14 🌵 Tamu Istimewa?
بسم الله الرحمن الرحيم
This is part of their story
-- happy reading --
🥢👣
Kembali berbicara mengenai pernikahan, ada banyak hal menarik yang bisa dibicarakan. Termasuk dengan persiapan pernikahan Benua dan Basagita. Terlebih karena Aya sebagai kakak masih betah melajang dan bersedia untuk dilangkahi oleh adik perempuannya.
Tidak perlu bertanya bagaimana rasanya. Sebagai seorang Aya pastilah memiliki rasa canggung atau bagaimana. Tapi bukan berarti jika dia masih ingin mengejar yang lain sang adik harus menunggu sampai dengan kesiapannya, tidak. Sama seperti artis cantik Syahrini misalnya, siapa yang tak kenal dengan dia. Syahrini adalah adalah satu artis yang ditinggal nikah duluan oleh sang adik Aisyahrani. Meski begitu, wanita super cantik ini tetap terlihat selalu happy. Ia bahkan sangat sayang dengan sang adik dan juga keponakannya. Bukan hanya Syahrini, beberapa kerabat saya yang juga ditinggal nikah oleh sang adik juga bahagia dan baik-baik saja. So, masih sedih karena ditinggal adik menikah? Aya hanya tersenyum saat hampir semua mata terarah kepadanya manakala ada pertanyaan yang membuat hatinya tergores. "Calonnya Mbak Aya mana nih?"
"Tidak ada yang bisa mencegah takdir Allah kan Bu. Saya belum memiliki calon kalau Bu Ambar ingin mengetahuinya dan yah seperti ini. Ibu bertanya kapan menikahnya, sama seperti kalau saya bertanya kepada ibu kira-kira kapan kita akan mati?" jawab Ayya dengan ucapan datar.
"Eh Mbak Aya dosen loh ya, bahasanya kasar sekali." Jawab bu Ambar murka kemudian meninggalkan rumah Aya. Sedari kemarin memang mulut orang ini paling lemes. Suka banget membuat bahan untuk digunjingkan padahal di rumah Aya juga. Apa dia tidak menjaga perasaan tuan rumah tempat dia bergunjing? Terlebih kepada Aya. Wajar jika sampai Aya mengeluarkan kalimat terakhirnya itu.
"Mbak Aya sabar ya. Bu Ambar memang seperti itu tapi sebenarnya dia baik. Mungkin hanya basa-basi saja." Iya basa-basi, kebanyakan basa-basi bisa basi beneran itu mulut yang tidak pernah menjaga bicaranya.
Aya tersenyum kemudian menjawab. "Sebenarnya saya tidak masalah Bu, ada yang bertanya seperti itu. Tapi Bu Ambar sudah yang kesekian kalinya bertanya kepada saya dengan pertanyaan yang sama. Apa iya saya harus diam?"
Mengingat tumbuh dan besar di lingkungan masyarakat yang juga masih memegang erat budaya Jawa, Aya sangat mengerti bahwa banyak mitos yang beredar di masyarakat mengenai adik yang menikah terlebih dahulu dari kakak. Salah satu mitos yang masih sering diperdengarkan dan cukup dipercaya oleh masyarakat adalah jika seorang kakak perempuan dilangkahi oleh adik perempuan dengan menikah dahulu, kemungkinan besar sang kakak akan kesulitan menemukan jodoh. Yang lebih menyakitkan, ada mitos yang mengatakan jika kakak yang ditinggal adik menikah terlebih dahulu akan menjadi perawan tua.
Itu hanya omongan orang yang tidak memiliki kepercayaan. Mengapa dulu harus disebarkan isu seperti itu? Ya memang sang kakak supaya lekas menikah dan adik mereka bisa menghormatinya. Mungkin alasan paling utama seperti itu, bukan malah diputar balik hingga sekarang dijadikan bahan untuk menggunjing orang. Mungkin, saat tak sengaja melihat kakak yang ditinggal menikah adik terlebih dahulu memang akan mengalami keterlambatan menemukan jodoh atau menikah. Jelas, kan memang adiknya yang menikah dulu dan kakaknya belum. Tapi bukan berarti ini menunjukkan bahwa mitos ini benar.
