Little tip
Tak mengherankan, beberapa menit kemudian mata Sasuke terbuka. Bos Uchiha ini mengambil kacamata yang masih terpasang, meski melorot hingga ke pangkal hidung Naruto. Ia melempar sembarang benda itu. Pandangan dingin kini tertuju pada tindik di telinga.
Naruto setengah sadar. Mendorong dada Sasuke sesaat, ia lalu memegang tindik yang menjadi perhatian sang Daddy. "Ini hanya mainan. Lihat, terpasang dengan magnet," ucap si blonde disertai senyum.
Sasuke seolah tidak mendengar jawaban Naruto. Ia langsung mengacak rambut pirang yang sudah di-style rapi . Menariki kedua pipinya juga sampai Naruto mengerang sakit.
Bagi Sasuke, Naruto tetaplah tampak seperti remaja tujuh belas tahun. Karena itu ia ingin si blonde mulai berpenampilan dan bersikap seperti remaja pada umumnya.
Pipi yang ditarik ke arah berlawanan membuat Naruto geram. "Kau menganiaya asetku lagi!"
Sasuke balas menantang. "Kau sudah memberikan asetmu saat setuju menjadi sugar baby-ku." Bos Uchiha ini mendengus. Makin keras menarik dan mencubit.
Pandangan mata pemuda pirang terlihat berkilat dengan spekulasi, Sasuke pun menjadi lebih waspada.
Naruto lalu tersenyum. "Apa? Jangan katakan kau sangat cemburu aku menggoda pelangganmu?"
Sasuke tidak menjawab. Ia terdiam sesaat menimbang sesuatu dalam pikiran.
"Turun." Sasuke lantas bangkit dari posisi duduknya, memaksa Naruto untuk berdiri. Celana sang blonde makin melorot hingga ke pergelangan kaki.
Sasuke pergi begitu saja menuju ruangan yang terhubung dengan kantornya. Meninggalkan Naruto yang terkejut melihat sang Daddy bersikap apatis.
"Tunggu Sasuke!" Naruto buru-buru memasang celananya. Meringis pelan ketika kejantanannya bergesek dengan pakaian dalam. Ia masih terlalu sensitif akibat berejakulasi tadi. Pemuda blonde itu terdiam sesaat, menenangkan diri sebelum kembali melangkah.
Berniat mengejar Sasuke, namun yang dikejar sudah kembali ke ruangan. Ia bahkan sudah mengganti celananya dengan yang baru. Di lengan terdapat coat panjang yang tadi pagi ia kenakan.
"Kau tidak marah bukan?" tanya Naruto khawatir.
Sasuke bukan menjawab justru menutupi seluruh tubuh Naruto dengan coat panjangnya. Mengancingkan secara rapi agar tidak tampak bekas tindakan tak senonoh mereka beberapa menit lalu.
"Kita akan pulang," ucap Sasuke. Ia menggenggam tangan Naruto. Membiarkan sang pirang terheran-heran dengan sikapnya.
Beruntung hari sudah larut. Sasuke dengan protektif tidak membiarkan pengunjung barnya maupun staf malam melihat Naruto. Ia mengangguk pada manajer yang bertanggungjawab. Memberi indikasi jika ia akan pulang terlebih dahulu.
Naruto menelengkan kepala tak mengerti dengan segala sikap Sasuke. Tapi, ia tersenyum puas karena pria Raven ini masih perhatian. Memastikan Naruto tidak kedinginan, memasangkan seatbelt, dan begitu mereka sampai di rumah, Sasuke memberikan baju baru. Tentu setelah memerintahkannya untuk membersihkan diri.
'Menjadi Sugar Baby bagi Sasuke bukan hal yang buruk.'
******
Sasuke tidak pernah menyangka jika ia bisa jatuh ke telapak tangan seorang gigolo. Yang benar saja. Itachi akan menertawakannya secara berkala jika tahu.
Sejak awal rasa posesif terhadap Naruto sudah sangat besar. Melihat pemuda pirang itu berniat melayani tamu, ia pun terbakar amarah.
Uchiha satu ini mana mungkin mau mengakui Hal tersebut, namun bukan berarti dia akan membiarkan Naruto mengambil alih tempo hubungan mereka. Ialah Sugar daddy.
Jika Naruto ingin memaksa Sasuke bertindak layaknya dominan, maka ia akan tunjukkan.
