00 🌵Prolog
Assalamu'alaikum_______
Kembali, sebenarnya cerita ini pernah dicoba untuk ditampilkan dalam bentuk cerpen.
Boneka Cinta dari Arosbaya
Bagi yang pernah membacanya di kumpulan cerpen yang saya tulis, pasti sudah ngeh bagaimana ceritanya berikut siapa saja tokohnya 🤗🤗🤗
Ingin sedikit menceritakan eksotisme "kampung halaman" dimasa kecil saia. Mencoba menghadirkan dan menciba mengingat kembali bahasa daerah yang telah lama saya tinggalkan.
"Kampung halaman", yahhh sebagai anak cabutan yang terkadang ikut ayah berdinas disana tetapi selebihnya lebih banyak berada di kampung halaman yang sebenarnya bersama mama 😄😄😄😄
Jangan bertanya ini kisah nyata atau bukan...karena sesungguhnya memang ini hanyalah cerita karangan yang cukup menghibur (inshaallah) untuk dinikmati dan dibaca...
Super khusus, bagi teman teman yang bisa Ngocap Medora...karena akan ada di dalamnya dialog dialog yang akan menggunakan bahasa kecil saia ituhhhh 👏👏👏👏
Dan disinilah kita nantinya.....
-- Selamat Membaca --
🥢👣
Setinggi apapun pangkat atau derajat manusia di dunia. Tidak akan membedakan penilaiannya di mata Tuhan. Terlebih saat agama belum tersempurnakan dengan menjalankan sunnah Rasulullah. Membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah warrahmah.
Terkisahlah cerita hidup seorang dokter muda. Wakil direktur di sebuah rumah sakit daerah di Yogyakarta. Sebagai seorang dokter sub spesialis, seorang dosen di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta termasuk perguruan tinggi swastanya. Terlebih dia juga menyandang sebagai ketua perkumpulan dokter dokter se Indonesia cabang Yogyakarta.
Kesibukan yang memang sangat luar biasa. Lebih tepatnya memang sengaja dia lakukan untuk menghindarkan diri dari keluarganya manakala puluhan penawaran untuknya segera membina rumah tangga.
Usia, bukan lagi tepat tetapi sangat matang untuk sekedar memberikan nafkah lahiriyah untuk keluarganya kelak. Mari coba berhitung, berapa pendapatan yang dia dapatkan setiap bulannya. Dokter sub spesialis bedah tulang super khusus tulang belakang, tunjangan rumah sakit selaku wakil direktur, sebagai tenaga dosen yang dihitung SKS dia mengajar atau jumlah jam mengajar setiap minggunya.
Di IDIpun sebenarnya memiliki jabatan paling utama, tetapi bukan karena estimasi penghasilan yang dia inginkan. Lagian mana ada pengurus IDI berbayar. Pastinya memang kerja untuk sebuah profesi yang telah disandangnya.
Sebenarnya bukan karena tuntutan harta yang diinginkannya tetapi hanya sebuah rutinitas dan kesibukan sehingga dia bisa mengalihkan keinginan untuk segera membina rumah tangga.
Jangan berpikir dia menyimpang, sama sekali bukan karena alasan itu.
Andi Alfarizzy, anak seorang Perwira Menengah Polri. Biasanya seorang anak kolong seperti dia akan lebih memilih jalur yang tidak jauh dari orang tuanya. Namun berbeda dengan Andi. Sedari kelas 5 SD cita cita ini begitu terpatri dan tidak ingin tergantikan dengan profesi yang lain. Meskipun sang ayah begitu ingginnya bahwa dia kelak bisa meneruskan jalur karier yang sama dengannya.
Memilih menjadi seorang dokter. Tidak tanggung tanggung dia langsung menentukan spesialis yang nantinya akan dia pilih. Bedah tulang atau lebih lazim disebut sebagai orthopedi.
