05🌵Mencoba Mencari

بسم الله الرحمن الرحيم

This is part of their story
-- happy reading --

🥢👣


Kedua tangan itu masih membenahi dengan pasti jarum dan benang jahit yang dipakai untuk mengoperasi Nina. Padahal dahulu sudah pernah dilakukannya ketika Andi masih duduk di bangku SD, setelah lama boneka itu menjadi penghuni lemari pakaiannya kini akhirnya dibuka kembali.

Nina bear, boneka beruang milik Aya yang pernah dilemparkannya kepada Andi 13 tahun yang silam. Kini Andi telah benar-benar menjadi dokter. Meski masih dokter umum tapi dia cukup bisa jika hanya menjahit kaki nina dengan benar. Memakai pakaian dinas selayaknya akan melakukan operasi juga dengan masker untuknya dan juga untuk nina.

"Dokter Andi__" suara Nrs. Maya menghentakkan kegiatanku. "__bisa tolong ada pasien di IGD. Semua dokter jaga sudah on job."

Andi memang telah menyelesaikan tugasnya untuk shift jaga IGD setengah jam yang lalu. Itu alasannya mengapa dia segera mengganti pakaiannya dengan pakaian operasi dan 'mengoperasi' nina seperti selayaknya sedang mengoperasi pasiennya.

Senyum mengembang di bibir Nrs. Maya. Wanita yang dikabarkan memiliki kedekatan emosional dengannya itu membuat Andi salah tingkah. Andi memang baik kepada siapa pun, meskipun dia masih menjaga jarak dengan wanita.

Nrs. Maya memang perawat yang sering dipasangkan dengannya di IGD. Karena sebagai dokter umum Andi masih sering piket untuk membantu paramedis di garda paling depan rumah sakit tempatnya bekerja.

"Ok, saya ganti baju dulu ya." Andi sudah akan berdiri namun Maya segera menginstruksikan supaya Andi segera ke IGD karena pasien membutuhkannya segera.

"Sebaiknya jangan Dok, pasien membutuhkan penanganan segera."

"Memangnya__?"

"Kecelakaan dan mengeluarkan banyak darah dari hidung dan telinganya." Jawab Nrs. Maya.

Seharusnya memang Andi sudah off duty sekarang hanya saja jika tugas memanggil dia tidak mungkin menolak apalagi meninggalkan pasien yang harus segera diselamatkan. Nina masih setengah dikerjakan terpaksa harus dimasukkan lagi ke dalam plastik pembungkusnya.

"Boneka istimewa ya Dok?" tanya Nrs. Maya ketika mereka berjalan menuju IGD. Andi cukup mengenakan snelli dengan pakaian operasinya sebagai dalamannya.

Senyum Andi mengembang sempurna namun seketika langsung tertahan dengan muka murungnya. "Boneka itu adalah masa lalu dan masa depan saya."

Tidak ada yang harus ditanyakan lagi, Nrs. Maya cukup mengerti pasti ada cerita dibalik boneka teddy bear yang diperlakukan begitu istimewa oleh Andi sebagai dokter. Mengesampingkan rasa malunya untuk melakukan pekerjaan yang mungkin menurut sebagian orang justru malah terlihat lucu.

Seperti diremas hati Nrs. Maya, kalimat yang baru saja diucapkan oleh Andi mungkin juga sebuah penolakan untuknya. Bukan tidak mungkin jika dr. Andi memang telah memiliki calon, 'masa lalu dan masa depan' kalimat itu yang selalu terngiang di telinga Nrs. Maya saat ini. Maksudnya pasti pemilik boneka itu.

Sebuah brankar yang diatasnya telah tergolek lemas seorang pasien membuat mata Andi cukup membulat. Kondisinya cukup memprihatinkan namun Andi cukup mengenal siapa yang kini ada di hadapannya dan menjadi pasiennya.

