12. Latihan

"Jadi, kamu sudah nggak marah kan sama aku?" tanya Sean untuk kesekian kalinya pada Deli yang berjalan di sisinya.

"Iya, Mas. Aku udah nggak marah kok. Ngapain nanya terus sih." Deli tidak kesal pada Sean, tetapi saat pria itu terus bertanya perasannya menjadi tidak karuan.

Sean tersenyum kecil sembari menoleh ke arah Deli. "Aku cuman mau mastiin aja."

Setelah sampai di tujuan, Deli menghentikan langkah dan berdiri tepat di hadapan Sean. "Aku udah nggak marah kok. Lagian, aku juga nggak punya hak buat marah sama Mas."

"Kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Kenapa nggak punya hak, Del?" Pertanyaan Sean membuat dahi Deli mengerut bingung. "Kamu boleh kok marah, aku izinin."

"Apaan sih, Mas." Deli bersemu saat mendengar ucapan Sean, pria itu berhasil membuat Deli malu saat digoda olehnya. "Udah ah, aku mau ngajar dulu."

Deli berjalan masuk ke dalam balai desa dan Sean perlahan mengikutinya dari belakang. Hari ini hanya dia sendiri yang mengajar tanpa relawan lain karena mereka tengah sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Halo adik-adik semua!" Sapa Deli dengan semangat, hal itu membuat mereka yang datang ikut bersemangat.

"Halo juga Kak Deli!"

Teriakan serempak anak-anak yang Deli ajar membuat perempuan itu bahagia. Dia tidak henti-hentinya tersenyum menanggapi segala pertanyaan dari anak didiknya.

"Kak Deli kenapa baru bisa ngajar kami?"

"Kak Deli kami kangen."

"Kak Deli, kak Deli."

Semua berebut mendapat perhatian Deli. Sean yang melihat hal itu ikut senang karena Deli bisa mendapat ruang tersendiri di hati anak didiknya.

"Kamu capek nggak?" tanya Sean setelah Deli selesai mengajar dan mereka berjalan kembali ke rumah.

Deli yang sebelumnya sibuk menatap jalanan berbatu yang membuatnya takut melangkah, langsung menatap Sean dengan dahi mengerut. "Kenapa nanya gitu?"

"Nggak pa-pa, pengen tau aja. Soalnya kamu semangat banget ngajarnya hari ini."

Deli tersenyum kecil mendengar ucapan Sean. "Jadi, sebelumnya aku nggak semangat?"

"Bukan gitu, hari ini beda aja menurut aku."

"Aku nggak pa-pa kok, nggak capek juga."

Jika boleh jujur, alasan Deli bersemangat hari ini adalah Sean. Dia amat bahagia setelah hubungannya dengan pria itu perlahan membaik.

Saat sampai di rumah, mereka berpisah agar relawan lain tidak melihat kedekatan yang terjalin di antara keduanya. Karena hal itu bisa membuat gosip yang Deli benci.

"Del," panggil seseorang yang membuat Deli terkejut. Perempuan itu tengah sibuk mengambil beberapa pakaian, lalu Ares memanggilnya.

"Iya, kenapa, Res?" tanya Deli setelah membalik tubuh dan menghentikan kegiatannya.

Di lengan perempuan itu sudah ada handuk dan pakaian ganti untuk dia gunakan setelah mandi. "Nggak pa-pa, mau ngingetin aja kalau nanti sore kita latihan."

Deli tersenyum kecil dan mengangguk pelan. "Aku inget kok."

Tepat pukul empat sore, Sean, Ares, Deli dan Ara pergi ke balai desa untuk melakukan latihan tari. Sean dan Ares berjalan lebih dahulu di depan Deli dan Ara yang sibuk berbincang.

"Kira-kira tariannya susah nggak ya?" tanya Ara sembari melirik ke arah Deli dan perempuan itu langsung mengangkat kedua bahunya secara bersamaan.

"Nggak tau."

"Terus, kalau kita nggak bisa gimana?"

"Jangan nyerah gitu dong, Ra. Coba aja belum," balas Deli memberi Ara semangat walau sebenarnya dia juga sedikit takut dengan tantangan ke depannya.

Setelah 10 menit berjalan kaki, keempat orang itu akhirnya sampai di balai desa dan langsung bertemu dengan Ibu Mira, pelatih tari mereka yang juga merupakan istri kepala desa

"Maaf ya, Bu. Kami telat," ucap Deli dengan penuh penyesalan karena melihat Mira sudah datang sebelum mereka.