Kini Sasuke tengah bersiap, pertemuan dengan rekan pamannya akan membuka peluang bisnis yang baru.
"Kau ingin pergi?" Naruto tiba-tiba muncul. Pakaian mahal pemberian Sasuke telah dikenakan. Bukan lagi baju kurang bahan yang selalu membuat Sugar Daddy-nya itu kepanasan.
Sasuke melirik. Mendapat firasat bahwa Naruto akan melakukan sesuatu yang mungkin sembrono. Mengingat kelakuan tak terkontrol milik pemuda ini. "Hm," gumam sang pemilik bar sembari mengecek sisa data yang harus ia kirim ke Itachi.
Naruto hanya berdiri di sana. Menatap Sasuke begitu lama tanpa mengucap apapun.
Sasuke berpura-pura tak peduli. Ia sengaja memperlama, agar dapat mengetahui apa sebenarnya yang ingin disampaikan Naruto.
Kelamaan pemuda pirang itu grogi. Mengusap rambut berulang kali sampai berdeham tak keruan.
Sasuke berhenti bergerak, menatap ke arah sugar baby-nya dengan lekat. Ia berdiri tegak, kedua tangan masih di atas meja, alis terangkat menunggu Naruto berbicara.
"Um, aku mendengar dari salah seorang pelangganmu bahwa klub MoonShine adalah salah satu rekan bisnismu. Kau tahu--" ucapan sang blonde memelan, ia maju sedikit lalu kembali berkata, "Tempat itu sulit untuk dimasuki. Kau tahu, mungkin Kita bisa, uh ..... Date?"
Sasuke bukan tidak tahu, MoonShine adalah salah satu klub yang cukup terkenal. Bukan hanya karena desainnya, namun juga dikarenakan jenis minuman beralkohol di sana sangat lengkap. Tapi sayang, bukan sembarang yang boleh masuk. Ia sendiri belum menginjakkan kaki ke Sana.
Mengatakan bahwa MoonShine rekan kerja dari Bar Kafe yang ia rintis, tentu sangat tidak benar. Dari Mana datangnya isu konyol itu?
"Tidak! Aku ke sana bukan untuk menjajakkan diri," sanggah Naruto cepat, menganggap diamnya Sasuke sebagai bentuk skeptikal terhadap kebiasaannya yang sering mencari perhatian.
Rupanya pemuda pirang ini masih ingat kejadian dua minggu lalu. Di mana Sasuke menolak berinteraksi karena sikap Naruto yang masih senang menggoda pria lain. Setelah bujuk rayu yang alot, akhirnya Uchiha itu luluh juga.
"Aku akan menuruti kemauanmu," tambah sang blonde. Sangat berdeterminasi.
"Baiklah," balas Sasuke singkat. Ia berjalan mendekat. Mengusap kepala berhelaian emas, lalu mencium bibir Naruto sekilas. "Tunggulah di rumah. Begitu urusanku selesai kita bisa pergi."
Wajah Naruto langsung sumringah. Ia mengangguk antusias. Mengalungkan tangan di pundak sang Daddy lalu menciumnya mesra tanda terimakasih. "Kencan kita yang pertama," bisik si blonde dengan senyum lebar.
Naruto setelah itu melenggang pergi.
Sasuke harus memutar otak, mencari kartu VIP yang bisa membuatnya memasuki MoonShine. Ah, tentu saja.
******
Itachi tampak begitu serius. Mendiskusikan dana yang harus diinvestasikan ke projek yang dipilih oleh ayah mereka. Sasuke tidak pernah mau ikut campur terlalu jauh dengan perusahaan Uchiha. Ia sendiri sibuk dengan bisnis yang baru dirintisnya beberapa tahun silam.
Tetap saja, terkadang membawa Sasuke ke pertemuan merupakan kewajiban Itachi. Agar rekan mereka tahu bahwa setiap ahli waris Uchiha sangat berperan aktif. Juga memastikan sang anak bungsu tetap bertanggung jawab.
Biasanya dalam pertemuan eksklusif ini Sasuke hanya menambahkan beberapa ide, sisanya ia membiarkan Itachi mengeksekusi detailnya.
Setelah pertemuan sulit barusan, kini Sasuke harus berhadapan dengan tatapan penasaran sang kakak.
"Apa kau tahu klub seperti apa MoonShine?" tanya Itachi dengan nada yang seharusnya digunakan pada anak-anak.
