.
~Berlin~
×
×
×
Satu sampai sepuluh, mungkin Berlin bisa memberi nilai delapan pada resepsi pernikahan temannya ini. Konsep dan dekorasinya begitu tertata dengan indah.
Sejak tadi Berlin mengagumi setiap detail acara pernikahan temannya ini, pantas saja hampir sebagian kaum lelaki masa kini takut menikah. Karena biaya resepsi ternyata mahal juga.
Berlin mengamati setiap objek yang ada di ballroom hotel ini, datang ke resepsi pernikahan teman juga bisa dijadikan ajang cari jodoh kalau kita pintar memanfaatkan peluang.
Tapi sayangnya bukan jodoh yang didapat Berlin, melainkan sesosok jelmaan alien dari perut bumi yang kini tengah berdiri di depannya dengan senyum menyebalkan.
"Hello Miss Kondom, ketemu lagi kita."
Berlin memutar bola mata bosan, kenapa makhluk astral ini bisa ada di depannya kini? "Mas salah orang kayaknya."
"Walaupun hari ini lo terlihat beda dari pertama kali kita ketemu, tapi gue yakin kok gue enggak salah orang," jawab Bintang, ucapannya membuat Berlin semakin risih. "Lo temen Lisa yang nyetok kondom rasa strawberry itu 'kan? Yang kondomnya kadaluarsa?"
Haruskah Bintang bicara sevulgar itu, oh come on. Walaupun Berlin tahu mereka sama-sama orang Dewasa dan tahu fungsi kondom itu apa, haruskan Pria di depannya membahas kondom? Memangnya dari sekian objek di bumi ini tidak ada hal yang lebih pantas dibahas selain kondom—yang bahkan Berlin tak tahu bagaimana cara memakai benda laknat yang disimpan Lisa itu.
Berlin membekap mulut Bintang dengan tangannya, "Bisa nggak sih Mas kalau ngomong difilter dulu, jangan asal ceplos gitu. Nggak usah bahas kondom yang bahkan gue enggak tau cara pakenya."
Tangan Bintang dengan cekatan melepas telapak tangan Berlin yang menutupi mulutnya, "Tuh kan bener, Duta Kondom is Back."
Udah ganti lagi aja sebutan gue, minta di Bumi hanguskan nih cowok.
"Duta Kondom dari Arab," kesal Berlin, kenapa ia harus bertemu Bintang di sini.
"Sendiri aja neng?" Bintang mengikuti langkah Berlin yang memilih duduk di kursi-kursi yang memang sudah disediakan.
"Mata lo minus ya? Nggak liat ini tempat rame gini." Berlin menyapu pandangan ke sekitarnya yang memang dipenuhi tamu undangan.
"Iya gue tau di sini rame, maksud gue lo kesini sendiri? Enggak sama temen atau gebetan?"
"Sama supir taksi online, tadi gue mau ngajakin dia masuk katanya males," jawab Berlin dengan nada yang sarkas.
"Oh," Bintang berohria sebelum akhirnya ia meneguk minumannya, "Kok lo enggak nanya balik sama gue?"
"Harga cabe sekilo berapa?"
"Hah?" Bintang menggernyitkan keningnya, terlihat jelas pria itu bingung dengan yang Berlin tanyakan.
"Tadi lo bilang pengen ditanya balik, gue tanya balik malah hah heh hoh," dalam hati Berlin bersorak gembira. Mampuskan alien satu ini, makanya jangan bikin Berlin senewen. "Enggak ada aturan gue harus nanya apa 'kan? Yang penting gue nanya balik sama lo."
"Jutek banget," Bintang melepas jas yang ia kenakan. Menggulung lengan kemeja biru mudanya hingga siku, Berlin masih mengamati diam-diam dari sudut matanya.
"Yang nyebelin kan lo, segala panggil gue Miss Kondom, belum lagi tadi ganti jadi Duta Kondom. Nama gue itu udah bagus, enggak usah lo kasih gue julukan lagi." Berlin merasa ia harus minun aspirin pulang dari resepsi ini, bisa-bisanya ia jadi lebih banyak bicara dengan Bintang. Biasanya Berlin akan lebih memilih mengabaikan sesuatu yang membuatnya tak nyaman, tapi dengan Bintang sejak tadi mulutnya tak bisa berhenti untuk protes atas setiak tindak-tanduk Bintang.
