Bab 1. Mami Mertua

Bismillah

Hai Genks, selamat datang di ceritaku 🥰🤗

Cerita ini tergabung dalam  event Merdeka di Karos bersama 18 penulis ketjeh lainnya.

Insya Allah cerita ini akan publish setiap hari ampe tamat (ending versi WP). Mantep 'kan?

Oiya,  sebagai bentuk rasa syukur akan ada GA. SnK ada di bawah, yess. Biar aku nulisnya tambah semangat😁

Happy reading 🌷

***

Mentari bahkan masih tersenyum malu, ketika terdengar detak sepatu berhak tinggi memasuki teras. Seorang wanita berpenampilan bak sosialita memasuki rumah tanpa mengucap salam. Pagi ini, Mami Heni mengenakan gaun terusan selutut berwarna marun dengan potongan leher sabrina. Ditambah tas tangan senada yang melingkar di pergelangan tangannya. Rambut Mami digelung kecil, dan dipermanis dengan sentuhan anting mutiara. Benar-benar mirip ibu pejabat sejati.

Pandangannya menginspeksi ke seluruh penjuru ruangan. Emosi wanita paruh baya itu membumbung tinggi melihat mainan yang berserakan, tumpukan baju kotor di pojok ruangan serta bak cucian piring yang penuh.

"Ini rumah apa kandang ayam? Berantakan sekali!" Heni berdecak. Memandang sinis ke arah Miya yang sedang memangku Ciara, putrinya. Dia melangkah menuju kursi dekat mesin jahit dan duduk di sana.

Miya menebalkan telinga mendengar omongan sang mertua. Tak penting baginya memberitahu Mami Heni bahwa dirinya bahkan belum sempat tidur. Sepanjang malam dia harus begadang menyelesaikan pesanan jahitan.

Miya hanya menatap sekilas Mami Heni dengan hati miris. Alih-alih menjawab komentar pedas Mami Heni, dia malah melempar tanya. Miya berusaha mengubah ekspresi wajahnya. Seulas senyuman dia paksakan untuk menghiasi bibirnya. "Parfum baru, Mi? Wangi banget."

"Iya, jelas. Lha wong parfum ini Mami beli muahal. Dari temen Mami yang baru pulang dari luar negri," ucap Heni dengan dialek jawa medoknya. Mertua Miya mengendus pergelangan tangannya berusaha memastikan wangi parfum miliknya masih melekat sempurna.

Miya tersenyum miring melihat kesombongan Mami yang tak pernah berkurang kadarnya. Dia kembali berpaling dan memilih fokus kepada putrinya. Tangannya kembali bergerak menyisir rambut panjang Ciara. Sebagai sentuhan akhir, Miya menyematkan bando berbentuk unicorn. Wanita itu menatap putrinya yang tampak sangat menggemaskan. Aroma bedak dan minyak telon menguar dari tubuh Ciara. Tak bisa menahan diri, dia mencium berkali-kali pipi chubby sang putri.

Miya meminta kepada Ciara agar salim kepada neneknya. Gadis berusia dua tahun itu mendekati Heni dengan takut-takut. Cia mengulurkan tangan kanannya ke arah sang nenek. Sedangkan Heni membalas uluran tangan gadis kecil itu dengan malas seraya tersenyum dingin.

Begitu selesai salim kepada sang nenek, Ciara langsung menghambur ke pelukan Miya. Dia menarik-narik baju sang mama, seakan meminta perlindungan.  Hati Miya teriris melihat sikap mami mertua yang acuh terhadap cucunya. Padahal semua orang yang melihat Ciara pasti langsung jatuh hati melihat parasnya yang menawan.

Mengabaikan rasa perih di dada, Miya bangkit dan melangkah menuju meja makan. Dia mengambil semangkuk bubur gudeg lengkap dengan kuah areh dan telor. Miya sengaja tidak menawarkan sarapan kepada Mami Heni karena selalu berakhir dengan penolakan.

Miya bergerak menuju karpet bermotif hewan. Dipandanginya Cia yang duduk terdiam dan sesekali melirik ke arah neneknya dengan wajah ketakutan. Dia kemudian duduk di hadapan putrinya. "Cia, maem dulu, ya, Sayang," ucap Miya lembut. Dia kemudian mengumpulkan mainan yang berserakan di hadapan Ciara, membiarkan putrinya bermain  dan mulai menyuapi

Heni menatap tidak suka ke arah piring yang di pegang Miya. Dia tersenyum miring seraya berkata, "Jadi wanita itu jangan malas, harus bisa masak. Tiap hari, kok, jajan terus. Kasian Galen."

Telinga Miya memerah terus menerus mendengar sindiran Mami Heni. Napasnya sedikit memburu. Dia menatap Mami dengan mata berkilat. "Galen nggak pernah protes kok, Mi! Lagian anak mami nikahin Miya, bukan karena masakan," seru Miya tidak terima.

"Huh! Anak saya pasti nggak mau nikah sama kamu, kalau nggak gara-gara kamu tekdung duluan. Galen pasti bisa sukses dan nggak terjebak pernikahan si*lan ini!" Heni meluapkan emosi dan kekecewaan kepada wanita yang berstatus menantunya.

