Gigolo II

Selama dua jam menunggu, akhirnya Sasuke dapat melihat Naruto. Remaja blonde keluar sendirian. Memasang senyum lebar, kepuasan.

Tanpa basa-basi Sasuke menghampiri si pirang. Memberi elemen keterkejutan. Ia menarik baju besar si blonde dari belakang, namun tak terduga saat Naruto justru menyikut perut dengan keras. Membuat sang pemilik bar menahan ringisan.

Naruto segera melepaskan diri dan berputar. Hendak menghajar siapa yang mengendap dari belakangnya. "Sasuke?"

Manik hitam sang pemilik bar segera mencari tanda-tanda luka di tubuh Naruto. Beruntung tak ada sama sekali. Ia tanpa pikir panjang membopong sang pirang ke pundak, bak karung beras. Membawa lari si gigolo muda, sebelum ada klien lain yang menyewanya.

"Hey pak tua!" Naruto meronta. Kaki menendang-nendang. Menarik perhatian banyak orang.

Sasuke tak peduli. Ia justru menepuk keras bokong sekal sang blonde. Merasakan bagaimana telapak tangan memantul sebab kekenyalan pantat Naruto. Ia sengaja meremas beberapa kali. Mengabaikan si gigolo yang memekik bak perawan.

Ia segera membuka pintu mobil. Melempar Naruto ke dalam, lalu segera menuju kemudi. Ia langsung melaju kencang. Melirik sekilas pada si pirang yang terburu-buru memasang sabuk pengaman.

"Apa yang kaulakukan?" desis Naruto sembari berpegang kuat.

Sasuke tak menjawab sama sekali. Fokus untuk menyetir.

*****

"Kau gila! Polisi bisa menahanmu dengan cara berkendara ugal-ugalan seperti tadi."

Sasuke lagi-lagi membopong remaja pirang di pundak. Takut ia akan kabur begitu sedikit saja lengah.

"Mereka tak akan mengejarku," jawab Sasuke ringan. Ia memasuki rumah dengan tenang. Tiap kali Naruto bergerak atau berkata-kata, maka akan dihadiahi sebuah tepukan di pantat.

"Kau tidak bisa terus-terusan menganiaya bokongku, berengsek! Ini aset yang kugunakan untuk menarik pelanggan!"

"Bagus. Dengan begitu mereka tidak bisa menyewamu lagi," balas Sasuke puas.

"Kau .... aku harus melakukan pekerjaan ini!" Naruto meronta kembali, namun lagi-lagi Sasuke mengeplak bokong sang pirang berulang kali. "Aw! Berengsek! Akh! Sakit idiot! Aaaah!"

Naruto makin menjadi-jadi saat pantat empuk dipukuli hingga merah. Celana kulit hanya menambah rasa perih.

"Aku akan menjadi sugar daddy untukmu."

"Apa?" Naruto langsung terdiam seketika. Ia merasakan bokongnya kini diusap penuh kasih sayang.

Sasuke melemparkan si gigolo muda ke ranjang. Ia menarik pergelangan kaki si pirang. Mengunci pergerakkan agar tidak kabur. "Berapa umurmu?"

Naruto mengerutkan dahi. Membiarkan Sasuke menahannya, namun perlahan sebuah senyum muncul. Ia membaringkan diri dengan tenang.

"Kenapa tidak katakan jika kau memiliki kink yang berhubungan dengan kontrol. Kau ingin mendominasi diriku?" Naruto menelengkan kepala, simbol pasrah. Kedua tangan ikut meremas seprai, seakan ia ingin tak ingin untuk digagahi. "Silakan, kotori tubuhku, daddy."

Alis Sasuke berkedut. Senyum simpul telah menjadi kaku. Muka saja yang terlihat manis menggoda, nyatanya dia memiliki sifat yang benar-benar setan.

"Jika aku menjadi dirimu, aku akan tutup mulut," ancam Sasuke. Ia segera melepaskan sepatu yang dikenakan si gigolo pirang.

"Apabila daddy memintaku tutup mulut, aku akan menurut." Naruto mengedipkan satu mata dan tak bicara lagi. Ia pun memejamkan mata.

"Berapa umurmu?" tanya Sasuke lagi. Ia melempar dengan sembarang sepatu kotor si blonde.

Naruto mengintip kecil. Kedua tangan masih meremas seprai. Ia tak menjawab. Membuat Sasuke geram.

