Part 4 - Pick Me Girl
Terima kasih sudah menyakiti hatiku untuk kesekian kalinya.
______
"Hai, Re!" sapa Chaca, dia memberanikan diri untuk menghampiri Rere pada jam istirahat pertama.
"Oh, hai." Rere tersenyum.
"Kenalin, gue Chantika. Bisa dipanggil Chaca. Bendaraha di kelas ini." Chaca tersenyum lebar, tidak boleh kalah cantik.
"Gue paham gimana ribetnya jadi bendahara. Apalagi pas nagih uang kas. Di sekolah yang lama gue juga bendahara kelas dan OSIS," sahut Rere terdengar antusias.
"Terutama nagih uang kas ke Raka. Sumpah ya, tuh cowok nyebelin banget. Dia utang uang kas beberapa bulan. Semua jurus udah gue keluarin supaya dia mau bayar uang kas. Eh, malah nuduh gue suka sama dia," cercah Chaca gemas.
Gue bukan suka lagi, tapi sayang, tambah Chaca dalam hati. Tidak mungkin diakui secara terang-terangan di hadapan cewek yang berstatus sebagai pacar Raka.
Rere tertawa. "Maafin kelakuan cowok gue ya. Dia emang rada random."
"Emang keluarga dia semiskin apa sampai gak bisa bayar uang kas?" tanya Chaca polos.
Sontak Rere tertawa lepas. "Keluarga dia cukup berduit kalau kata gue. Mungkin dia iseng ke elo."
"Raka ke mana?" tanya Chaca ingin tahu.
"Oh, tadi dia dipangggil tim basket. Katanya bakal ada turnamen. Bener ya?"
"Gue dengar-dengar sih gitu," jawab Chaca. Kebetulan Nugrah memang bagian dari tim inti basket di sekolah mereka, Chaca dapat info dari temannya itu.
Kemudian hening sesaat. Chaca memperhatikan Rere lamat-lamat. Semua yang ada pada cewek ini memang sempurna. Sifatnya juga bersahaja, supel dan santun. Tidak seperti Chaca yang sering dicap sebagai pick me girl.
"Re, benar lo udah pacaran sama Raka sejak SMP?" Chaca bertanya tentang hal yang akan melukai hatinya.
"Gue sama Raka udah kenal sejak embrio. Kita lebih dari sekedar pacaran," jawab Rere seolah mempertegas bahwa Raka itu miliknya. "Kenapa tanya gitu?"
"Ah, enggak. Cu-cuma penasaran aja." Chaca gelagapan sekaligus panik.
"Lo suka sama Raka?" tebak Rere dengan hati-hati.
Sontak Chaca kaget. Kenapa orang-orang sangat mudah membaca isi hatinya? Apa terlihat begitu jelas bahwa dia suka Raka? Seingat Chaca dia tidak pernah menulis di jidatnya gue suka Raka.
"Enggak kok." Chaca mengelak dengan tegas dan coba meyakinkan Rere.
"Jangan-jangan Raka nih yang ganjen ke elo. Awas aja tuh anak ya!" gurau Rere melihat sikap Chaca yang berubah canggung.
"Eh, si pick me lagi berusaha mendapatkan teman baru!" Sesil datang dengan tampang menyebalkan.
"Apaan sih lo?!" Chaca mendelik marah.
"Gak bakal ada yang mau temanan sama cewek yang punya sikap tuan putri kayak lo," ledek Sesil.
"Apa lo bilang?" Chaca tidak suka dengan perkataan Sesil.
"Re, lo gak usah dekat-dekat sama cewek ini. Bahkan Raka aja gak suka sama dia. Dia ini attention seeker. Suka cari perhatian. Si tuan putri," kata Sesil pada Rere.
"GUE GAK KAYAK GITU!" teriak Chaca dengan mata berkaca-kaca. Tangannya mengepal kuat.
"Nangis doang bisanya. Lo itu cuma modal tampang sama keluarga kaya. Sisanya nol," hina Sesil.
"Cha, batagor pesanan lo dataaaang!" Jo memasuki kelas dengan sumbringah. Diikuti Angga, Bastian dan Nugra.
"Tuh, para pengawalnya datang!" Lirik Sesil ke arah empat cowok itu.
Angga yang mengerti bahwa Chaca sedang di-bully langsung mendekat.
"Lo apain Chaca?" tanya Angga dengan nada tajam pada Sesil.
Wajah Sesil berubah pias jika sudah melihat Angga marah. Cowok yang diam-diam dia sukai. Cowok yang membuat Sesil rajin belajar agar masuk dalam jajaran murid-murid pintar dan setara dengan Angga. Tapi, pujaan hati Sesil selalu membela Chaca dalam keadaan apapun.