Teman seangkatannya ketika sekolah dokter, pernah dikabarkan memiliki perhatian lebih kepadanya namun Andi memilih untuk menghindarinya. Sayangnya wanita di hadapannya itu cukup jauh tertinggal darinya karena memang sepertinya dia sekolah hanya mengikuti gengsi dari keluarganya yang memang keluarga dokter dan ternyata itu bukan passionnya hingga kehidupan hedonis membuatnya harus tertinggal jauh dari teman-teman seangkatannya.

"Delia Wigburg."

"Dokter kenal dengan pasien?" tanya petugas yang mencatat identitasnya.

"Kalau tidak salah dia adalah teman kuliah saya dulu, tapi mungkin juga bukan. Belum ada tindakan sama sekali?" kata Andi.

Setelah mendapatkan jawaban dari paramedis yang ada di sana secepatnya Andi segera melakukan penanganan pertama. Beberapa obat disuntikkan setelah pasien di depannya memperoleh cairan infus yang telah terpasang di lengan kirinya.

Sepertinya benturan di kepala cukup serius hingga membuat darah mengalir di telinga dan hidung. "Disiapkan untuk CT Scan, tempatkan sementara di HCU." Perintah Andi setelah menandatangani rekam medik untuk dibawakan pasien ke ruang rawat inapnya.

Hipotesa diawal dan perlu tambahan informasi yang lebih jelas untuk menyerahkan sepenuhnya ke bedah syaraf. Terakhir kali Andi bertemu dengan Delia adalah setelah pengambilan sumpah dokternya. Delia bahkan masih akan berangkat koas waktu itu. Dan seharusnya saat ini pun dia masih melaksanakan progran dokter muda itu. Mengapa justru kini harus berada di kota gudeg?

Jika melihat rekam mediknya memang tertulis nama Delia sebagai nama pasien yang baru saja di tangani lagi-lagi pertanyaan yang sama mengapa dia harus ke kota Gudeg sementara harus melaksanakan koas di Jakarta?

Tangan kanan Andi mencoba untuk membuka gawainya. Mencari nama Deni dan segera melakukan panggilan.

"Hai brow, tumben pagi-pagi sudah nelpon."

"Delia kecelakaan di Jogja." Kata Andi singkat. Tak ada sahutan dari lawan bicaranya. Deni hanya terdiam menunggu kata yang akan disampaikan Andi kembali.

"Brow, are you there?"

"Yes, I'm here." Jawab Deni. Baru setelahnya Deni memberikan sedikit info kepada Andi. "Serius Delia kecelakaan?"

"Aku yang sedang jaga IGD dan menangani dia tadi."

"Bagaimana kondisinya?"

"Harus CT Scan karena pendarahan di kepalanya." Jawab Andi.

"Sebenarnya kemarin Delia menelponku Ndi, menanyakan alamat dan sekarang kamu dinas di mana. Kebetulan dia dan papahnya sedang di Jogja ada acara seminar kedokteran di universitas Jogja." Kata Deni.

"Terus?"

"Aku pikir tidak masalah memberikan alamat kerjamu. Karena dari dulu dia tahu kalau kita memang dekat dan seolah kamu menutup semua aksesmu untuk dia ketahui." ucap Deni.

Bukan tanpa alasan mengapa Andi begitu menghindari Delia. Sikap yang terkesan mengejarnya membuat Andi menjadi risih dan harus memasang alarm untuk bisa membentengi dirinya sendiri. Tapi cerita Deni yang mengatakan bahwa Delia sengaja mencarinya hingga harus rela datang ke Jogja dengan alasan ikut papanya yang sedang mengisi seminar membuat Andi menjadi miris.

Jika mungkin Delia bisa mencarinya atas nama cinta mengapa Andi tidak mengusahakan untuk itu. Harusnya dia bisa mencari Aya di Malang. Mengapa tidak pernah terpikirkan untuk bisa melakukan itu.