Mira tersenyum kecil sembari memegang bahu Deli. "Nggak kok, kalian nggak telat. Saya juga baru datang."

Menanggapi ucapan Mira, Deli tersenyum kaku sembari memperhatikan teman-temannya termasuk Sean.

Sikap Deli itu membuat Mira sedikit gemas. "Udah, nggak usah dibahas lagi. Yuk, kita mulai latihannya."

Mira melangkah maju dan berdiri menghadap Deli juga teman-temannya. "Jadi hari ini kita bakal latihan nari, tariannya akan diperagakan oleh Bayu dan Sarah. Silakan maju."

Kedua orang yang Mira panggil tiba-tiba masuk dan berdiri tepat di sisinya. Tak lama kemudian, terdengar alunan musik di telinga mereka. Bayu dan Sarah perlahan menari dengan luwesnya.

Setiap gerakan mereka berdua begitu indah di mata Deli yang langsung bertepuk tangan setelah kedua orang tersebut selesai menari.

"Wah, keren banget. Keren banget tariannya," puji Deli dengan semangat. Sama seperti Deli, teman-teman lainnya juga bertepuk tangan dengan senyum khas di masing-masing wajah mereka.

"Makasih, Kak," jawab kedua penari dengan kompak.

"Gimana, mau coba belajar sekarang?" tanya Mira tiba-tiba yang langsung membuat Deli menganggukkan kepalanya tanpa berpikir panjang.

"Deli akan belajar gerakan khusus yang perempuan ya," lanjut Mira setelah Deli mendekat ke arahnya.

Deli menjadi orang pertama yang mulai belajar. Karena tidak pernah menari sebelumnya, tubuh perempuan itu terlihat seperti robot saat mulai melakukan beberapa gerakan.

Saat itu, Sean terus memperhatikannya dengan raut wajah khawatir karena Deli beberapa kali nyaris terjatuh saat kakinya salah melangkah.

Teriakan tiba-tiba Deli mengisi ruangan balai desa setelah perempuan itu nyaris terjatuh. Namun, Ares berhasil menahan tubuh perempuan itu. Iya, Ares. Ares yang membantunya karena Sean berdiri cukup jauh dari Deli.

"Kamu nggak pa-pa kan?" bisik Ares yang langsung membuat Deli mengangguk pelan dengan sedikit panik. Tatapannya kemudian beralih pada Sean yang terlihat begitu khawatir padanya.

Dengan cepat Deli bangkit dan memperbaiki posisi berdirinya. Ada sedikit rasa malu di benaknya karena nyaris terjatuh.

"Kita istirahat dulu ya. Kasian, Deli kayanya masih kaget gara-gara mau jatuh tadi."

"Maaf ya, Bu," cicit Deli dengan wajah tertunduk.

"Saya yang harusnya minta maaf karena salah ngasih arahan."

"Nggak pa-pa, Bu. Bukan salah Ibu kok."

Sesuai perintah Mira, mereka memutuskan untuk istirahat. Sean mengambil tempat duduk di sisi Deli yang tengah asyik meminum segelas air. "Kamu nggak pa-pa kan?"

Bisikkan Sean berhasil membuat Deli tersentak kaget, wajahnya menoleh menatap Sean. "Ngagetin aja sih, Mas."

"Maaf ya, jadi gimana? Kamu nggak pa-pa kan?" tanya Sean lagi dan Deli mengangguk pelan sembari tersenyum kecil. "Lain kali hati-hati ya. Aku kaget banget tadi. Maaf nggak bisa bantu."

"Ih, apaan sih, Mas. Nggak pa-pa kok. Lagian, Mas kan agak jauh tadi."

Walau Deli sudah memaafkannya, Sean masih merasa bersalah pada perempuan itu. Selain merasa bersalah, Sean juga masih cemburu pada Ares yang ternyata masih mengejar Deli.

"Udah ya istirahatnya. Kita mulai lagi latihannya." Mira beranjak dari tempat duduknya dan kembali berdiri di depan. Begitu semua siap, perempuan paruh baya itu memperhatikan Deli dan relawan lainnya. "Sebelum kita mulai latihan, saya mau bagi kalian dalam dua tim."

Mira menghentikan ucapannya sembari terus memperhatikan Deli dan relawan lain. Dia tengah memikirkan kecocokan di antara keempat orang itu. "Oke, saya sudah punya pilihan. Deli sama Sean dan Ares sama Ara."

***

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top