"B-E-R-L-I-N," Bintang mengeja pelan nama Berlin, yang entah kenapa justru suara pria itu terdengar lembur di telinga Berlin. "Kota di Jerman yang punya sejuta keindahan."
"That's right." Berlin menjentikan kedua jemarinya hingga menimbulkan suara. "Gue sama kota Berlin itu punya kesamaan, sama-sama punya sejuta keindahan yang tersembunyi."
Bintang menahan tawa yang akan meluncur dari mulutnya, jika saja ia tak melihat wajah Berlin yang kini tengah menatapnya tajam. Mungkin ia tak akan segan untuk tertawa terpingkal-pingkal, "Gue baru tau cewek jutek kayak lo ternyata picisan juga."
"Gue enggak picisan," elak Berlin dengan nada kesalnya, ia bahkan sudah tak peduli jika suara nyaringnya bisa menarik perhatian tamu undangan yang lain.
"Iya-iya lo enggak picisan," Bintang menyugar rambut hitamnya, dengan mata sebelah kanan yang berkedip ia kembali melanjutkan ucapannya. "Cuman narsis kepedean."
"Gue enggak narsis, Ya Tuhan musnahkanlah Alien dari perut bumi yang ada di hadapan hamba ini. Kalau engkau tak tega memusnahkannya, balikin lagi aja dia ke asalnya. Di perut bumi."
Bintang justru tertawa lepas mendengar ucapan Berlin, "Lo kira gue sisa fosil dinosaurus dari perut Bumi."
Sementara Berlin merenggutkan wajahnya, MC yang sejak tadi entah berbicara apa menghampiri meja mereka. "Nah ini satu pasangan lagi yang bakalan ngeramein games."
Berlin memutar kepala kekiri dan kekanan, barang kali MC pria di depannya ini sedang berbicara pada orang lain. Tapi hasilnya nihil, MC itu menarik tangan Bintang lalu berkata, "Ayo Mas Bintang ajak pasangannya main games, lumayan hadiahnya tiket liburan ke Sumba tiga hari dua malam."
Pasangan dari Arab.
Dengan kukuhnya Berlin tak beranjak sedikitpun dari tempat duduknya. Main games pasangan sama Bintang? dari tadi ngobrol aja bawaannya pusing terus apalagi harus main Games bareng. Bisa kena stroke ringan dadakan.
"Ayo mbak, lumayan lho hadiahnya." MC di depan Berlin masih sama kukuhnya.
"Pasangan gue emang kalau depan banyak orang suka malu-malu macan," Bintang berdiri dari duduknya, tiga langkah berikutnya tubuh tegapnya sudah menjulang di depan Berlin. "Sayang, ayo dong. Lumayan lho hadiahnya, kalau kita menang anggap aja kita lagi simulasi honeymoon ke Sumba. Biar pas Honeymoon nya kita enggak bingung."
Simulasi Honeymoon? Bintang kayaknya beneran mabok.
Riuh suara tamu undangan tiba-tiba saja menggema di ruangan, wajah Berlin memerah seketika. Bukan tersipu atas ucapan Bintang tadi, ia justru malu ketika tamu undangan menyemangatinya agar ikut games itu.
Oh my goodness dosa apa gue sampai harus begini.
Dibanding menanggung malu lebih lama akhirnya Berlin menerima ajakan MC untuk turut serta dalam games itu.
Dan Misi Berlin dalam Games kali ini, menjadi tim yang kalah. Mana mau ia menghabiskan waktunya di Sumba bersama Bintang, apalagi dengan sebutan simulasi honeymoon yang Bintang ucapkan tadi.
Sementara pikiran Berlin masih sibuk dengan misinya untuk kalah, beberapa pasangan sudah naik ke atas podium dekat si MC.
"Kalau kita menang kan lumayan, liburan gratisan." Bintang berbisik dengan wajah bahagia begitu penuh semangat, "Sumba i am coming."
Berlin sendiri tak merasa heran jika temannya yang sedang menggelar resepsi ini memberikan hadiah paket liburan, secara Riko--si mempelai pria mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang tour and travel, tidak besar memang tapi lumayanlah.