"Jangan pernah ganggu Chaca!" peringat Angga.
"Sini, Cha. Jangan dengerin apa kata Sesil." Nugra merangkul Chaca.
"Cha, jangan nangis. Ini gue beliin batagor pesanan lo. Sama es jeruk juga," hibur Jo. Dia angkat kresek putih bawaannya.
"Lihatkan! Ini yang gue maksud tuan putri tadi. Si menye-menye." Sesil berujar penuh keyakinan bahwa kata-katanya tadi bukan omong kosong.
"GUE BUKAN TUAN PUTRI!" Chaca berteriak marah. Ia lepaskan rangkulan Nugra lalu berjalan cepat meninggalkan kelas.
"Lo kelewatan, Sesil!" Angga marah.
"Dia pantas mendapatkannya." Hati Sesil selalu patah setiap kali Angga membela Chaca.
******
"TAAAAAAAIIIIIK." Chaca berteriak di rooftop sekolah. Meluapkan semua sesak di hati. Rasa malu dan sakit melebur jadi satu.
"TAAAAAIIIIIK. BAAAAAUUUUK!" teriak Chaca lagi dengan suara yang lebih keras. Lalu Chaca terisak-isak lebay.
"SESIL TAIK KUCING!"
"RAKA TAIK AYAM!"
Angin di atas rooftop berhembus sedikit kencang. Menerbangkan rambut Chaca yang tergerai cantik.
Dia usap air mata dengan gerakan anggun. "Maskara gue luntur," isak Chaca. Sempat-sempatnya Chaca berpikir soal maskara.
"RAKA TAIK AYAM!" Chaca ingin sekali membenci Raka.
"Woi! Berisik! Lo taik kambing!"
Chaca kaget ternyata ada orang selain dirinya di sini. Dia mencari sumber suara. Mata Chaca melotot melihat Raka tidur di kursi panjang. Sial, tadi dia tidak menyadari kehadiran cowok itu.
"Ra-Raka, bukannya lo latihan turnamen basket?" Chaca bertanya bingung.
"Lo teriak apa tadi?" tanya Raka dengan alis menukik tajam ke atas.
Chaca menarik ingusnya kuat-kuat. Lalu ia menggeleng hebat. "Gak bilang apa-apa."
"Raka taik ayam?!" ulang Raka.
"Gak! Gue gak bilang gitu! Lo salah dengar kali." Chaca ngeles kayak bajaj.
"Bagian mana dari diri gue yang mirip taik ayam?!" Raka menghampiri Chaca. Ia berjalan angkuh dengan tangan di saku celana.
Chaca balas menatap dengan sisa keberanian yang dia miliki.
"Lo itu bau taik ayam," hina Chaca untuk menyelamatkan harga dirinya.
Raka tertawa remeh. "Trik klasik untuk narik perhatian gue. Seberapa besar rasa suka lo ke gue? Tapi gue gak akan terima perasaan lo itu sampai kapanpun. Karena gue punya Rere. Dan lo terlalu liar untuk gue yang suka ketenangan."
"Liar? Kenapa semua orang mandang gue sebelah mata? Gue berteman sama anak cowok bukan karena kemauan gue sendiri! Gue dijauhin sama murid-murid perempuan lain. Menurut mereka gue ini tuan putri yang cuma bikin repot." Chaca menarik napas dalam-dalam.
Perasaan Chaca kacau. Dadanya terasa sesak.
"Lo pikir gue gak mau punya teman-teman cewek?! Dari lubuk hati gue yang paling dalam sangat ingin! Gue pengen ngerasain yang namamya girls time. Foto-foto gak jelas. Belanja barang-barang lucu. Belajar make up bareng. Gue juga pengen ngerasain itu semua." Air mata Chaca jatuh.
"Lo terlalu naif," lirih Raka. "Kalau lo mau bergaul seperti perempuan pada umumnya, ubah sikap tuan putri lo itu!"
"Gak! Gue gak akan berubah karena inilah diri gue sendiri. Angga, Bastian, Jo dan Nugra menerima gue apa adanya," balas Chaca.
"Oh ya? Pernah gak terbesit dipikiran lo kalau sebenarnya lo itu beban bagi mereka?" Raka tersenyum miring.
Pertanyaan Angga menampar harga diri Chaca. Tidak bisa dipungkiri bahwa dia selalu membuat susah keempat temannya. Mungkin, dia adalah beban bagi mereka.
"Lo itu beban!"
"Thanks udah nyakitin hati gue untuk kesekian kalinya."
Tbc
Spam next
100 komen bisa gk ya?
Kalian pernah punya teman kayak Chaca yang suka main sama anak cowok?'
Pernah punya teman yg sikapnya tuan putri?
Semoga kalian suka sama part ini
Ig: Ami_Rahmi98
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top