Satu-satunya alasan Aya adalah dia belum bisa move on dari seorang yang bernama Andi. Juga karena Aya memilih untuk fokus pada karir dan belajar. Jika hati mereka cermat dan peka, mereka akan menemukan alasan kenapa Aya memilih untuk mengalah dengan Gita yang memutuskan untuk menikah terlebih dulu. Bahkan saat sarjananya belum terselesaikan.
"Tapi Mbak Aya sesuai adat jawa untuk kakak yang ditinggal menikah oleh adik terlebih dahulu harus melakukan beberapa ritual. Supaya jauh dari nasib sial dan bisa segera menikah menyusul Mbak Gita. Harusnya Mbak Aya kemarin meminta pelangkah dari calon suami Mbak Gita seperti seperangkat pakaian lengkap juga seperangkat make up dari Mbak Gita." Kata salah seorang yang lain. Aya hanya tersenyum menanggapi.
"Sampun Bu, Aya sampun minta pelangkah."
"Ya sudah kalau begitu aman." Kata salah seorang dari mereka namun masih saja ada yang kepo untuk kembali bertanya. "Minta apa saja kemarin Mbak Aya, bukan aji mumpung kan ada yang membelikan."
Aya kembali tersenyum serta menggelengkan kepalanya. Dalam hatinya beristighfar semoga kelak ketika dia telah menjadi seorang ibu tidak bersikap seperti itu kepada tetangga-tetangganya.
Meski tidak mendapatkan jawaban dari Aya namun sepertinya mereka tetap guyup untuk mengerjakan pekerjaan. Menyambut datangnya para tamu di hari H pernikahan Benua dan Gita.
Sejatinya hal yang harus tetap diingat oleh adik yang menikah dahulu adalah tetap menghormati sang kakak. Adik harus menjaga perasaan kakak dan membuat kakak menerima keputusannya untuk dilangkahi. Karena dalam agamapun tidak ada larangan yang menulis tentang seorang adik yang menikah terlebih dulu dibanding kakaknya.
Ya setidaknya memang Aya tidak mensyaratkan apapun untuk adiknya. Dia hanya ingin melihat kedua adiknya hidup rukun sampai nanti. Itu sudah lebih daripada cukup.
"Mbak Aya, besok Mbak bisa nemani Gita kan pas mas Ben ngucapin akad nikahnya?" tanya Gita.
"Lah memangnya mbak mau ngancani sopo yen ra ngancani kowe. Mas Benuamu iku?" kekeh Aya yang disambut dengan tawa juga oleh Gita. Biar bagaimanapun juga Gita masih merasa tidak enak dengan kakaknya dengan keputusan yang telah dia ambil bersama Ben. – menemani siapa jika tidak menemanimu. Mas Benmu? –
"Kamu jangan terus merasa tidak enak kepada Mbak, Git. Yang terpenting sebagai seorang istri nanti kamu harus bisa berbakti pada suami." kata Aya memberikan nasihatnya. "Mungkin kedepan pemikiran kita akan berbeda. Mbak yang masih seperti ini-ini saja sedang dirimu sudah harus selangkah atau dua langkah di depan Mbak karena keluargamu, suamimu, dan juga anak-anak kalian kelak"
"Iya Mbak. Tapi sekarang aku masih nervous."
"Iya wajar, teman-teman Mbak dulu juga seperti ini ketika akan menikah. Banyak berdoa, nggak usah menghubungi Benua kalau dia tidak menghubungimu supaya keluarganya tidak bingung nanti." kata Aya kemudian memilih untuk meninggalkan Gita sendiri di kamarnya yang telah dihias oleh tukang dekorasi.
Dalam kamarnya Aya kembali merenung. Sampai kapan hidupnya akan seperti ini terus. Menunggu tapi tidak tahu apakah orang yang dia tunggu mengerti dan memiliki perasaan yang sama juga dengannya. Aya memang sangat merindukan Andi. Salah jika dia berharap di pernikahan Gita besok tiba-tiba ayahnya memberikan surprise dengan mengundang keluarga Andi tanpa Aya tahu sebelumnya.
Tapi bukankah manusia masih boleh berharap meski kenyataan dari apa yang diharapkan itu akan sangat kecil sekali kemungkinannya untuk tercapai. Aya masih berharap keajaiban yang Allah berikan kepadanya.
