TIGA

"Gue bener, kan? Lo lolos ke final tanggal tujuh belas nanti." Suara Ahmad menyapa Dinar yang sedang memesan siomay di kantin. "Jadi gak usah kesel sama gue lagi."

Dinar melengos setelah membayar siomaynya. Masih kesal? Raut wajahnya jelas sekali menunjukkan hal itu jadi tidak perlu ditanya lagi. Selama tiga hari terakhir dia sibuk memilih lagu dan latihan. Dia sampai lupa diskon tujuh belasan sebuah toko buku online padahal dia sudah membuat daftar komik yang akan diborongnya.

Seandainya saja dia tidak lupa sekarang Dinar pasti senang, setidaknya dia bisa lebih lepas lagi saat lomba karoke bahkan mungkin saja dia akan melupakan kekesalannya pada Ahmad. Agar suasana hatinya tidak terjun bebas Dinar sengaja mengirim pesan ke Ahmad supaya tidak menontonnya saat beraksi di panggung. Untung saja lomba tahap pertama dan semi final dilakukan di ruang kesenian sehingga dia tidak terlalu gugup. Bagaimana pun ruang musik tidak bisa menampung lima ratus murid. Dan sebagian besar yang menonton adalah murid perempuan.

"Tunggu, Din." Ahmad mengejar Dinar. "Lo marah banget sama gue?" Wajah Ahmad mendadak kusut.

"Menurut lo?!"

"Sorry."

"Sorry-sorry. Basi! Gara-gara lo gue ketinggalan diskon. Padahal gue udah nge-list apa aja yang mau gue beli."

"Ya udah sini daftarnya. Gue beliin. Kalo perlu kita langsung ke toko buku entar sore."

"Tar gue WA. Males gue jalan sama lo." Dinar kembali meninggalkan Ahmad dan memilih menghabiskan siomaynya bersama teman-teman perempuan.

Lima menit kemudian ponsel di saku celana Ahmad bergetar singkat, tanda sebuah pesan masuk, tapi dia tidak membukanya. Malah menghabiskan siomaynya secepat mungkin lalu berlari menuju tempat sampah untuk membuang sampah mika dan garpu plastik. Dia tidak sabar untuk memberikan semangat ke anggota kelasnya yang ikut lomba tarik tambang melawan kelas sepuluh.

Ahmad dan teman-teman sekelasnya segera berkerumun di sebelah barat lapangan basket yang diubah menjadi arena tarik tambang. Dinar sudah berdiri di sana di sebelah Rahayu. Untuk sejenak Dinar melupakan kekesalannya terhadap Ahmad demi kemenangan kelasnya.

"Inget ya, guys. Jangan langsung tarik! Tahan dulu!" Erik ketua lomba ini memberikan instruksi. "Kita buat mereka capek dulu. Baru kita tarik. OKE!"

"OKE!" sahut mereka serempak dengan penuh semangat. Bahkan sahutan tim hore lebih semangat.

Mereka yakin sekali strategi ini akan berhasil. Bukan tanpa alasan, karena mereka telah melihatnya di Youtube saat beberapa selebritis China bertanding dalam Super Novae Games menggunakan strategi serupa dan menang dengan gemilang.

Tarik tambang putra adalah harapan terakhir mereka untuk bisa masuk ke final. Kelas mereka sudah meloloskan Dinar dari karoke dan Ahmad dari balap karung. Untuk perlombaan yang lain jangan ditanya. Kelas mereka kalah sejak kualifikasi awal.

Pertandingan basket three on three mereka kalah telak. Tim bola basket putri tidak perlu dibahas lagi, hanya menghasilkan skor tiga. Hanya sebuah bola keberuntungan yang berhasil masuk ke ring saat itu. Tim basket kelas mereka terlalu sering melakukan pelanggaran saat merebut bola dengan kasar dan walking. Sehingga memberikan banyak lemparan bebas untuk tim lawan.

Tim bola basket putra lebih beruntung. Setidaknya ada Bayu anggota ekskul basket dalam tim. Tapi seorang Bayu tidak bisa mengubah kemalangan tim basket putra. Saat pertandingan kerja sama tim nihil, tidak konsentrasi. Terlalu sering salah mengoper bola atau passing ball mereka dengan mudah dapat dipotong oleh lawan. Bisa-bisanya mereka salah mengenali wajah teman sekelas saat bertanding. Sejak babak pertama selisih angka sudah tiga puluh. Dan mereka tidak akan sanggup untuk mengejar atau membalik keadaan. Bayu tidak bisa mengerjakan tugas mencetak skor dan bertahan sekaligus.

