Bunny-Hop Up!
Sasuke hanya meninggalkan bar selama empat jam. Ia juga sangat percaya pada Juugo. Karyawan teladan yang selalu menuruti perintahnya sampai ke detail. Lalu kenapa bisa seperti ini?
Mengabaikan kehadiran Itachi, manik hitam memicing tajam pada panggung kecil di tengah bar. Awalnya Sasuke harus memandang dua kali pada sosok berseragam yang tengah berdiri tenang sembari bersedekap dada. Dari pintu masuk bar ia dapat melihat jemari yang ada di lengan mengetuk-ngetuk mengikuti intro dari musik yang mendentum di ruangan temaram ini.
Bahkan di waktu ramai, di mana belasan orang menikmati alunan lagu yang mengisi bar, sosok berambut pirang masih tenang. Dia tampak sangat mencolok. Seolah semua memang sengaja memberi ruang gerak.
Sasuke mendekat beberapa langkah. Mengamati secara jelas dari penampilan Naruto. Seragam biasa yang seharusnya tampak formal, kini bagai kostum khusus. Entah dari mana tindik dan kacamata yang dikenakan si pirang, yang jelas semua benar-benar seperti ter-setting.
Seragam hitam bergaris putih yang membentuk tubuh ramping kokoh. Bagian celana hitam yang justru menggoda dengan bokong sintal menggembung. Bagai penampakan dosa yang melambaikan tangan untuk mendekat.
Juugo menyadari kehadiran Sasuke. Ia segera melangkah cepat menuju sang bos. Manik hitam menilik dingin. Bahkan tanpa dikatakan pun pandangan mematikan sang bos telah dapat diartikan oleh Juugo.
Pria berbadan besar itu menunduk sedikit, berbisik dekat telinga sang bos. "Jin-kun, penari baru kita melakukan kesalahan. Naruto hanya mencoba memuaskan Arashi-sama."
Manik hitam Sasuke akhirnya tertuju pada sosok pria tampan yang bersandar pada sofa khusus pelanggan VIP. Dengan style elegan dan aura memikat, playboy tingkat satu yang menjadi sorotan bar mereka. Kehadiran Arashi memang bagai simbol untuk properti tersayang Sasuke.
Dalam latar belakang bar yang modern, Naruto mulai membuka mata. Tempo lagu meningkat. Perlahan pinggul bergoyang. Bukan dalam gerakan sembrono atau memalukan. Bergerak ke kanan-kiri secara halus. Senyum memikat sang blonde terlempar bebas. Siulan mengisi bar.
Kelip lampu menambah daya tarik Naruto. Pemuda blonde ini tahu betul gerak-gerik yang dapat merangsang seseorang. Hanya pandangan mata tajam dan fokus, seolah tengah memberikan afeksi. Tarikan ujung bibir dalam cemooh dan ajakan. Tangan kanan menjulur. Jemari bagai menggerakkan boneka.
Hentakan kaki mengiring lagu. Mengubah sedikit efek musik agar lebih hidup. Siapa sangka dalam beberapa detik, tubuh binal itu bergerak lincah. Menari bebas tanpa menimbulkan efek menjijikkan.
Gerakan kaki yang cepat, badan luwes dalam memutar dan tangan yang menghipnotis penonton. Tarian panas penuh gairah kebebasan.
Ujung bibir sang blonde makin lebar tertarik dalam senyum menggoda.
Tidak ada yang menyadari kapan Naruto telah berpindah tempat. Hentakan musik juga gerakan tari yang lincah, telah menyedot habis perhatian mereka.
Naruto menarik dua penari yang semula memang ingin tampil di sini. Secara tanggap keduanya langsung menjadi penyokong tarian Naruto. Mengikuti gerakan sang blonde satu tempo lebih lambat. Seolah memang hanya bayang-bayang.
Musik makin cepat, begitu gerakan tari Naruto yang makin kompleks. Keringat muncul dan terpapar indah dengan bantuan cahaya lampu.
Tubuh sang blonde mencondong. Jemari menarik sweater mahal dari pelanggan VIP bar milik Sasuke. Dari mata cokelat yang berdilasi dan bibir yang terbuka sedikit, sudah jelas tuan muda ini terpancing hasrat oleh Naruto.
