Part 5 - Raka dan Rere

Gue gak tertarik sama cewek sialan itu.
______

"Chacaaaa, boys timeeee. Yuhuuuu." Bastian berujar dengan nada sangat heboh. Ia mencari sheet mask dalam tas Chaca.

"Yuhuuuuuu." Jo berteriak dengan nada anggunly.

Hanya Nugra dan Angga yang terlihat normal.

Chaca menghela napas. Dia menelaah satu-satu wajah sahabatnya itu. Apa benar jauh di dalam hati mereka Chaca itu merepotkan? Beban.

"Hari ini jadwal kita maskeran, ya Bun," kata Jo. Dia ikut membongkar isi tas Chaca.

"Gue gak bawa masker!" Chaca menarik tasnya dari jangkauan Jo dan Bastian. Lalu Chaca lempar tas itu secara sembarang ke sisi kiri.

Angga yang semula santai, duduk selonjoran di atas karpet bulu milik keluarga Jo langsung menoleh.

"Bukannya hari ini jadwal kita maskeran?" Nugra memang benci jadwal-jadwal boys time, tapi dia lebih benci lagi melihat mood Chaca yang kacau seperti sekarang.

"Mulai sekarang kita gak akan maskeran lagi!" Chaca cemberut menahan tangis. 

Semua temannya terdiam. Seingat mereka ini bukan jadwal Chaca datang bulan, tapi kenapa mood Chaca segalak ini?

"Chaca, datang bulan?" tanya Jo dengan suara berbisik pada Bastian yang duduk di sampingnya.

"Harusnya sih masih satu minggu lagi. Apa jadwalnya berubah ya?" Bastian balas berbisik.

"Emang jadwalnya bisa berubah?" tanya Jo polos.

"Mana gue tau, gue kan gak pernah datang bulan. Pertanyaan ente kadang-kadang," cibir Bastian.

"Hueeeeee." Chaca menjerit sambil menangis.

"Kenapa, Cha?" Angga mendekati Chaca, kemudian duduk di sisi perempuan itu.

"Raka bilang sebenarnya kalian itu gak senang berteman sama gue. Karena gue ini beban. Bisanya cuma menyusahkan." Chaca sedih. Dia menangis kecil.

"Kan udah gue bilang jangan pikirkan apa kata orang lain. Biarkan mereka berpendapat seperti apa," kata Bastian.

"Raka itu iri pada kami karena gak bisa dekat sama lo, Cha." Nugra menimpali.

"Hari ini gue gak bisa menerima penjelasan apapun." Chaca menggeleng. "Hati mungil gue sedang kacau."

Angga mengacak rambut Chaca dengan gemas. Saat sedih seperti sekarang pun Chaca masih sempat-sempatnya bergurau masalah hati mungilnya.

"Kayaknya tuh cowok perlu kita kasih peringatan. Dia udah terlalu semena-mena sama Chaca," kata Nugra.

"Jangan!" cegah Chaca. Bagaimanapun Chaca tidak mau orang dia suka kena masalah.

"Jangan belain dia, Cha!" tegas Jo.

"Gue gak mau terjadi sesuatu sama Raka. Jangan berantem sama Raka." Chaca memohon.

Angga menghela napas keras. Bahkan terdengar kasar. Lalu tiba-tiba cowok itu beranjak dari duduknya.

"Gue cabut dulu," kata Angga.

Semua langsung menoleh pada Angga.

"Mau ke mana, Ngga?" tanya Nugrah.

Wajah Angga terlihat datar. "Gue lupa hari ini harus latihan simulasi untuk bahas soal olimpiade. Cha, lo jangan pulang terlalu malam."

"Tapi ini udah jam lima sore." Chaca merasa aneh dengan jawaban Angga.

"Hati-hati bawa motornya." Angga menambahi. Hari ini Chaca mengendarai motor sendiri.

"Tapi lo--" Chaca ingin protes.

"Biar Angga pergi," lerai Bastian.

Angga pergi dari rumah Jo dengan sorot mata tajam. Wajahnya seperti menahan kesal yang tidak bisa ia luaskan. Chaca merasa aneh setiap kali Angga marah untuk hal-hal tidak saat mereka membahas soal Raka. Mungkin itu bentuk rasa peduli Angga padanya.

******

"Lo benar-benar datang nyamperin gue." Raka tertawa ringan sambil bertolak pinggang menyambut kedatangan Angga.