Awalnya Berlin ingin mendebat Bintang, tapi MC sudah mulai memberitahu tata cara games yang akan segera dimulai. Pasangan diharuskan memindahkan beberapa karet gelang menggunakan sedotan. Siapa paling banyak memindahkan maka orang itu yang menang.
What the? Ini games pernikahan atau acara tujuhbelasan?
Para tamu undangan bersorak menyemangati peserta games, beberapa peserta games sudah siap mendengar aba-aba dari MC yang akan segera dimulai.
"Kalau misalnya lo enggak suka sama gamesnya kita bisa turun sekarang," ucapan Bintang membuat mata Berlin membulat. Kenapa setelah berada di podium alien ini baru menawarkan untuk tak ikut, "Muka lo kayaknya bete banget."
Dari tadi gue bete, sejak ketemu lo di sini. Berlin mengusap dadanya secara teratur, Sabar Berlin, Sabar.
"Terlambat, gue udah di sini."
Bintang menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia tersenyum canggung. "Gue akan berusaha buat menangin games ini deh, setidaknya bete lo sekarang nanti bisa membuahkan hasil."
Tangan Bintang terkepal memberi semangat pada Berlin, "Semangat Berlin."
Detik berikutnya games dimulai, Bintang begitu semangat. Sementara Berlin sedikit kesusahan menyeimbangi tubuh tinggi Bintang, salahkan dirinya yang lebih memilih memakai flatshoes dibanding heels.
Untungnya Bintang menyadari kelemahan Berlin yang tak bisa mengimbangi tinggi badannya, pria itu merunduk agar tinggi tubuhnya bisa sejajar dengan Berlin.
Ketika tim lain justru terburu-buru, mereka berlomba mengumpulkan karet paling banyak. Berlin dan Bintang justru menikmati setiap proses perpindahan karet gelang melalui sedotan, bagaimana wajah Berlin yang tersipu malu ketika jarak wajah mereka begitu dekat. Atau ketika tangan Bintang yang menggenggam tangannya saat tubuhnya tak seimbang.
"Done yeaaahh!!" MC bersorak pertanda games sudah selesai, "Diharapkan pasangan jangan bergerak dari posisi awalnya."
Berlin diam, ia mencoba berkedip ketika MC menginstruksikan agar tak bergerak dari posisinya. Bintang justru tersenyum, pria itu meniup-niupkan sedotannya pada pony Berlin.
"Dan pemenangnya adalah...," semua orang terdiam penasaran menunggu hasil games. "Bintang dan Berlin."
"Yeahh kita menang," Bintang reflek memeluk tubuh Berlin di depannya.
"Jadi sebenarnya penilaiannya adalah bukan dari banyaknya karet yang terkumpul, tapi dilihat dari bagaimana pasangan menjaga satu sama lain. Bekerja sama agar mereka berhasil tanpa melukai satu sama lain."
Kening Berlin mengerut, fixed ini games paling aneh sejagad raya.
"Inget jangan coba-coba kabur enggak ikut liburan," Bintang berdiri di samping Berlin yang lebih memilih untuk pulang ketika permainan konyol itu sudah selesai. Berlin tadi mengusulkan agar Bintang pergi dengan temannya yang lain saja, Berlin ikhlas menggibahkan paket liburan ke Sumba.
"Enggak, gue sibuk."
"Gue enggak mau tau, lo harus siap-siap dua minggu dari sekarang." Bintang sama kekehnya dengan Berlin.
Berlin memutar bola mata bosan, "Siapa lo ngatur-ngatur gue."
Bintang tersenyum dengan pandangan yang menggerling menggoda Berlin, "Bintang Pradhipta, lelaki yang menang menang games bareng Berlin—yang katanya punya sejuta keindahan."
TBC
Cast Korean Version :
BINTANG
BERLIN
Ora's note :
Jadi ini work yang gue kerjain sambil-sambil, sambil kerja, sambil mikirin nyari percetakan yang sejak dari dua minggu lalu penuh, sambil mikir takut salah langkah. Pokoknya banyak sambilnya.
Thanks buat kalian yang sudah mau menunggu dan mengerti..
Ora
Yang Selalu Bingung TT
4-6-2018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top