Part 6 - Raka dan Rere (2)
Suka boleh, bodoh jangan!
_____
"Yang belum bayar uang kas bulan ini gue doain pantatnya bisulan!" teriak Chaca dari depan kelas. Tangan kanannya memegang buku utang berwarna pink yang selalu ia bawa kemanapun.
"Waduh, pantas pantat gue bisulan. Ternyata belum bayar uang kas," celetuk seorang murid laki-laki.
"Makanya bayar uang kas. Biar tambah ganteng," balas Chaca dengan candaan.
"Besok." Cowok itu nyengir.
Chaca berdecak sok kesal. Tapi tetap ia tampilkan senyuman ceria ala iklan pasta gigi.
"Berisik banget lo pagi-pagi," sindir Sesil saat melintas dari depan Chaca.
Teman-teman Sesil yang lain juga ikut melirik sinis padanya. Tentu saja Chaca tidak mau kalah, ia balas dengan dengan lirikan tak kalah sinis dan tajam.
Terjadilah ajang saling lirik-lirikan.
"Angga, wajah lo kenapa?!" Jo berteriak heboh saat Angga masuk ke dalam kelas.
"Raka, wajah lo kenapa?!" Lalu murid lain berteriak heboh juga melihat wajah Raka penuh luka.
Raka dan Angga mengabaikan pertanyaan orang-orang, mereka memilih untuk duduk di kursi masing-masing.
Chaca merasa ada yang tidak beres. Buru-buru dia menghampiri Angga.
"Angga, lo habis berantem?" tanya Chaca.
Angga tidak menyahut. Dia lebih memilih mengeluarkan ponsel dan bermain game online.
"Lo berantem sama Raka?" introgasi Chaca. Sebab Angga sama sekali tidak cerita di grup WA.
"Re, kamu masih marah sama aku?" Terdengar Raka dan Rere dari meja mereka sedang berdebat.
Rere diam dengan wajah tidak bersahabat.
"Penjelasan aku kemarin apa belum cukup? Aku gak ada rasa apa-apa sama cewek itu." Suara Raka terdengar frustasi.
Rere beranjak pergi, diikuti Raka yang terburu-buru menyamakan langkah.
Chaca juga bangun dari duduknya, bermaksud ingin mengikuti pasangan itu diam-diam. "Pasti ada yang gak beres."
"Cha, jangan pergi!" Angga menarik pergelangan tangan Chaca.
Tanpa berpikir dua kali Chaca menarik dirinya dari jangkauan Angga. "Pasti terjadi sesuatu yang bikin Raka dan Rere berantem, dan lo bisa sampai luka-luka begini."
"Gak terjadi--"
Chaca tidak mendengarkan perkataan Angga lebih lanjut. Ia pergi begitu saja mengikuti Raka dan Rere. Keduanya berhenti di lorong sepi dekat UKS. Chaca bersembunyi di balik dinding, lalu dia diam-diam menyelinap ke dalam ruang UKS yang tidak terkunci dan bersembunyi di sana.
Chaca memang cari penyakit.
"Percaya sama aku, Re. Angga tiba-tiba aja datang dan nuduh aku suka sama Chaca. Aku gak mungkin suka sama perempuan murahan kayak dia. Perempuan yang dikelilingi banyak cowok. Mainnya sama anak cowok. Kita gak tau sudah sejauh apa pergaulan Chaca dan teman-temannya itu." Raka menghela napas.
Chaca tersenyum pahit. Sejauh apa pergaulan Chaca dan keempat temannya? Sejauh ini mereka sering maskeran bareng. Apa itu terdengar hina?
"Dan kamu berharap aku suka sama cewek model begitu?" tanya Raka serius.
Raut wajah Rere berubah lebih rileks dan tenang. Sepertinya dia bisa menerima alasan Raka.
"Maaf, aku cuma takut kehilangan kamu. Dan aku takut kamu ninggalin aku kayak mama yang ditinggal pergi ayah," lirih Rere.
"Aku bukan ayah kamu, Re! Aku bukan Om Iwan. Aku Raka. Cowok yang selalu ada buat kamu sejak dulu dan selamanya. Kamu gak akan terganti dengan cewek seperti Chaca," jelas Raka.
Rere mengangguk mantap. Perasaan Rere kini lebih ringan.
"Sekarang kita balik ke kelas, sebentar lagi bel jam pelajaran pertama," ajak Raka.
"Kamu duluan aja, Ka. Aku harus ke toilet sebentar." Rere akhirnya tersenyum lebar.
"Mau aku anter? Takutnya kamu nyasar," canda Raka.
Rere memcebik kesal. "Memangnya aku sebodoh itu sampai bisa nyasar pergi ke toilet? Aku ini udah gede. Bukan Rere yang suka ingusan lagi."
"Iya deh si paling dewasa. Oke aku tunggu di kelas ya." Raka mengacak rambut pada puncak kepala Rere sebelum pergi.