"Katakan atau aku akan menelepon polisi. Suigetsu dan Juugo dapat menjadi saksi atas tindakan prostitusi yang kaulakukan. Selain itu ada kamera cctv di depan bar."

Naruto akhirnya membuka mata. Ia menatap tajam yang dibalas senyuman menawan dari Sasuke. "Apa kau puas memojokkan seorang yang lemah sepertiku? Tidakkah kau lihat aku sudah berbaring pasrah di atas ranjangmu, Sasuke!"

"Katakan," desak Sasuke lebih tegas. Tangan sang raven mulai menjalar naik. Meraba paha berisi yang membayangi selama satu minggu terakhir.

Tangan Naruto ikut bergerak. Menarik si raven hingga mereka saling menindih. Kaki langsung mengunci di pinggang si calon daddy, bagai gurita hidup. "Apa kau takut menodai seorang yang masih muda, daddy?" bisik sang blonde dengan suara direndahkan.

Sasuke mendengus. Mengikuti alur dari gigolo berahi yang tak mau diam. "Aku bukan penyuka seorang di bawah umur. Jika kau masih muda, mungkin akan kuikat sampai kau dewasa."

Sasuke tersenyum bak serigala liar.

"Mmm .... lalu apa pentingnya umurku jika daddy berniat mengikatku juga?" Naruto mengusapkan hidung di ceruk leher Sasuke. Menarik napas dalam-dalam untuk mengingat harum parfum yang dikenakan.

"Agar aku yakin kau tidak menderita, idiot." Sasuke menjauhkan diri.

"Kau memukuli pantatku, itu telah menjadi siksaan tersendiri. Aku menderita oleh tangan daddy."

"Berapa umurmu?" desis Sasuke mulai hilang kesabaran.

"Kuberitahu jika kau memberiku izin untuk keluar-masuk barmu secara bebas. Dan kau harus menjadi daddy-ku, Sasuke." Si gigolo ini bak menyeruput sebotol afrodisiak. Begitu semangat menggoda tubuh Sasuke dengan sensual.

"Umurmu?"

"Dua puluh tiga."

Sasuke langsung memandang terkejut. Ia bahkan berkedip karena tak percaya.

"Banyak yang mengira aku masih remaja. Itulah kenapa pekerjaanku ini telah sesuai."

"Sesuai?" tanya Sasuke lagi.

"Ini adalah pekerjaan impianku."

Sudut mata sang raven berkedut. Naruto rupanya merupakan anomali. Ia sangat aneh.

Untuk sementara Sasuke mempercayai si blonde.

Ia mulai menurunkan sleting pada celana kulit yang Naruto kenakan.

"Aku akan menjadi sugar daddy untukmu. Datanglah ke bar saat kau tidak memiliki tempat tinggal. Atau kau bisa tidur denganku di sini," ucap Sasuke sembari melucuti celana si blonde.

Naruto tak menjawab kembali. Ia menutup mata dengan tangan meremas seprai.

Jantung Sasuke berpacu, bukan karena berahi, tapi ketakutan jika ada bekas dari persetubuhan Naruto dengan pria lain. Rasa protektif dan posesif miliknya telah tumbuh segar sejak awal.

Dengan tak sabar Sasuke menggulingkan Naruto hingga pantat gembil mencuat ke atas. Ia menarik turun celana kulit si pirang hingga ke paha.

Bokong sekal itu makin menggoda. Begitu berisi bak adonan. Warna merah bekas pukulan tangannya masih tersisa. Sasuke merasakan diri sendiri terpancing. Berahi mulai mengabuti pikiran.

Dengan hati-hati ia membuka dua bongkahan empuk. Meremas-remas beberapa kali untuk memuaskan hasrat. Kemudian ia menilik pada lubang rektum yang masih ketat.

Syukurlah, pelanggan sebelum ini tidak menyentuhnya.

Naruto mulai bergerak kembali. Menggesekkan diri ke seprai. Sasuke menyentuh bagian berkerut dengan ujung jari telunjuk. Menusuk-nusuk sesaat untuk memastikan.

Naruto mengerang tak sabar. Ia menendang Sasuke hingga terbaring. Untung ranjang ini begitu besar, jika tidak si raven sudah tersungkur di lantai.

"Bagaimana jika aku memberimu satu hadiah. Strip tease."

Sasuke belum menjawab, namun Naruto keburu bangkit. Dengan celana kulit yang masih menggantung di paha atas.

Oh.

*****

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top