Andi mulai menghitung dengan jarinya, jika tidak keliru Aya pasti sudah SMA kelas 3. Membayangkan saja sudah membuat bibir Andi melengkung ke atas. Sudah secantik apakah gadis kecilnya itu. Setelah menyelesaikan pekerjaannya tentang menjahit nina yang tertunda. Kini Andi benar-benar harus mengistirahatkan badannya. Semalaman menjadi dokter jaga UGD membuat matanya kini sudah tidak bisa bersahabat lagi untuk terjaga.

Namun sebelumnya Andi menyempatkan diri untuk melihat jadwalnya yang kosong agak lama untuk bisa pergi ke Malang tanpa harus mengajukan cuti.

"Dokter Andi__" suara Nrs Maya memanggil namanya dari kejauhan.

Kepala Andi menoleh ke arah suara Nrs. Maya, langkahnya terhenti karena Nrs. Maya seperti sedang berjalan ke arahnya.

"Mau pulang Dok?"

"Iya, tapi mau mampir ke bagian administrasi dulu untuk melihat jadwal. Ada apa ya Nrs?" kata Andi.

"Itu sebenarnya saya tadi mau menyampaikan tapi kelupaan. Ada program beasiswa dari pemerintah bagi dokter umum yang berminat untuk PPDS. Barangkali dokter berminat juga bisa sekalian mendaftar kan?" jawab Nrs. Maya.

Andi mencoba untuk mencerna informasi yang diberikan oleh Nrs. Maya. Partner kerjanya ini memang berbeda dari yang lain. Jika mungkin wanita yang lain mendekatinya hanya sekedar untuk pasang tampang supaya bisa dijadikan teman dekat atau pacar olehnya. Nrs. Maya ini berbeda, banyak ilmu dan informasi yang sering di sharingkan dengan Andi. Bahkan saking lihainya Nrs. Maya menyembunyikan hatinya hingga mata Andi juga tidak mengetahui jika wanita yang berada di sampingnya itu sesungguhnya juga sama seperti mereka, yang menginginkan Andi untuk bisa menjadi orang yang paling dekat dengannya.

"PPDS?" Andi mengulang informasi itu. Seperti angin surga jika memang benar adanya. PPDS bagi seorang dokter umum pasti sudah menjadi impian. Jika ada kesempatan mengambil itu apalagi dengan beasiswa pasti akan menjadi tawaran yang menggiurkan.

"Iya Dok, bahkan dengarnya semua jurusan spesialis dibuka dan ditawarkan." Kata Nrs. Maya.

"Terima kasih informasinya." Andi segera bergegas belok ke ruang administrasi. Selain untuk bisa mengutak atik jadwalnya dia juga ingin mengetahui informasi lebih detail mengenai beasiswa PPDS dari pemerintah.

"Untuk bulan ini yang bisa berubah hanya tanggal 18 dan tanggal 20 dokter."

"Tanggal 19 saya off duty betul tidak???"

"Iya dokter."

"Kalau tanggal 18 saya masuk pagi sementara tanggal 20 nya masuk malam bisa Bu?"

"Dokter yakin tgl 17, 18 dan tanggal 20, 21 bekerja marathon 16 jam?" Jadwalnya memang 2 hari shift pagi, siang, malam kemudian baru off satu hari. Itu artinya dua hari lagi dari hari ini.

"Inshaallah. Sekalian untuk informasi beasiswa PPDS, Bu."

Kemudian Andi diberikan alamat web yang bisa dibuka untuk akses informasi mengenai program beasiswa pemerintah ini. Untuk saat ini mungkin Andi tidak memiliki tenaga hanya sekedar browsing di internet. Pulang dan istirahat adalah dua hal yang lebih menarik di hatinya.

Angannya kembali mengembara, andaikata Aya bisa menyambut kedatangannya, dengan senyuman dan celoteh riang dari bibir mungilnya pasti akan sangat melengkapkan kehidupan Andi. Dulu ketika Andi pulang dari sekolah, gadis kecilnya selalu rajin untuk menyambut hanya sekedar untuk menceritakan ayahnya tidak bisa mengepang rambut panjangnya menjadi dua. Atau kuncir ekor kuda dengan poni seperti yang dia minta. Kalau sudah seperti itu Andilah yang akan turun tangan membuat gadis kecil itu berhenti merengek, meski dia juga tidak bisa mengepang atau mengikatnya. Namun ibunda Narni pasti bersedia untuk memenuhi permintaan Aya.

