Part 2 - Si Paling Bucin
Aku hanya perlu menunggumu dengan sabar. Karena Tuhan tahu, kapan waktu yang tepat untuk menyentuh hatimu.
_______
"Menurut gue nih ya. Lo punya duit. Lo punya kuasa," ujar Jo dengan tampang serius.
Bastian angguk-angguk kepala seolah paling mengerti.
"Tapi enggak gitu, Nyet!" Jo menggebrak meja kelas.
Bastian kaget. "Ayam, eh ayam." Ia mendadak latah.
"Lo punya duit berapa? Pinjam dulu seratus." Jo cangar-cengir.
"Si kampret!" hina Bastian.
"Selamaaaat pagi dunia tipu-tipu." Chaca masuk ke dalam kelas dengan wajah sumbringah. Ransel pink miliknya menggantung dengan gemas di punggung Chaca. Hari ini rambut Chaha diikat dua dengan lucu. Benar-benar tipe perempuan yang sangat feminim.
"Pagi, Chaca Cantik." Hanya Jo, Bastian, Angga dan Nugrah yang semangat menjawab ucapan selamat pagi Chaca. Sisanya tidak ada yang menghiraukan karena bagi mereka Chaca itu terlalu lebay dan attention seeker.
"Jangan lupa utang uang kasnya dibayar ya teman-temanku sekalian," kata Chaca dari depan kelas.
Di saat yang bersamaan Sesil masuk ke dalam kelas. Sesil ini primadona sekolah. Cewek paling hits dengan followers instagram hampir seratus ribu orang.
"Sesil, kemarin lo gak piket kelas." Chaca menghalangi langkah Sesil.
Sesil menatap tak suka. "Gue piket."
"Kemarin gue gak lihat lo piket kelas," debat Chaca.
"Gue hapus papan tulis," sahut Sesil enteng.
"Itu belum termasuk piket!" Chaca membuka tasnya lalu mengeluarkan bulu utang berwarna pink yang selalu ia bawa kemanapun.
"Lo denda sepuluh ribu," ujar Chaca.
Sesil merampas buku pink Chaca. Lalu ia lemparkan. "Lo bisa gak, gak usah banyak gaya?"
"Apaan sih lo?!" Chaca melawan.
"Lo gak usah banyak gaya!" teriak Sesil sembari mendorong bahu Chaca hingga perempuan itu jatuh.
Chaca yang tidak siap dengan penyerangan Sesil terhempas ke lantai. Namun punggungnya menyentuh kaki seseorang. Di saat bersamaan Raka baru tiba di kelas. Chaca jatuh tepat di depan Raka.
"Raka?" Chaca mendongak.
"Lo sengaja jatuh di depan gue?" tuduh Raka.
Chaca tidak habis pikir kenapa Raka bisa menuduhnya dengan pemikiran sesempit itu.
"Minggir gue mau lewat!" Raka sama sekali tidak punya niatan untuk membantu Chaca bediri.
Chaca membatu. Selain merasa malu, dia juga patah hati karena dihina oleh pujaan hatinya.
"Minggir!" ulang Raka.
"Bangun, Cha." Jo buru-buru mendekati Chaca. Ia bantu temannya itu untuk bangun.
"Lo bisa santai, gak? Kata-kata lo itu terlalu kasar." Bastian berdiri di depan Raka. Menujuk laki-laki itu tepat di wajah Raka.
"Gue malas berurusan sama kalian!" Raka memasang tampang muak. Dia kembali melanjutkan langkah menuju kursinya yang terletak di belakang kelas.
"Dasar attention seeker," lirih Raka pelan sambil melirik pada Chaca yang di berdiri di samping Jo.
Angga mengambil buku pink milik Chaca yang dilempar Sesil. Ia serahkan buku itu pada Chaca.
"Lo gak apa?" tanya Angga sembari memperbaiki kerah kemaja Chaca yang kusut.
Chaca mengganguk. Dia tatap Angga dengan mata berkaca-kaca.
"Udah gak apa-apa. Lo aman selama ada kita." Bastian menenangkan Chaca.
"Semua orang gak suka sama gue," ujar Chaca pelan.
"Masih ada kita, Cha." Hibur Nugrah.
"Dia bahkan benci sama gue." Dia yang Chaca maksud adalah Raka.
"Udahlah, cowok kayak gitu gak usah dipikirin. Menuh-menuhin kapasitas otak mungil lo aja," seloroh Jo.
"Benar, Cha. Kapasitas otak lo kan cuma 2GB. Memorinya keseringan full, kayak HP android dua jutaan." Nugrah menimpali.
"Nugraaaah!" Chaca memekik tak terima. Tapi dia akhirnya tertawa juga.
Memiliki teman-teman cowok itu selalu menghibur.
Raka yang sudah duduk di kursi miliknya menyaksikan bagaimana Chaca dikelilingi keempat anak cowok itu. Mereka terlihat nyaman satu sama lain.