Saat ini Raka berada di salah satu kafe. Dia sedang makan bersama Rere sepulang sekolah. Angga tadi menghubunginya untuk mengajak bertemu. Entah untuk alasan apa, tapi Raka tebak bahwa hal ini pasti ada hubungannya dengan Chaca.

"Kita bicara di luar!" Angga cukup sadar diri untuk tidak membuat keributan di ruangan kefe ini.

Raka mengikuti langkah Angga menuju depan kafe. Tepatnya di parkiran. Ia melirik sebentar ke meja, makanan miliknya dan Rere masih tersisa. Sementara Rere sedang berada di toilet. Raka tidak dapat menebak bagaimana nanti ekspresi Rere melihat kehadiran Angga.

"Jadi lo ada masalah apa sampai ngebela-belain nyamperin gue?" Raka berujar dengan nada dingin. Laki-laki itu langsung to the point.

"Gue minta berhenti cari perhatian Chaca!" Angga mendekat. Ia berkata-kata dengan tegas tepat di depan wajah Raka.

"Cari perhatian ke Chaca? Oh God! Are you kidding me?" Raka tidak habis pikir dari mana asal pemikiran Angga ini.

"Kalau lo mau cari perhatian Chaca bukan dengan cara menghina dia! JANGAN BUAT HATI CHACA PATAH KARENA HINAAN LO!" teriak Angga marah.

"GUE GAK TERTARIK SAMA CEWEK SIALAN ITU!" Raka balas berteriak.

Refleks Angga menarik kerah seragam Raka. "CHACA BUKAN CEWEK SIALAN!"

"DIA MURAHAN!" balas Raka.

Tanpa bisa Angga kendalikan ia meninju wajah Raka berulang kali. Hingga cowok itu tersungkur jatuh. Tak mau kalah Raka juga berusaha melawan, ia balas tinggu Angga dengan sekuat tenaga.

"Jangan pernah hina Chaca!" kata Angga tegas.

Pertengkaran keduanya menarik perhatian orang. Rere juga ikut menghampiri. Dia berteriak panik melihat Angga dan Raka saling pukul.

"Raka!" Rere manarik Raka dengan sekuat tenaga. Ia dekap cowok itu dari belakang, awalnya Raka berontak tapi secara perlahan emosinya surut juga.

"Sialan lo!" maki Raka dengan sudut bibir penuh darah.

Angga bangun dengan tertatih. Ia meludah karena darah yang keluar dari hidungnya masuk ke dalam mulut. Angga bersihkan dengan kasar darah yang ada di hidungnya.

"Ini peringatan pertama gue buat lo! Sekali lagi gue tegaskan, jangan pernah ganggu Chaca!" Angga melangkah pergi dengan langkah tertatih.

"Bubar lo semua!" usir Angga pada kerumunan yang menghalangi langkahnya.

Raka mengacak rambut dengan kasar, merasa frustasi dengan apa yang telah terjadi. Dan kemarahan Raka belum tersalurkan sepenuhnya.

"Ka, kamu berantem sama Angga gara-gara perempuan? Chaca?" tanya Rere memastikan.

"Aku bisa jelasin," jawab Angga sembari meringis. Luka yang dia dapat cukup perih.

"Kamu suka sama Chaca?" tanya Rere dengan perasaan campur aduk.

"Aku gak suka sama Chaca!" tegas Raka.

"Terus kenapa kamu sampai tonjok-tonjokan sama Angga karena Chaca?! Kalian lagi ngerebutin Chaca?" tuduh Rere. Sorot matanya berubah senduh dan ada luka di sana.

"Ini gak seperti yang kamu pikirkan! Chaca bukan siapa-siapa untukku. Cewek itu yang terlalu percaya diri dan mengadu yang enggak-enggak pada teman-temannya. Sumpah, aku gak suka Chaca!" jelas Raka dalam satu tarikan napas. Takut Rere salah paham.

Rere coba mencari kebohongan di mata Raka, cowok yang dia kenal sejak lama ini tidak mungkin berbohong. Kata-kata Raka cukup menenangkan, tapi Rere tidak bisa sepenuhnya percaya. Dia takut Raka berpaling.

"Please, jangan pernah macam-macam di belakang aku. Aku gak mau ngerasain sakit hati kayak yang mama aku rasakan." Air mata Rere jatuh.

"Percaya sama aku, Re." Janji Raka.

Tbc

Spam next

100 komen bisa gk ya?

Alurnya lambat dulu ya. Ini masih part 5 dan tahap pengenalan tokoh.

Butuh referensi yg cocok untuk visual para tokoh

Semoga kalian suka sama part ini

Ig: Ami_Rahmi98

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top