Merasa menang, Naruto menggenggam kedua tangan sang tuan muda. Tidak memedulikan beberapa wanita seksi yang menjadi teman main si tuan VIP.
Aura Sasuke makin menggelap. Mata memicing tajam saat Naruto secara jelas menjatuhkan kecupan kecil di pipi Arashi sebelum melepaskan genggaman dan kembali menari di tengah bar.
Sasuke menggeleng pelan. Melangkah keluar dari bar menuju ruang pribadinya. Mengabaikan sosok Itachi yang memperhatikan dengan tertarik.
*******
Sasuke tertidur di ruang kerja bukan hal biasa. Dokumen penting berserak di hadapannya. Uchiha ini terlelap dalam posisi duduk menyandar. Kedua tangan terlipat di sanggahan kursi.
Dinginnya AC makin menyamankan sang Uchiha.
Mata Sasuke menutup. Wajah lelah dan dewasa.
Naruto mengunci ruang kerja sang sugar Daddy. Melangkah diam-diam dan duduk dalam pangkuan sang pangeran tidur. Jemari menyentuh telinga dari pemilik bar terkenal ini. Bibir indah menggores rahang sang Uchiha.
Mata biru memancar hasrat. Sayang, Sasuke masih tertidur.
Mendengus pelan, Naruto menyamankan posisi bokongnya pada paha sang Uchiha. Tangan kiri menggenggam tangan kanan sang bos. Satu tangan lagi mengusap pipi pemuda raven.
Gigolo muda ini memajukan diri. Mencuri sebuah ciuman pada pemuda yang tidak sadarkan diri. Sekali. Dua kali. Tiga kali.
Sasuke tetap tertidur.
"Aku tahu kau telah bangun," bisik Naruto. Ia menggoreskan bibir pada leher di hadapannya. Meremas tangan mereka yang bersatu.
Sasuke tidak menjawab.
Naruto mendengus. "Kau marah karena aku menggoda pemuda tadi?"
Lagi-lagi tak ada jawaban.
"Bukankah seharusnya kau memberiku hadiah, Daddy. Bagaimanapun aku telah menyelamatkan reputasi klubmu ini." Naruto memajukan diri. Menekankan bokong sintal pada bagian selangkangan Sasuke yang berada tepat di bawahnya.
Ia menahan tawa. Meski Sasuke marah, namun sesuatu di bawah sana telah berdiri komando. Berdesakan dengan kain celana yang menghalangi sentuhan langsung dengan pantat sang blonde.
"Apa kau harus melakukan ini?" bisik Naruto. Sengaja menggesekkan dengan komando milik Sasuke.
Ia bahkan menempelkan dadanya pada dada berjas. Melepaskan genggaman tangan demi mengalung pada leher sang Uchiha. Bibir ranum mengecup berulang kali.
"Aku tahu kau berkata tidak akan menyentuhku sampai mengetahui kebenaran yang kumiliki. Tapi, bukan berarti aku tidak bisa menyentuhmu atau menyentuh diriku sendiri."
Naruto bisa merasakan detak jantung Sasuke yang tak beraturan. Adrenalin dan berahi bercampur.
Naruto melepaskan sang Daddy sesaat untuk mengendurkan pakaiannya. Ia tersenyum penuh akal. Sekali lagi mencium bibir pemuda yang tertidur. Bahkan memaksa agar mulut itu terbuka.
Setelahnya ia menjauhkan diri sedikit. Membawa tangan kanan Sasuke ke dalam mulut. Sedangkan tangan kirinya sendiri ditaruh pada dada sang Uchiha. Merasakan detak jantung yang makin kencang.
Naruto mengemut dan membasahi dua jari yang ia bawa ke dalam mulut. Mempermainkan dengan lidah. Mungkin sedikit kesal karena mata sang Uchiha enggan membuka, pemuda blonde ini menggigit.
Sasuke bahkan tidak menjengit sakit. Masih berpura-pura seakan ia tidur.
Naruto mendesah lelah. Ia kembali mencium paksa pria di hadapan. Dua jari yang basah dengan Saliva perlahan ia arahkan menuju celana yang kendur. Penuh keberanian, ia mengontrol pergerakan tangan sang Uchiha.
Mengusap pada kejantanannya.
