Bab 4. Dusun Lemah Rubuh

Happy reasing, Genks😘

🌷🌷🌷

"Marsya? Lo ... bukannya di Jakarta?" Galen memindai wanita bertubuh sintal di hadapannya.

"Iya! Kangen gue ma lo!" Marsya mengerling ke arah Galen yang langsung dihadiahi delikan.

"Ah, lo nggak asyik lagi sejak nikah. Tenang aja ... gue sudah sadar sejak lo tolak berkali-kali. Padahal lebih cantik dan seksi gue daripada Miya." Marsya terkekeh melihat Galen yang salah tingkah. Dia tampak puas menggoda pria yang dulu disukainya.

Marsya adalah teman semasa kuliah yang selalu saja mengejar Galen. Fisiknya dambaan para pria. Bahkan, dulu teman-teman wanitanya pun sering julid melihat kecantikan dan kesempurnaan tubuh Marsya.

Hati tidak bisa dipaksa untuk jatuh cinta, karena dia akan mencari siapa pemiliknya. Itu pula yang dialami Galen.

Pria mana yang tidak tergoda kemolekan seorang Marsya, namun Galen tidak menyukai wanita yang agresif. Dia memang beberapa kali menolak Marsya, tetapi wanita bertubuh seksi itu tidak menghiraukannya. Marsya secara terang-terangan mendekati Galen dan menunjukkan di tempat umum. Bahkan, saat bersama Miya, wanita itu masih saja mengejarnya.

"Tuh, gue ma calon laki gue!" tunjuk Marsya ke arah laki-laki yang sedang duduk di meja nomor lima dekat pintu masuk.

Galen melempar senyum kepada laki-laki yang menatap mereka. Marsya bercerita bahwa dia akan bertandang ke rumah calon mertuanya dan berencana menikah tiga bulan lagi. Galen pun berkenalan dengan calon suami Marsya yang bernama Erick dan mentraktir pasangan itu dengan menu spesial "Epico Coffee”.

***

Waktu sudah nyaris menyentuh tengah malam ketika Galen masuk ke rumah. Dia mendapati Miya masih berkutat dengan buku sketsa di ranjang. Setelah membersihkan diri, pria berhidung mancung itu mendekati sang istri dan duduk di sampingnya. Dia meraih buku sketsa serta pensil yang dipegang istrinya, kemudian meletakkannya di rak samping ranjang.

Galen menarik tubuh mungil Miya dalam pelukan, dia menghirup aroma lily yang menjadi candu baginya. Terselip rasa bersalah kepada ibu dari putrinya itu dan bertanya dalam hati sudah berapa lama dia mengabaikan Miya.

"Ga ..." lirih Miya.

Galen memotong ucapan Miya.  Dia mendekatkan wajahnya dan mengecup lembut bibir istrinya. Rasa manis ceri ketika bibir mereka bersentuhan, selalu membuat Galen menginginkan lebih. Sebuah kerinduan yang ingin berlibur pada pusara kenikmatan.

Miya membuka matanya, melihat jam di dinding. Azan Subuh lamat-lamat terdengar. Selarik senyuman terbit dari wajah Miya ketika melihat Galen masih terlelap di sisinya. Hatinya menghangat mengingat kebersamaan mereka semalam. Dengan perlahan, dia beranjak dari ranjang dan menuju kamar mandi.

Setelah menunaikan salat Subuh,  Miya mendekati ranjang dengan masih mengenakan mukanya. "Ga ... ayo, bangun dulu. Salat dulu, ntar tidur lagi nggak papa." Miya menggoyang-goyang tubuh Galen dengan pelan, kemudian mengecup pipinya lembut. Biasanya cara ini lumayan ampuh untuk membangunkan Galen.

Benar saja. Galen menyipitkan mata dan menarik Miya dalam pelukannya. Miya menggeliat, berusaha melepaskan dirinya.

"Tunggu sebentar Miya ...," lirih Galen dengan suara serak. Galen mengeratkan pelukannya kepada Miya, membenamkan diri di pangkuan istrinya. Keharuman tubuh sang istri membuat pria itu semakin nyaman. Galen beranjak dengan enggan kamar mandi untuk membersihkan diri, ketika Miya mengingatkan untuk kedua kalinya.

Miya berjibaku di dapur membuat nasi goreng. Meskipun tidak pintar memasak, wanita itu cukup percaya diri dengan nasi goreng buatannya karena selalu mendapat pujian dari Galen. Dia membuat terlebih dahulu versi tidak pedas untuk Ciara, kemudian menambahkan potongan cabe rawit untuk nasi gorengnya dan Galen.

"Wanginya enak." Suara Galen mengejutkan Miya yang sedang meletakkan nasi goreng buatannya di meja. Dia sedikit heran Galen melihat Galen, karena biasanya setelah salat Subuh, suaminya memilih untuk melanjutkan mimpi.

"Mi ... ada yang mau aku omongin,” ucap Galen disela aktivitas makannya. Galen pun menceritakan tentang tawaran dari Pak Arjuna.