Perwira menengah yang tentu saja harus siaga dengan berbagai hal termasuk diantaranya jika harus terjadi adanya mutasi. Semenjak menjadi Kanit Reskrim di Polresta Yogyakarta sangat santer terdengar bahwa AKP. Agus Wondo, MH akan segera bergeser menjadi seorang Kapolsek di sebuah pulau yang terkenal sebagai penghasil garam di Indonesia.
Kala itu Andi masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 4. Sedangkan kakaknya Dewinta sudah akan beralih ke SMP.
Hingga akhirnya SK mutasi benar-benar diterima oleh Agus Wondo membuatnya segera untuk bisa memboyong serta keluarganya ke daerah tugas baru yaitu menjadi seorang Kapolsek di Kepolisian Sektor Arosbaya, sebuah kecamatan yang ada di Kabupaten Bangkalan Madura.
"Ayah beneran kita akan pindah?" tanya Andi sesaat setelah melihat sang bunda mengepak pakaian mereka.
"Iya, sekolah kamu juga akan ayah pindahkan nanti di sana."
Tentu saja Andi menolak. Mendengar nama daerah saja dia sudah bergidik ngeri apalagi berteman dengan anak-anak Madura yang menurut sebagian orang suka bertindak semaunya sendiri. Hmmm, apalagi kalau mendengar istilah 'carok'. Bulu kuduk Andi seketika langsung meremang.
"Kamu jangan berpikiran macam-macam, orang Madura juga sama baiknya dengan kita. Asalkan kamu menghormati mereka, selama kita tidak berbuat salah mengapa harus takut. Soal dialeg atau logat bicara memang mereka lebih keras daripada kita yang notabene setiap hari menggunakan bahasa jawa. Sudah jangan dipikirin, hari ini ayah akan mengambil raport kenaikan kelasmu. Tahun ajaran baru kamu akan sekolah di Arosbaya."
Ajakan yang berupa perintah dari sang ayah tak mungkin bisa terelakan lagi. Andi yang harus ikut Agus Wondo ke Bangkalan sedangkan Dewinta tetap berada di Yogyakarta mengingat dia telah terdaftar di SMP yang menerapkan sistem akselerasi yang tidak mungkin dipindahkan ke Bangkalan. Dengan muka ditekuknya Andi mengikuti perintah ayahnya, sang komandan yang pantang untuk ditolak perintahnya.
Dengan perasaan bangga, Agus keluar Aula SD di mana Andi menuntut ilmu. Bagaimana tidak, lagi dan selalu putra kebanggaannya itu meraih juara umum di tingkatan kelasnya. Sama seperti sang kakak otak encer Andi membuatnya selalu dijadikan contoh untuk teman-temannya.
"Calon penerus perwira ini sepertinya." Ucap wali kelas Andi saat dia berpamitan kepada semua guru-gurunya karena harus ikut pindah sesuai dengan tugas yang harus diemban ayahnya.
"Benar Bu Rahma. Sudah pandai dalam pelajaran dan gesit pula dalam segala macam olahraga apa pun."
Memang Agus selalu mengajak dan memperkenalkan olahraga untuk kesehatan juga untuk membentuk badan supaya Andi tidak kaget nantinya jika dia harus mengikuti penempaan seperti halnya dia dulu ketika belajar di kawah candradimuka. Postur tegap dan ketegasan yang memang diwariskan sang ayah begitu kentara sejak dia kecil.
"Tetap semangat ya Andi. Di mana pun nantinya kamu berada tetaplah selalu diingat bahwa keberhasilan seorang siswa itu bukan ditentukan oleh guru dan sekolahnya. Tetapi karena usaha dari siswa itu sendiri untuk bisa selalu maju dan siap bersaing dengan siswa-siswa lainnya. Tunjukkan kepada semuanya bahwa meskipun kamu sekolah di daerah tapi Indonesia tetap melihatmu sebagai siswa yang cerdas."