Tentu saja Sasuke tahu. Ia bukan orang bodoh. Ia telah melakukan research sebelum berani mengkonfrontasi kakaknya.
"Gay Klub."
Itachi cukup terkesan adiknya yang terkenal bagai biksu suci bisa mengetahui ini. Sasuke yang tidak mau berurusan dengan dunia gelap justru meminta bantuan untuk memasukinya.
Sasuke tahu bahwa kata-katanya tak akan cukup membuat Itachi setuju, akhirnya ia pun bicara kembali. "Aku ingin mengajak seseorang kemari."
"Oh." Senyum Itachi melebar. "Tunggu sebentar, kurasa aku memiliki member khusus di sana."
*****
"Buka kakimu lebih lebar." Sasuke menepuk paha dalam Naruto. Memaksa sang blonde merentangkan kaki.
"Aku tahu," balas Naruto kesal. Ia bahkan sengaja menjulurkan bokongnya yang tak berbalut apapun ke arah Sasuke yang berlutut di belakangnya.
Sang Daddy tidak tersinggung, ia malah kembali membasahi jarinya. Memperlebar lubang anus sang blonde dengan tiga jari. Persiapan yang matang.
Naruto jelas sudah bernafsu, begitupun dirinya. Namun, ia tak akan dengan mudah terbawa suasana.
Sasuke menaruh perhatian pada lubang rektum yang tengah direnggangkannya, memastikan apa yang akan ia lakukan tidak melukai Naruto. Sasuke lantas bangkit, jari basah akibat lube tidak dibersihkan malah langsung memeluk sang blonde.
Naruto membalas, menaik turunkan pinggulnya. Agar menggesekkan sisa lube yang mengotori pipi pantatnya ke celana Sasuke.
"Kupikir kau lebih memilih makan malam istimewa dan berbelanja hal mewah," ucap Sasuke sembari mencuri sebuah ciuman.
Naruto mengalungkan tangan kanan ke belakang leher sang Daddy. "Dine and Wine terlalu klasik untukku," jawabnya dengan nada menggoda.
Tangan Sasuke kembali turun. Mengusap rektum yang basah, lalu satu tangan lagi meraba ke meja. Mengambil benda yang lama ia miliki, namun tidak lagi digunakan.
Naruto yang memilih, ia hanya menunjukkan koleksinya. Syarat kencan mereka adalah tidak membiarkan siapapun merebut perhatian Naruto. Karena itu untuk memastikannya Sasuke menawarkan hal ini.
Sugar baby-nya justru tampak tertantang. Tidak ada kecemburuan yang muncul saat Sasuke menunjukkan koleksinya.
Tangan di pantat membuka jalan, satu lagi mengantar buttplug berwarna merah marun ke lubang rektum Naruto. Ukurannya sedang, tidak akan membuat sang blonde tak nyaman jika dikenakan saat memakai pakaian.
Sasuke mengetes, tidak memasukkannya dalam sekali dorong. Ia sangat atentif terhadap Naruto. Memasukkan sedikit, lalu ia akan memberi kecupan di pundak sang blonde.
Naruto mengangkat kaki kanan sedikit, memberi akses lebih mudah. Sasuke sedikit demi sedikit mendorong. Hingga buttplug marun itu terpasang pas di dalam rektum sang blonde.
Sasuke berhum penuh apresiasi. Ia membalik tubuh Naruto. Memeluk pinggang dan bercumbu kembali.
"Sisanya biar aku yang menangani," ujar Naruto sambil menyingkir dari pelukan Sasuke.
Kerutan di dahi Sasuke sudah jelas menandakan ketidaksenangan.
"Aku akan bersiap, kau pun harus bersiap, Sasuke. Ini kencan pertama kita."
Sasuke menghela napas pelan. Ia melirik sedikit lama, kemudian keluar dari kamar Naruto.
Saat Naruto mulai tinggal di sini, sang blonde meminta satu kamar privasi. Tempat di mana Sasuke sekalipun tidak boleh mengganggunya jika ia berada di sana.
Tentu Sasuke setuju. Bahkan is sendiri sering mengurung di ruang kerja dan tidak membiarkan Naruto mengganggunya.
.
Kencan pertama.
Sasuke menyungging senyum. Ia sudah berniat dalam hati.
'Kita lihat siapa yang lebih dulu membuat yang lain lepas kendali.'
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top