Saat lelahnya kini telah tergantikan oleh semangat untuk mencari Aya. Andi mencoba untuk membuka laman web yang memberikan informasi untuk bisa mengikuti PPDS gratis.

Semua persyaratan telah dimiliki oleh Andi. Karena memang Andi melirik untuk mengambil spesialisnya ke luar negeri itu artinya Andi harus menggunakan sertifikat toefl internasionalnya. Hanya saja sertifikat toeflnya ini sudah masuk ke masa kritis. Masih berlaku hanya di bulan bulan terakhir masa kadaluwarsanya.

Pendaftaran paling akhir adalah akhir bulan ini. Andi jelas masih memiliki waktu setengah bulan untuk mempersiapkan semuanya.

"Alhamdulillah, berarti masih ada waktu untuk international toefl test dan mencari Aya ke Malang."

University of Cambridge, merupakan lirikan pertama mata Andi. Tertarik mengambil spesialis di salah satu universitas Inggris ini membuat Andi harus berjuang untuk bisa memperolehnya. Baik itu untuk syarat administratif dan juga test untuk masuk qualifiednya.

"Sibuk amat to le, ngopo kuwi kok buka-buka ijazah lan sakpiturute?" tanya Narni yang kini tengah bersiap dengan secangkir teh untuk Andi.

"Eh Ibu. Iya ini Bu, ada program beasiswa untuk PPDS. Doakan Andi bisa masuk seleksi adminisratif dan testnya ya Bu."

"Jadi ambil bedah tulang?"

"Inshaallah, itu cita-cita Andi dari dulu."

Narni bukannya tidak peduli. Justru dia sangat tahu apa yang sesungguhnya diinginkan oleh putra bungsunya itu. Menjadi dokter spesialis tulang itu adalah keinginan yang sudah bisa dipastikan karena nina bear dan pemiliknya.

"Kamu masih kepikiran tentang Aya?"

"Ibu__"

Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana dekatnya tali hubungan darah antara ibu dengan anak. Meski sebagai anak tidak pernah menceritakan namun setiap ibu pasti akan lebih banyak tahu tentang semua anaknya.

Mengenai Aya, Andi benar-benar mewujudkan niatnya. Mencari keberadaan Aya. Beberapa sekolah favorit Andi sisir melalui internet, mencari nama si gadis kecilnya. Hingga akhirnya Andi memilih mengajak Saptono, diver freelance yang biasa di sewa oleh Andi jika harus pergi ke luar kota dan dia tidak bisa untuk mengemudikannya sendiri mengingat kondisi tubuh dan benturan jam kerjanya.

"Mas, langsung ke Malang ini?"

"Iyalah, turun tol Jombang saja nanti kita lewat Batu."

"Siap."

"Aku tidur dulu ya Sap, capek habis semalaman jaga."

"Siap Mas dokter, owalah dokter ganteng-ganteng akeh sing nguber neng Jogja. Lahkok malah ngejar cewek yang nggak tahu dimana keberadaannya. Sampean kuwi aneh Mas, rodo antik njuk dimuseumke?" Saptono memang dekat dengan Andi sehingga mereka sudah seperti sahabat. Toh dari segi umur juga tidak terlampau jauh. Hanya saja Saptono telah berkeluarga sedangkan Andi masih akan mencari tulang rusuknya yang entah dititipkan siapa oleh Allah.

Saptono memang tidak banyak tahu tentang Aya. Andi hanya mengatakan, mencari sahabat kecilnya dulu di Malang selatan.