Sedangkan tim lawan memiliki satu anggota ekskul basket dan dua yang lainnya mengerti permainan bola basket. Jadi kerja sama tim mereka terbentuk. Satu orang sebagai pencetak angka dan dua yang lainnya fokus bertahan.

Lomba bakiak pun sama. Anggota yang berdiri paling depan sering kali terjembab ke depan karena gerak badannya tidak seirama dengan dua kawan di belakangnya. Kadang lebih cepat dan kadang terlambat. Setelah terjatuh mereka ribut mengkordinasikan gerakan lagi, sedangkan tim lawan terus melaju menuju finish tanpa hambatan. Satu hal keberhasilan mereka yaitu sukses mengocok perut penonton.

Pada saat itu gelak tawa penonton yang semakin riuh membuat mereka panik sehingga gerak tubuh mereka tidak kompak. Wajah anggota tim putri tiba di garis finish dengan rona merah menahan malu.

Sedangkan untuk futsal skor tiga untuk tim lawan dan nol untuk kelas mereka. Dan khusus untuk futsal tidak ada tim putri.

"Kalian pasti bisa!" ucap Rahayu, mantan anggota tim tarik tambang putri yang masih belum bisa menerima kekalahan timnya. Dengan tangan terkepal diangkat tinggi-tinggi dia kembali berkata, "Menang!"

"MENANG!" Mereka kembali menyahut serempak.

"SIAP!" Suara wasit pertandingan membahana dengan pengeras suara. Membuat tim hore dari kedua tim mundur teratur, memberikan arena bertarung yang lebih puas.

Wasit menginjak bagian tengah tali agar tidak bergeser. Suasana hening sejenak, kedua tim konsentrasi mendegar suara pluit ditiup.

PRIIIIT

Wasit terhuyung ke belakang karena terlambat mundur saat kedua tim menarik tambang. Tidak ada simpati untuknya sama sekali, untung saja beliau tidak jatuh.

"Tahan! Tahan! Tahan!"

Mereka kompak meneriakkan yel-yel bertahan. Tim kelas mereka kompak bertahan dengan posisi badan yang rendah dan miring ke belakang. Jangan sampai tubuh mereka berdiri terlalu tegak karena akan mudah ditarik lawan. Tiga puluh detik pertama mereka berhasil mempertahankan posisi. Usaha tim lawan sia-sia, posisi pita merah yang berada di tengah tambang tidak banyak berpindah.

"Tarik!" Erik memberikan aba-aba untuk menarik kemenangan. Sontak yel-yel pun berubah menjadi, "Tarik! Tarik! Tarik!"

Rahayu dan Dinar heboh di posisi yang sejajar dengan Erik. "Tarik! Tarik! Tarik!" Disertai gerakan tangan dari kanan ke kiri.

Tim lawan yang telah kehabisan tenaga mulai goyah. Posisi kain perlahan bergerak ke kiri dan terus ke kiri.

PRIIIT

Wasit meniup peluit tepat saat kain merah melewati batas yang ditetapkan untuk kelas mereka.

Dinar dan Rahayu tidak bisa menutupi kebahagiannya. Mereka berpelukan sambil melompat-melompat karena senang. Dinar si pemalas ternyata bisa heboh juga terbawa suasana. Setelah menang mereka kembali ke kelas untuk mengambil tas dan pulang. Semifinal tarik tambang putra adalah perlombaan terakhir hari ini. Final pertandingan akan dilaksanakan besok setelah upacara bendera tujuh belasan di sekolah.

Itu artinya besok ... Ahmad buru-buru mengeluarkan ponsel dari dalam saku celana. Dia mengunduh rekaman video perlombaan hari ini yang direkam oleh beberapa teman-temannya kemudian dibagikan di WAG kelas. Video pertama yang dilihatnya adalah video Dinar.

Pantes masuk final, guman Ahmad setelah selesai menonton

***

Ha ha ha. Ketawa bangga banget.

Oh my God. Akhirnya selesai juga part tiga. Alhamdulillah. ^_^

Awalnya ragu, kirain gak bisa update dua hari sekali.

Dinar nyanyi apa ya untuk final karoke?
Ada ide?

Love love love

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top