Tapi, ini bukan semata mendapatkan hadiah untuk diri sendiri, melainkan juga agar bisa membuat Sasuke mempercayainya. Dengan bantuan tangan kanannya sendiri, Naruto menurunkan celana serta dalaman yang dikenakan. Pakaian itu menggantung di lutut. Ia kembali duduk di paha Sasuke.
Mengontrol sekali lagi agar dua jari penuh Saliva menyentuh 'pintu belakangnya'.
Ia menggerakkan dua jari itu mengitari dinding luar rektum. Kemudian menekukkan jari telunjuk dan menekannya agar memasuki rektum.
Tangan kanan Naruto memeluk kepala Sasuke. Dagu sang blonde mengusap helaian hitam rapi.
Naruto sengaja tadi membuka kancing kemeja. Kini bibir yang sedikit terbuka ia gosokkan pada putingnya.
Meski begitu, Sasuke masih enggan membuka mata. Padahal sudah jelas ada sesuatu yang mulai basah di bawah bokong Naruto.
Kesal dengan sikap dingin Sasuke. Naruto menggeram. Ia mendorong hingga bibir Uchiha muda ini membentur area pektoralnya. Ia meremas rambut rapi hingga berantakan. Memaksa agar bibir terbuka itu tepat sejajar dengan putingnya.
Jari telunjuk Sasuke telah masuk hingga buku jemari kedua. Ia memanipulasi sedemikian rupa hingga akhirnya satu jari lagi ikut masuk ke dalam rektum.
Napas sang blonde mulai tak beratur. Dingin AC tidak berdampak pada tubuh mereka yang kini tersulut api berahi.
"Mm," Naruto melenguh sesaat, ia melirik tak percaya. Perlahan sudut bibir naik dalam senyum kepuasan. Putingnya yang ada dalam mulut Sasuke kini tengah dijilat sesaat.
Mulailah tubuh sintal sang blonde bergerak. Tangan kiri masih mengontrol pergerakan jemari Sasuke. Sementara tubuhnya kini bergerak perlahan.
Saat ia bergerak ke atas, puting dalam mulut itu bergesekan dengan gigi Sasuke. Seolah tidak ingin kehilangan permen yang sangat manis. Bibir Sasuke mengerucut, tepat mengitari areola kecil Naruto. Ia menjilat sembari menghisap puting yang mengeras itu.
Naruto menyenderkan diri pada bagian depan tubuh Sasuke. Secara tidak malu-malu ia menggosokkan kejantanannya pada perut berjas sang Uchiha.
Naruto pun melepaskan tangan kiri dari jemari Sasuke. Ia membiarkan kontrol kembali kepada sang Daddy.
Meski mata tertutup, namun jemari Sasuke bergerak. Menekan dinding anus sang blonde.
Giliran Naruto yang menutup mata. Kedua tangan mencengkeram sisian kepala Sasuke.
Bibir pada dadanya. Jemari yang ikut bergerak bebas di dalam area terlarang.
Naruto terbakar nafsu.
Ia bergerak dan bergerak menikmati sentuhan yang diberikan Sasuke. Otot rektum mulai berkedut saat belakang prostatnya ditekan oleh dua jari sang Daddy.
Naruto bukan seorang yang vokal jika telah berada di posisi seperti ini. Omongan kotor ia tahan.
Mengikuti bagaimana Sasuke masih berpura-pura tertidur.
Secara memalukan tubuh Naruto menegang. Kedutan dalam rektum semakin kentara. Kedua tangan meremas tanpa perasaan pada helaian hitam. Menjambak sesuka hati.
Bibir yang terbuka karena nafsu ia salurkan. Berganti untuk menggigit pundak berbalut jas. Mengotorinya dengan saliva.
Saat ia bergerak menggigit, bibir Sasuke lepas dari putingnya. Satu kenikmatan hilang sudah, namun euforia telah memuncak.
Ia berorgasme, mengotori jas Sasuke.
Naruto masih dalam bayang-bayang kenikmatan. Membiarkan Sasuke melakukan apapun.
Meremas bokong sintal ataupun jemari yang masih berkutat dalam rektum.
Untuk sesaat kepuasan menghampiri Naruto. Ia menjatuhkan diri dalam pelukan Sasuke yang masih marah dan menutup mata. Tawa hambar Naruto dipenuhi kekesalan.
Meski telah begini, Uchiha satu ini masih keras kepala.
*****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top