Pesan yang akan selalu Andi ingat selamanya, dari seorang guru dan pendidik yang telah menggula wentah dirinya hingga saat ini.
Di tempat yang akan dituju Andi dan keluarganya. Kini sedang diadakan pembersihan. Bahkan tetangga sekitar kanan dan kirinya bersiap bahwa akan ada pendatang baru keluarga kapolsek yang bertugas di sana.
Memang Agus Wondo menolak jika harus menempati rumah dinas milik kepolisian yang berada di dekat polres. Dengan alasan jarak tempuh 40 menit dari kota dan juga karena sekolah tempat Narni, istrinya mengajar nanti juga berada di kecamatan Arosbaya.
Ya, Narni akhirnya juga 'terpaksa' boyongan bersama sang suami. Guru SMP ini memilih untuk menjadi guru titipan di Kabupaten Bangkalan untuk memudahkan berkumpul dan menjalankan tugas sebagai seorang guru, istri sekaligus ibu di sana.
"Kabhârna keluarga kapolsek sè bhâdhih dhingghâl è diyâ yâ?"
"èngghi."
"Dâri dhumma asalna?"
"Ngerdengnger dâri Yogya"
Adhi Prasojo mencukupkan pertanyaannya kepada orang yang sedang bertugas untuk membersihkan dan menyiapkan segala sesuatunya. Adhi cukup tahu bahwa yang akan jadi tetangganya juga orang jawa urban seperti dia.
Sudah 3 tahun Adhi bertugas sebagai guru SD di kecamatan Arosbaya. Dari Aya putrinya belum lahir hingga kini sang putri telah berusia 3,5 tahun. Bhatari Ratimaya lahir dari seorang ibu yang juga berprofesi sebagai seorang guru SD di sebuah kecamatan di Malang Selatan.
Itu yang membuat Aya akhirnya dibawa ke sana kemari setelah lepas asi. Terkadang ikut Adhi ke Madura jika tidak bisa ditinggal sang ayah ketika akan berangkat ke Madura melaksanakan tugasnya.
"Penumpang yang terhormat, Anda sedang menempuh perjalanan laut bersama kami kapal feri Potreh Koneng dari pelabuhan Perak Surabaya ke pelabuhan Kamal Madura___", bibir mungil Aya kini sedang menirukan gaya seorang pramugari kapal laut yang selalu dia dengar saat sedang melakukan pelayaran dari Perak ke Kamal.
Adhi tersenyum saat putrinya sudah terbiasa bermain sendiri. Di daerah yang memang Aya kurang mengerti dengan bahasa anak setempat. Meski juga tidak sedikit temannya bermain, tetapi akan tetap sama. Masalah komunikasi menjadi kendala untuk mereka.
"Karèta apoy ekonomi dâpa', ayu' kita amaèn agghi'." Teman bermain Aya selalu menjulukinya sebagai si 'kereta api ekonomi'. Dialeg bahasanya yang lemah lembut membuat teman-temannya di Madura memberikan julukan itu kepadanya.
Awalnya Adhi sebagai ayah bingung mengapa putrinya dipanggil seperti itu tapi setelah mengerti dia justru sering ikut menjuluki putrinya dengan julukan yang sama seperti yang diberikan teman bermainnya.
"Aya, enna'. Ghibâh maèn enna'." Suara Holiyah memanggil Aya yang masih berada di beranda rumah.
"Sudah sana maen sama temenmu. Pulangnya jangan kesorean. Nanti mandinya kemalaman." Kata Adhi memberi izin kepada putrinya untuk bermain dengan teman-temannya.
"Iya Ayah. Nanti panggil Aya ya." Selalu seperti itu. Meski terkadang Aya tidak mengerti apa yang teman-temannya bicarakan, namun tetap saja jika bermain mereka selalu bersama. Namanya juga anak-anak.