Chaca iri. Chaca cemburu. Chaca marah. Kenapa bukan dia yang diperlakukan semanis itu oleh Raka? Cara Raka memandangnya dan Rere sangat berbeda. Chaca begitu hina di mata laki-laki itu.
Hati mungilku yang malang, Chaca bercanda dengan dirinya sendiri. Coba menyembuhkan luka yang terasa sangat sakit ini.
Mati-matian Chaca menahan tangis dan tidak menjerit kuat. Chaca takut maskaranya luntur, lagi.
"Halo, Sayang."
Chaca kaget saat suara Rere kembali terdengar. Sayang? Pada siapa kata itu Rere tujukan? Bukankah Raka sudah pergi?
Chaca kembali mengintip. Ia melihat Rere sekarang sedang telponan dengan seseorang.
"Maaf ya aku baru bisa angkat telpon kamu. LDR ternyata seribet ini ya," kata Rere dengan nada manja.
Otak mungil Chaca dipaksa untuk berpikir keras. Rere LDR dengan siapa? Jelas-jelas dia dan Raka ada di kota yang sama, bahkan satu sekolah.
Satu hal yang dapat Chaca simpulkan, Rere punya pacar selain Raka.
Seriously?
Kasihan Raka. Hei, apa peduli Chaca? Cowok itu beberapa menit yang lalu sudah merendahkannya. Kalau Raka dikhianati bukannya itu bagus? Karma dibayar secara instant.
Tapi, ada sedikit ruang kecil di hati Chaca berteriak tidak terima Raka dibohongi seperti ini.
"Iyaaa, nanti kalau liburan aku main ke Bandung. Jaraknya gak jauh kok. Kamu jangan macam-macam di sana. Love you." Rere mengakhiri panggilan itu. Dia tersenyum malu-malu dengan wajah merona merah.
Chaca keluar dari persembunyiannya saat Rere sudah benar-benar pergi.
Sekarang apa yang harus Chaca lakukan? Memberitahu Raka? Ck, cowok itu pasti tidak akan percaya padanya. Chaca tidak punya bukti.
"Gue pura-pura gak tahu aja," kata Chaca pada dirinya sendiri.
"Tapi, gue peduli sama Raka," lirihnya.
******
"Apa?! Rere punya pacar selain Raka di Bandung?!" Jo setengah berteriak.
"Pelan-pelan, Bege! Nanti orang lain dengar." Chaca menegur dengan nada kesal.
Jo menatap area kantin. Tidak ada yang menaruh perhatian pada mereka kecuali adik kelas yang senyum-senyum tidak jelas untuk menarik perhatian Angga yang super cool.
"Itu karma buat dia! Mampus!" Bastian tertawa setan, persis seperti penghuni neraka Jahannam.
"Tapi gue--" Kalimat Chaca langsumg dipotong Angga.
"Cha, jangan ikut campur terlalu jauh urusan mereka!" tegas Angga.
"Gue gak bisa menutup mata gitu aja saat tahu kebenaran ini. Raka juga harus tahu kalau dia dikhianati," debat Chaca.
"Dan lo pikir Raka akan percaya sama lo?" Angga tidak mengerti kenapa Chaca selalu saja ingin terlibat dengan Raka.
Serangan balik dari Angga tepat sasaran. Chaca tidak dapat memberi pembelaan. Raka sudah pasti tidak akan percaya padanya.
"Gue akan cari cara supaya Raka percaya sama gue." Sorot mata Chaca penuh keyakinan.
"Suka boleh, bodoh jangan!" Ada nada emosi dalam kalimat Angga.
"Ngga, jangan bentak Chaca," lerai Nugra.
"Gue gak bentak. Gue cuma kasih tahu supada dia ini sadar." Angga menyahut dengan cepat.
Bibir Chaca langsung berubah cemberut. "Hueeee, Angga udah gak sayang Chaca lagi." Chaca menangis lebay.
"Chaca, es kriiiiim. Jangan nangis. Nang ning ning nang nung," hibur Jo sembari memberikan es krim sisa Bastian. Jo sebenarnya tidak benar-benar punya es krim.
Chaca buang muka.
"Gue cabut." Angga memilih untuk menjauh dari pada emosinya semakin terbakar.
"Kasihan hati mungil Angga patah lagi," sesal Bastian dengan suara pelan, nyaris berbisik.
Tbc
Aku suka sama pertemanan Chaca dan kawan-kawannya. Tapi kenapa kalau RL cewek nongkrong sm anak cowok itu sering di cap pick me?
Btw, ada yg posisinya sama kayak Chaca? Temanan sama anak2 cowok?
Spam next
100 komen bisa gk ya?
Alurnya lambat dulu ya. Ini masih part 3 dan tahap pengenalan tokoh.
Butuh referensi yg cocok untuk visual para tokoh
Semoga kalian suka sama part ini
Ig: Ami_Rahmi98
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top