Yang ada dalam pikiran Sapto pastinya wanita yang kini dicari dokter muda di sampingnya ini adalah orang yang sangat spesial hingga seorang dokter Andi sampai turun tangan mencari jauh dari tempat tinggalnya. Bahkan di kabupaten yang mungkin juga belum pernah Andi datangi sebelumnya.

Perjalanan yang memakan waktu hampir 7 jam itu telah mengantarkan Andi ke kota Malang. Mendatangi kantor dinas pendidikan untuk memperoleh informasi tentang ayahnya Aya. Hanya saja karena di Malang memiliki 2 daerah administratif sehingga Andi harus memilih kabupatennya, mengingat dulu Aya pernah bercerita kalau rumahnya berada di Malang selatan dan tidak begitu jauh dengan pantai.

"Mohon maaf Pak, untuk data kepegawaian kami tidak bisa memberikan kepada pihak luar."

"Saya hanya butuh alamat atau nomer teleponnya Bu, tidak untuk datang ke sini."

"Demikian juga tentang hal itu. Mohon maaf sekali."

Pupus sudah harapan Andi karena dia sama sekali tidak mengetahui alamat Aya di mana. Sementara ayah dan ibunya juga tidak menyimpan alamatnya sama sekali. Sedangkan telepon, saat itu masih belum ada HP.

"Ibu, sama sekali tidak ingat kecamatannya mungkin. Ini sudah ke Dinas Pendidikan tapi tidak memperoleh informasi sama sekali." Andi yang langsung menelpon ibunya.

"Seingat ibu Daumulya."

"Inggih Bu, matur nuwun."

Sambungan telepon tertutup dan Andi mencoba mencari informasi dari google map dengan nama daerah yang disebut ibunya itu hanya saja memang tidak ditemukan. Setelah beberapa kali mencoba untuk searching ada nama daerah Dau dan Donomulyo. Lumayan berjarak satunya di dekat Batu dan satunya di Malang selatan. Mungkin yang dimaksud Narni adalah Donomulyo.

Bergerak menuju ke selatan, 10 kilometer perjalanan yang ditempuh untuk mencapai tujuan namun karena hari sudah merangkak sore sebaiknya memang Andi bergegas mencari penginapan. Masih belum masuk ke selatan sehingga masih ada hotel melati yang bisa dipakai untuk beristirahat di sana.

"Sap, kita istirahat dulu saja. Besok pagi baru kita ke daerah itu. Lumayan jauh perjalanan masih satu jam lagi belum nanti mencarinya. Tidak mungkin kita bisa menanyai satu persatu penduduk." Ucap Andi.

"Siap Mas dokter."

Allah memang memiliki jalan sendiri untuk mempertemukan atau tidak memberikan jalan. Saat mungkin perjuangan Andi kurang sedikit lagi tiba-tiba ada pemberitahuan bahwa keesokan harinya Andi harus mengikuti tes toefl untuk bisa dijadikan persyaratan mengikuti program beasiswa PPDS. Kesempatan memang tidak datang dua kali dan Andi memutuskan untuk bisa mengikuti tes toeflnya.

"Kita istirahat saja dulu. Nanti jam 10 malam kita balik ke Jogja." Perintah Andi kepada Saptono.

"Lho, kepiye to Mas. Ra sido iki neng Malang kidul?" -- ga jadi ke Malang selatan? --

"Sesuk aku kudu tes jam 9 isuk." -- besok aku harus test jam 9 pagi --

"Allahuakbar, jebul iki mau mung meteri dalan." -- ternyata ini tadi hanya ngukur jalan saja --

Tidak ada yang tahu apa rencana Allah selanjutnya. Manusia hanya bisa mengikuti dan menjalani semua yang telah ditentukan olehNya.

🥢👣

-- to be continued --

💊 ___ 💊

Jadikanlah AlQur'an sebagai bacaan utama
🙇‍♀️🙇‍♀️

Jazakhumullah khair

💊 ___ 💊

Mohon cek typo yaaaaa

KFC T2 Juanda, 29 Desember 2019

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top