Miya mendengarkan penuturan Galen sambil menikmati sarapannya yang terlalu awal. Waktu masih menunjukkan jam setengah enam pagi ketika dia melirik ke arah jam dinding.

"Sebenarnya kamu sendiri sudah tahu keputusannya." Miya tersenyum sebelum meneguk sisa air putih di gelas. Dia menatap Galen, "Sebelum bicara denganku, aku yakin kamu sudah memutuskan dalam hatimu. Kamu hanya perlu meyakinkan dirimu sendiri, Ga! Yang terbaik buatmu ... buat kita bertiga!"

Miya beranjak dari meja makan sambil membawa piring kotor bekas makan mereka. Sambil mencuci piring, dia berdoa agar Galen tidak salah membuat keputusan. Suaminya sangat keras kepala, dia malas jika harus berdebat. Tugasnya sebagai istri akan mendukung apa pun keputusan Galen.

Galen memindai Miya yang sedang asyik menjahit. Dia menemani Ciara yang asyik bermain. Gadis berpipi chubby itu asyik mencoret-coret kertas dengan pensil. Galen berkali-kali membetulkan cara Ciara memegang pensil, tetapi gadis cilik itu malah merengut. Bibirnya yang mungil itu tampak lucu sekali sekaligus menggemaskan. Galen yang tidak tahan segera menarik Ciara dan mengacak-acak rambutnya.

"Papa nakal! Mamaaa, lambut Cia berantakan!" rajuk Ciara dengan suara cadelnya. Dia menghambur kepada Miya dengan tersedu menunjuk pada rambutnya yang berantakan.

Miya berusaha menghibur putrinya yang ngambek dan merapikan rambut ikal Ciara–serupa dengan rambut ikal Galen yang kecoklatan. Dia mendelik kepada Galen agar tidak menggoda Ciara, yang ditanggapi Galen dengan kekehan kecil.

"Gimana kalau kita jalan-jalan dan beli es krim kesukaan Ciara?" Galen berjongkok di depan Ciara yang masih menggelayut Miya. Galen menyeringai sambil menaikturunkan alisnya.

"Holeee!" Ciara melompat-lompat kegirangan. Dia segera menarik-narik tangan orangtuanya bergantian untuk segera pergi. Miya dan Galen saling pandang dan terkekeh bersamaan.

Galen ingin menghabiskan waktu liburnya bersama Ciara dan Miya, dia ingin menebus rasa bersalahnya. Akhir-akhir ini sering mengabaikan mereka. Seingatnya, sudah tiga bulan yang lalu dia mengajak refreshing keluarganya. Bagi mereka bertiga, jalan-jalan di taman atau pun membeli bakso sudah merupakan hiburan.

Galen menepikan motornya di supermarket terdekat, kemudian mengajak Miya dan Ciara membeli aneka camilan dan minuman. Galen juga membeli tiga paket ayam goreng krispi yang berjualan di halaman supermarket tersebut.

Pria 24 tahun itu melarikan motornya ke arah jalan Imogiri, Bantul. Setelah sampai di SMPN 3 Imogiri, dia belok kiri ke arah Panggang, mengambil jalan kecil beraspal dan berjalan lurus sekitar dua kilometer. Di sana terdapat tempat wisata "Lemah Rubuh".

Galen senang bertualang di alam terbuka. Dia berusaha mengenalkan kepada putrinya agar mencintai keindahan alam.

Begitu memasuki dusun wisata "Lemah Rubuh", mereka bertiga disuguhi panorama tebing yang indah berpadu dengan sungai Oya. Ciara langsung berlari diikuti Miya menuju bangunan berbentuk sangkar burung yang unik.


"Mamaaa, lihat!" tunjuk Ciara kepada seseorang yang sedang menyusuri sungai menggunakan perahu karet kecil. Ciara merengek kepada sang mama agar diizinkan naik perahu itu. Miya berusaha memberi pemahaman dan menenangkan putrinya yang merengek.

Galen mendekati Ciara, menggendong malaikat kecil itu kemudian mencium pipi gembilnya. Dia berbisik di telinga Ciara,"Gimana kalau kita foto-foto dulu?"

"Holeee!" Ciara bertepuk tangan dengan antusias. Gadis kecil itu memang hobi sekali berfoto.

Mereka mencoba aneka gaya untuk berfoto dan menjelajah mencari spot foto yang menarik. Miya menggandeng Galen dan Ciara menuju tepi sungai. Dia sudah tidak sabar memasukkan kakinya ke sungai yang jernih. Wanita berbaju biru itu duduk di tepi sungai yang berbatu, bermain air dengan wajah semringah.

Suara kecipak air berlomba dengan suara Miya dan Ciara yang tertawa riang. Keceriaan Miya dan Ciara menular kepada Galen, dan membuatnya terkekeh.

Miya berpaling ke arah Galen yang sedang berdiri, pandangan mereka saling bertautan. Wanita mungil itu berucap tanpa suara, kedua jarinya membentuk simbol cinta. "Makasih, Ga. Love you ...."

♥️♥️♥️

Genks, mau tanya kalian lebih suka baca pagi apa malem?

Keknya aku mo ganti jam tayang maleman, deh 😎

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top