"Dasar cewek murahan," kata Raka sinis.
*****
Jam pertama hari ini di kelas 12 IPS 4 adalah pelajaran olahraga. Anak-anak cowok semua ada di lapangan basket indoor. Sementara semua murid perempuan lari keliling lapangan sebanyak dua putaran saja. Setelah itu mencar tidak jelas, ada yang ke kantin atau tidur di dalam kelas.
Yang paling Chaca tidak suka saat jam olahraga adalah dia tidak punya teman. Jo, Bastian, Nugrah dan Angga berada di lapangan basket. Chaca hanya bisa duduk sendirian di pinggir lapangan upacara.
"Si pick me girl gak punya teman."
Chaca mendengar sekelompok murid kelas lain berbisik tentangnya.
Sudah biasa. Tapi, terkadang cukup mengganggu. Chaca abaikan saja hinaan orang-orang padanya, nanti kalau kesabaran Chaca sudah habis akan ia luapkan.
"Raka?" Chaca melihat Raka keluar dari gedung olahraga indoor. Cowok itu kelihatan bersinar diterpa sinar matahari dan tubuh yang sedang keringatan. Eit, tapi Raka itu wangi lho. Dijamin tidak bau asem walau keringatan.
Melihat keadaan sekitar yang sepi Chaca nekat mendekati Raka.
"Raka," panggil Chaca.
Raka menoleh. "Kalau mau cari teman-teman lo itu, gue gak tahu mereka ada di mana," sahut Raka dingin.
"Gue bukan nyari mereka. Tapi, gue ada urusan sama lo." Chaca memberanikan diri untuk menatap mata Raka yang tajam.
"Apa?"
"Lo kenapa kelihatan gak suka banget sama gue? Bahkan terkesan benci." Chaca mengungkapkan separuh isi hatinya.
"Pertanyaan gak penting," sahut Raka.
"Tapi menurut gue ini penting!" Chaca berkata dengan cepat.
Mata Raka menatap dengan jengah. Dia tersenyum penuh ejekan. "Siapa di sekolah ini yang suka sama lo? Gak ada! Semua orang muak liat tingkah ala tuan putri lo itu. Seolah-olah dunia ini berporos pada lo. Terlalu menye-menye. Pick me girl, maybe."
"Tapi gue gak kayak gitu," bantah Chaca.
"Tapi keempat teman lo kayak gitu. Mereka bersikap seolah dunia ini berboros pada lo." Raka mendebat dengan keras. Tiba-tiba saja dia merasa kesal.
"Itu tanda mereka sayang sama gue. Peduli sama gue." Chaca tidak terima dengan pendapat Raka.
"Lo dan keempat budak lo itu terlalu lebay. Too much. Sekilas lo itu mirip cewek gatal." Apa Raka sudah kelewatan mengungkapkan isi kepalanya?
"Apa?!" Chaca tidak menyangka dia akan dipandang serendah ini.
"Itu pendapat gue," kata Raka.
"Gue dan teman-teman gue gak serendah itu! Kami tahu batasan dan kami tulus berteman!" tegas Chaca.
"Terserah. Lagi pula gue gak peduli." Raka mengangkat bahunya dengan cuek.
"Jangan ganggu, Chaca!"
Bahu Angga ditarik seseorang dari belakang. Pelakunya ternyata Angga.
Raka mundur dan mengangkat tangan. Pertanda dia tidak ingin berurusan dengan Chaca dan Angga.
"Gue gak mau berurusan sama kalian!" ujar Raka pada Angga. "Dan bilang sama teman lo itu untuk berhenti suka sama gue."
Dada Chaca berdenyut mendengar kalimat Raka. Padahal selama ini Chaca tidak pernah mengungkapkan secara terang-terangan bahwa dia suka Raka. Apa perasaan Chaca begitu terbaca dengan jelas?
"GUE GAK SUKA SAMA LO!" teriak Chaca malu. Sekaligus marah. Dia ditolak mentah-mantah padahal Chaca belum berjuang sama sekali.
"Cha, kalau lo kelihatan marah kayak gini semakin dia senang." Angga menenangkan Chaca.
"Tapi, gue gak suka sama dia! Ini cowok kepedean." Chaca berujar dengan keras hingga wajahnya memerah.
Lagi-lagi Raka hanya tersenyum miring. Senyuman itu menginjak harga diri Chaca.
"Pergi lo sana!" suruh Angga pada Raka sebelum masalah ini semakin lebar.
"Gue tau lo suka sama gue, Chaca. Tapi lo bukan tipe gue!" Raka tersenyum penuh kemenangan.
"Pergi lo!" tegas Angga.
Tbc
Tipe cowok kayak Raka kesukaan pembaca biasanya.
Siapa suka Raka?
Di sini ada yg pernah jadi bendahara kelas? Seru gasih? Aku belum pernah soalnya wkwk
100 komen yok bisa yok
Spam next
Spam ❤
Ig : ami_rahmi98
☠ Awas ada typo ☠
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top