Ketukan kamarnya membuat Aya berjengit, tersadar dari lamunan serta bergerak untuk membuka pintu. Ternyata Ayah dan Ibunya yang berdiri di balik pintu kamarnya.
"Ayah, Ibu? Ada apa kok kompakan ke kamar Aya. Yang mau nikah besok Gita loh."
"Ayah dan Ibu memang ada perlu denganmu."
"Duduk dulu kalau begitu, ada apa? Apa yang bisa Aya bantu?"
"Tadi kamu sempat bicara kasar dengan Bu Ambar, Nduk?" tanya Ibu Aya. Aya tertunduk, tadi memang sempat berkata kasar kepada tetangganya yang suka usil dengan kepo urusan tetangganya yang lain.
"Ibu tahu sendiri bagaimana sikap beliau, dari kemarin nanya mana calon Aya, mana calon Aya. Aya kan memang belum punya calon Bu. Tidak perlulah selalu ditanya seperti itu berulang kali."
"Nduk, kalau memang kamu belum memiliki calon mengapa harus marah? Ibu dan Ayah tidak pernah mendidikmu untuk bersikap tidak sopan kepada orang yang lebih tua seperti itu. Apalagi kamu ini seorang dosen. Kalau kamu tidak suka dengan cara mereka, cukup berikan senyuman dan tidak perlu ditanggapi." nasihat ibunya.
"Besok datanglah ke rumah Bu Ambar setelah akad nikah adikmu. Meminta maaf atas sikapmu tadi. Mengalah itu belum tentu jadi orang yang salah atau bakal kalah. Mengalah itu adalah salah satu jiwa ksatria, terlebih mau mengakui salah dan meminta maaf." Pesan Adhi Prasojo.
"Iya Ayah, Ibu besok Aya akan silaturahim ke rumah beliau dan meminta maaf atas sikap Aya tadi. Maafkan Aya, Ibu, Ayah." kata Aya.
Kemudian ketiganya saling berpelukan. Ah ini bukan jamannya teletubbies syuting mengapa mereka melakukan adegan yang justru membuat hati Aya semakin teriris. "Jangan terlalu egois dengan apa yang ingin kamu raih. Ingatlah, wanita memiliki waktu untuk merekah. Ayah berkata seperti ini bukan memintamu untuk segera tapi setidaknya cobalah untuk berpikir akan hal itu."
"Ibu juga selalu mendoakan kamu mendapat jodoh terbaik seperti adikmu di saat yang tepat nanti." Kata Ibu Aya.
Sesuai rencana, pagi ini akad nikah pernikahan Benua dan Basagita. Aya telah tampil minimalis dengan balutan pakaian syar'i yang dia miliki. Sementara Gita tampil lebih glamour dengan riasan dari penata rias yang sengaja dia sewa.
"Saudara pengantin tidak sekalian untuk dirias?" tanya penata riasnya setelah Gita selesai.
"Tidak perlu Bu, khawatir nanti pengantinnya bingung mempelainya yang mana?" kekeh Aya yang membuat tawa seluruh ruangan.
Hingga akad nikah selesai dilakukan, Aya masih bersama Gita di ruang keluarga.
"Selamat ya Adikku sayang, menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah dan penuh kerohmatan." kata Aya yang kemudian memeluk Gita.
"Aamiin, maturnuwun mbakku." Gita tak bisa menutupi tangis bahagianya. Detik ini hingga maut memisahkan dirinya telah resmi dengan sebutan Ny. Benua Bhagawanta.
Benua datang menghampiri Basagita kemudian mengajak untuk ke ruang akad. Segera menandatangani surat-surat administrasi untuk pencatatan pernikahan mereka di KUA.
"Ben, jagain adikku. Kalau kamu macam-macam sampai Gita nangis tak balikin ke perut ibu nanti." Pesan Aya namun dijawab kekehan oleh Benua.
Ya, Aya dan Benua yang memang bekerja sebagai akademisi memang cepat sekali mengakrabkan diri. Ditambah lagi keduanya memang sangat open untuk berbicara terapan ilmu yang mereka miliki.