Mata Miya mengembun. Dadanya terasa sesak. Entah sudah berapa puluh kali hatinya terluka karena omongan Mami Heni. Dia berusaha keras menahan agar air matanya tidak jatuh.

Ucapan manusia terkadang memang setajam pedang. Meskipun tidak berdarah, bisa menyebabkan luka hati yang berkepanjangan dan tak kunjung sembuh. Dia mungkin lupa, ada sebuah pertanggungjawaban atas nama lisan.

Sesungguhnya Miya sangat menyayangi sang mertua, layaknya ibu kandung. Saat dia dibuang oleh keluarganya, Miya berharap bisa diterima oleh Mami Heni—orang tua Galen yang tersisa. Kerinduan akan sosok seorang ibu sungguh Miya dambakan dari Mami. Namun, asa itu hanya menjadi angan semu.

Selama dua tahun ini, Miya selalu bertanya dalam hati. 'Kenapa kebekuan hati Mami Heni belum bisa mencair? Sebegitu bencinya Mami Heni terhadap dirinya. Hingga saat ini, Mami tidak bisa menerima Ciara sebagai darah dagingnya sendiri.'

Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Sosok pria dengan rambut berantakan keluar sambil menguap. Dia mengenakan kaus oblong berwarna hitam dengan celana bokser selutut. "Ada apa, sih? Pagi-pagi berisik sekali," ucap Galen dengan suara serak khas bangun tidur.

Heni tersenyum lebar melihat putranya. Ia mendekati Galen sambil berkacak pinggang. Mami Heni menuding Miya. Wanita itu berharap mendapat pembelaan dari Galen.

"Kamu itu, kalau punya istri, mbok, ya di suruh belajar masak. Ajari sopan-santun. Jangan kurang ajar sama mertua!" Heni melotot ke arah Galen. Kemudian, dia menuang air mineral dari dispenser dan meneguknya hingga habis.

Galen melirik malas ke arah Mami Heni. Pening di kepalanya menghebat. Dia baru pulang jam tiga dini hari. Galen berjalan dengan sedikit goyah menuju meja makan. Pria itu berharap setelah sarapan, pusingnya mereda.

Heni yang merasa diabaikan sang putra, melangkah mendekati meja makan dan menarik kursi. Dia duduk di samping Galen seraya berucap, " Mami, mau minta uang, Ga. Mami harus bayar arisan nanti sore."

Terbersit rasa iba ketika Galen menatap Mami. Heni berubah semenjak dia menikah dan memutuskan meninggalkan rumah. Akan tetapi, dia merasa mami terlalu jauh merecoki rumah tangganya. Galen mengembuskan napas perlahan. Berharap mempunyai banyak stok kesabaran menghadapi sikap sang mami.

"Maaf, Mi. Galen lagi bokek, belum gajian. Lagian, Mami 'kan ada uang hasil kos-kosan," ucap Galen seraya menyuap perlahan. Dia berusaha menjaga nada bicaranya.

Heni mendengkus kemudian beranjak mengekori Galen ke dapur. "Kalau 'gitu mintain istrimu uang."

"Miii! Miya juga nggak punya uang." Galen tidak dapat lagi menyembunyikan rasa kesalnya. Matanya melebar menatap Mami Heni yang masih saja ngotot.

"Halah ... nggak mungkin! Istrimu pasti punya simpanan dari hasil jahitan," tukas Heni.

Heni tidak memedulikan ucapan anaknya. Dia berbalik menuju Miya yang masih asyik bermain bersama Cia. Wanita paruh baya itu menengadahkan tangan kanannya ke arah Miya sementara tangan kirinya berkacak pinggang. "Miya!"

Miya melirik ke arah Galen seakan-akan meminta persetujuan. Akan tetapi, tatapan intimidasi dari Mami begitu kuat. Dia bergerak dengan malas ke kamar. Miya mendengus pelan. Wanita berbaju biru itu harus menahan kesal atas tindakan Mami yang semena-mena.

Miya mengambil satu lembar uang berwarna merah dari dua lembar yang tersisa di dompet. Uang yang sedianya akan dia belikan kain untuk pesanan baju Bu Hera.

Miya mengulurkan uang kepada mami, yang langsung disambar dengan cepat oleh Heni seraya menyeringai puas. Wanita paruh baya itu kemudian memasukkan uang dalam tas. Tanpa basa-basi, dia langsung pergi dan menutup pintu dengan keras.

***

SnK GA Bercumbu Dalam Takdir

1. Kalian wajib ajak 5 temen kalian di kolom komen Bab 1 ini, entar aku bakal kasih nomor absen. Wkwkw ... kek sekolah aja😅😂
Contoh no absen : GA_BDT_01

2. Kalian wajib komen yang berhubungan dengan cerita di tiap bab. Dilarang komen misal : next, lanjut, dll ... apalagi titp sendal 😂😂
Untuk komen nanti tagar no yang aku kasih tadi, biar mudah ngeceknya.😘
GA_BDT_01 ( komentar cerita)

3. Jaga adab, ya, Genks.

4. Kalian bisa follow IG, Fb, Tiktok atas nama Askina Hasna. Akan ada spoiler seru di sana. Siapa tau aku khilaf akan ada seseruan juga di sana. Wkwkw ....

Tenkyu banget yang udah mau dukung aku dan baca tulisanku. Lov U sekebon ❤❤❤

Askina Hasna
040822

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top