Hingga akhirnya hari berganti. Pagi ini Aya merengek ingin ikut ayahnya ke sekolahan. Padahal biasanya dia cukup ditinggal oleh Adhi dan dititipkan kepada bu Klebun yang menjadi pemilik rumah yang di kontrak oleh Adhi.
"Aku ikut Ayah ke sekolah ya, aku pengen sekolah." Aya telah bersiap dengan baju juga sepatunya. Tapi belum dikenakannya.
Akhirnya Adhi dengan senang hati mendandani Aya. Menguncir dua di kanan dan kiri kepalanya. Memberinya pita berwarna merah dan juga memakai sepatu serta kaos kaki yang senada dengan pita rambutnya.
"Dik, nanti siang mungkin ada budhe dan pakdhe yang akan tinggal samping rumah kita." Kata Adhi sambil menguncir rambut Aya.
"Iya? Nanti pakdhenya punya adek kecil nggak seperti Aya?"
"Makanya nanti pulang dari sekolah langsung bobok ya, nanti sore kita ke rumahnya."
"Iya Ayah."
Seperti yang telah dikatakan Adhi kepada Aya. Tepat pukul 11.00 di sampimg rumah kontrakan mereka telah ramai anggota polisi hilir mudik keluar masuk. Sepertinya memang sedang mengangkat perlengkapan.
"Itu siapa ayah?" tanya Aya saat ada seorang anak laki-laki yang belum pernah dilihatnya.
"Mungkin putranya pakdhe yang akan menempati rumah baru itu Sayang."
Saat Adhi menjawab pertanyaan Aya tiba-tiba anak laki-laki itu menatap Aya dan melambaikan tangannya, memanggil Aya untuk mendekat ke arahnya.
Aya yang tetap bergeming dari tempat berdirinya. Hingga akhirnya anak laki-laki itu mendekati Aya dan Adhi yang baru saja pulang dari sekolah.
"Hai, gadis cantik. Kenalkan namaku Andi. Namamu siapa?" tanyanya dengan senyum yang mengembang penuh.
Aya yang masih menggenggam erat tangan Adhi mendongakkan kepalanya. Seolah memohon izin kepada sang ayah untuk memberikan jawaban. Dengan anggukan pasti dari kepala Adhi, akhirnya Aya menyambut jabat tangan yang diulurkan Andi kepadanya.
"Aya. Namaku Bhatari Ratimaya."
"Mas Andi, rumah bapak di sebelah. Kami permisi dulu ya. Nanti sore inshaallah bapak akan sowan ke rumah pak kapolsek."
"Oh nggih Pak, pasti Ayah sangat senang punya tetangga orang yang berasal dari Jawa. Bapak asalnya dari mana?"
"Oh kami dari Malang. Mas Andi dan keluarga asli Jogja?"
"Inggih Pak leres, asli Yogyakarta bukan Jogja alias jujug saja."
Adhi dan Andri tertawa lebar mendengar kelakar Andi yang bisa langsung akrab dengan tetangga, tidak sombong mesti ayahnya memiliki jabatan di sana.
Setelah itu Adhi benar benar mengajak Aya untuk pulang ke rumahnya. Dengan senyum yang begitu manis Andi melepas kepergian Aya dan ayahnya. Tak lupa usapan tangan kanannya di kepala Aya dengan begitu lembut.
"Nanti main ke rumahku ya Aya?"
Anggukan Aya membuat senyum Andi semakin lebar. Itulah pertemuan pertama Andi Alfarizzy dan Bhatari Ratimaya yang akhirnya membuat mereka mentaskhihkan diri menjadi seorang sahabat.
Bak sahabat sehati dan sejiwa.
-- lanjutkan? --
Bagaimana readers?
Dekremmah teros otabâ enje'?
Ini kisah cinta monyet mereka, mulai dari perkenalan hingga akhirnya finish di akhir cerita 😂😂😂😂
Vote : lanjut
Koment : Alasannya.
Blitar, 19 Agustus 2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top