Kejutan Pagi Hari

Sudah pukul sembilan pagi, setengah jam lalu toko milik Sultan buka. Mampir ke toko Angga, temannya yang bergerak di bidang sama, membuatnya setengah jam terlambat dari jam biasanya buka.

Membawa serta nasi bungkus hasil mampir di warung Mpok Jae, Sultan duduk bersiap sarapan nasi uduk. Ia buka ponsel guna stalking pujaan hati yang belum juga didapat. Melalui IG, Sultan selalu memantau pergerakan Rahina.

Sudah dua tahun Sultan mengagumi Rahina, gadis manis yang dulu sempat menjadi salah satu langganannya. Awal perjumpaan yang klise, Rahina memperbaiki laptop. Berlanjut obrolan ringan, lalu kembali datang guna membeli laptop baru, acesoris, dan pertemuan lain.

"Bos, struk belanja gue taruh di bawah kalkulator."

Sobri, salah seorang pegawainya mengingatkan. Sultan mengangguk. Ia lekas cari struk belanjaan yang datang kemarin sore. Ia tak ada di tempat, jadilah Sobri sebagai tangan kanan alias pegawai senior sejak toko ini dipegang ayahnya dulu. Ia percaya pada Sobri, yang usianya lima tahun di atasnya.

Ngomong-ngomong, toko milik Sultan adalah warisan dari ayahnya yang kini sudah bahagia dengan istri muda. Dulunya hanya konter pulsa, dengan barang dagangan segala acesoris ponsel. Seiring waktu berjalan, semenjak Sultan lulus SMA lalu kuliah, ia mengambil alih toko. Ibunya yang bekerja di Badan Pendapatan Daerah, tak bisa memantau toko. Jadi, sembari kuliah, Sultan yang akan memantau toko hingga kini. Tak banyak pegawai, hanya tiga orang. Sobri paling lama. Dua lainnya baru beberapa tahun terakhir.

Setelah menyimpan struk belanjaan barang yang datang kemarin, Sultan gegas memberesi sarapannya. Ia hendak mengantar barang ke toko temannya. Selain menjual di toko, Sultan juga melayani secara online dengan kerja sama beberapa aplikasi belanja. Selain itu, ia jadi pemasok beberapa barang dengan jumlah lebih kecil ke toko-toko rekanannya. Kebanyakan toko milik teman-teman sendiri.

"Wah, Mcd Sarinah tutup nih. Padahal dulu gue pernah nembak cewek di sana."

"Nembak pakek ayam goreng maksudnya? Trus cincinnya diselipin di paha ayam, apa dicemplingun di cola?"

"Kagak lah. Nembak doang, kagak ngelamar."

Obrolan dua pegawainya yang sedang memasang CD-room di CPU, membuat Sultan geleng-geleng kepala. Ngomong-ngomong soal nembak, ia jadi kepikiran. Kapan ya, ia bisa nembak Rahina? Gadis itu sudah memberi kode sebenarnya, terlebih tak jarang keduanya jalan guna makan dan ngobrol. Rahina yang tengah menunggu sidang skripsi itu, beberapa kali juga ia kenalkan ke sahabatnya. Respons Angga, sang sahabat juga cukup baik.

***

Pindah ke lapak baru ya. Tenang, itu lapak ku di wattpad. Judul sama, di akun @coretanicha.

Soalnya, ada adegan 21+. Mau misahin lapak aja. Takut ternodai 🤣

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top