Sama-sama menempuh program doktoral di universitas yang sama meski berbeda terapan ilmu. Membuat mereka bisa langsung beradaptasi sebagai saudara ipar.
Setelah keduanya menyelesaikan penandatanganan bukti nikah. Sesuai janji yang telah Aya buat kepada Ayah dan Ibunya, dia kini sedang berkunjung ke rumah bu Ambar untuk meminta maaf atas sikap tidak mengenakannya kemarin.
"Saya benar-benar minta maaf Bu Ambar. Bukan maksud saya untuk bersikap kurang ajar seperti itu."
"Sudah, nggak apa-apa wajar jiwa anak muda yang selalu bergelora dan egois dengan keputusannya yang selalu dianggap benar."
"Saya benar-benar minta maaf."
Setelah itu Aya mohon izin untuk kembali pulang karena di rumah masih repot menjelang acara resepsi pernikahan Gita.
Tidak ingin menjadi sorotan karena hari ini bintangnya bukanlah Aya melainkan sang adik. Namun mengapa ketika dia datang ke rumah setelah dari rumah bu Ambar seluruh mata seolah menelanjanginya. Meminta jawaban dari apa yang dia tidak pernah tahu harus bagaimana.
"Mbak Aya, diam-diam ya ternyata___"
"Cie__cie."
"Calonnya ternyata, mashaallah___bikin mata betah melek." rentetan kalimat yang sepertinya membuat Aya berpikir dengan cepat. Calon? Mashaallah?
"Kalian ini kenapa?"
"Pantes mah, Mbak Aya tidak ingin dipilihkan siapa-siapa. Calon suaminya guanteng banget. Jeon Jung-kook saja lewat."
"Jeon Jung-kook itu memangnya sopo to Na? Lewat nengdi, ngarep omahmu ngunu tah maksudte?" tanya Aya kepada Rana anak tetangga sebelah yang sangat mengidolakan artis-artis dari negeri gingseng itu.
Kembali otak Aya mencerna apakah benar yang dikatakan mereka. Calon untuknya, Ayahnya memberikan surprise dengan mendatangkan keluarga Andi Alfarizzy ke rumah mereka.
"Mbak Aya, ayo cepat itu temui calon suaminya loh. Lagi berbincang dengan Mas Ben." kembali Rana mengoyak lamunan Aya.
"Aya___" suara tegas dari Adhi Prasojo memanggilnya. "Ada tamu, temui sana."
"Siapa Ayah?"
"Kamu mengenalnya dengan baik, Ayo."
"Aya kebelakang dulu nanti menyusul Ayah ke ruang tamu." Dada Aya terasa sesak. Ah, jika benar ini adalah Andi pasti hari ini juga dia akan mengatakan bagaimana perasaannya kepada teman di masa kecilnya itu kepada orang tuanya.
Meminta izin ke belakang bukan berarti Aya merasa ingin buang air. Namun sengaja untuk menata degupan jantungnya yang tiba-tiba bergetar hebat. Aya butuh waktu untuk memasok oksigen yang lebih guna kesehatan jantungnya.
Wajahnya masih merah merona karena malu dan juga bahagia di dalam hatinya, namun dia harus berani.
Kedua kakinya melangkah bergantian. Ruang tamu yang tidak terlalu jauh itu membuat Aya harus berulangkali menghela nafas besar.
"Nah ini dia Mbak Aya___"
Mata Aya terbelalak melihat siapa yang datang. Tulang, otot dan seluruh persendiannya meluruh seketika. Rona merah di pipinya semakin terlihat manakala senyum manis itu tersungging dari bibir pria yang tersebut sebagai tamu istimewa kala pernikahan adiknya.
Aya cukup mengenal bahkan dengan baik mengenalnya. Namun ketika semua orang menyangka bahwa dia adalah calon pemilik hatinya mengapa rasanya sedikit berbeda?
"Aya, ayo sini bergabung dengan kita." Suara ayahnya membuat Aya mau tidak mau harus bergabung dengan mereka.
🥢👣
-- to be continued --
💊 ___ 💊
Jadikanlah AlQur'an sebagai bacaan utama
🙇♀️🙇♀️
Jazakhumullah khair
💊 ___ 💊
Mohon cek typo yaaaaa
Blitar, 13 April 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top