Part. 26 - Lost.
Written by. Sheliu.
Aku membuka mata dan mengerjap pelan untuk melihat apa yang ada di atasku. Atap yang seperti dari kain dengan kayu sebagai pondasinya, lalu lampu pijar berwarna kuning yang teduh memberi penerangan yang cukup terang tapi nggak bikin sakit di mata.
Senyumku mengembang begitu saja saat aku bisa mendengar adanya suara air terjun yang begitu deras di luar sana, diiringi dengan suara burung-burung yang terdengar menyenangkan, dan ketenangan yang ada disekelilingku. Aku senang banget hari ini. Untuk pertama kalinya aku merasakan namanya tidur di tenda yang nggak kayak tenda banget seperti ini.
Tidurku nyenyak banget, bahkan aku merasa kayak udah lama banget tidurnya. Cuma perasaanku bilang kayaknya udah mau malam jadinya otomatis bangun. Dengan mata yang masih mengantuk, aku beranjak untuk duduk dan melihat sekelilingku dimana aku sendirian.
Glamping yang aku tempati ini punya pintu kaca dan jendela kaca yang bisa ditutup dengan hanya pake tombol otomatis. Senja terlihat dari posisiku yang masih di ranjang dengan cantik di sana. Paduan warna jingga dan hitam terlihat indah banget sampai aku nggak berhenti tersenyum dan mataku langsung segar liatnya.
Menyibakkan selimut, aku segera bangun dari ranjang untuk keluar dari situ dan menemukan Zozo yang lagi duduk santai dengan bean bag yang mengarah pada pemandangan bukit dan pohon-pohon indah di depan kami.
"Udah bangun lu?" celetuk Zozo yang membuatku menoleh padanya yang ternyata menyadari kehadiranku dibelakangnya.
"Udah," jawabku sambil ikut duduk di satu bean bag kosong yang ada disampingnya. "Kok lu nggak bangunin?"
"Lu tidurnya udah kayak kebo sambil ngorok-ngorok, gue nggak minat buat ganggu daripada kena tantrum ala cewek yang kurang bobo," jawab Zozo enteng.
Aku berdecak sambil menatapnya sebal. Capek banget sama Zozo yang kalau ngomong tuh bener-bener nggak ada saringannya. Waktu Tuhan ciptain mulutnya kayaknya pake mercon deh.
"Gue nggak ngorok ya! Enak aja, sembarangan banget kalau ngomong!" seruku nggak terima dan Zozo cuma ngakak.
"Kenapa sih bercanda kayak gitu aja pake ngambek?" balasnya santai.
"Gitu tuh! Kalau udah sembarangan malah playing victim balikin orang kalau itu cuma bercanda. Denger ya, zaman sekarang kalau ngomong tuh mikir, nggak yang main asal ceplas ceplos tapi nggak mikirin dampaknya," sewotku.
"Astaga, Ra, demi apa gue cuma bercanda. Kenapa jadi serius banget sih? Lu tidur enak banget dan gue nggak tega bangunin karena lu kayaknya capek, puas?" desis Zozo kesal.
"Nah, ngomong aja kayak gitu, kan kedengerannya lebih enak dibandingkan yang tadi," sewotku lagi.
"Terserah lu aja deh, Ra. Capek ati gue ladenin lu," balas Zozo nyerah.
Zozo mendadak judes dan aku nggak peduli. Dia selalu memulai argument dengan hal semacam ini dan aku juga bingung kenapa kalau sama dia itu sensi banget. Entah karena aku yang baper, atau dia yang nggak peka. Nggak jelas.
Kami berdua duduk bersebelahan sambil menatap pemandangan senja yang sudah hampir berakhir itu dalam diam. Rasanya damai banget, juga tenang yang menyenangkan. Aku masih kayak dalam mimpi bisa merasakan momen seperti saat ini karena aku nggak pernah mengalami kedamaian ini.
Aku pikir ketenangan semacam ini cuma ada dalam mimpi tapi ternyata bisa terjadi dan itu diwujudkan Zozo buat aku. Meski dia suka semaunya, tapi darinya, aku jadi bisa ngalamin hal seru kayak gini. Aku jadi punya pengalaman macam-macam dan aku cukup bangga sama diri sendiri karena udah ngelewatin semuanya.
"Kalau gue nanti nggak ada dan lu kangen, bilang aja ya, nanti gue dateng," ucap Zozo yang membuatku langsung menoleh padanya.
"Ngomong apaan sih?" tanyaku heran.
Zozo menoleh dan memberikan senyum tengilnya yang penuh percaya diri. "Sekarang lu nggak bakal ngerasain, tapi nanti pas kita nggak bareng, gue yakin lu pasti cariin."
"Maksudnya?" tanyaku lagi.
"Biasanya, kita nggak akan appreciate sesuatu yang emang udah tersedia tanpa susah payah. Tapi saat apa yang udah biasa itu nggak ada, pasti ada yang kurang dan lama-lama jadi merasa hilang," jawab Zozo kemudian.
"Kenapa sih lu ngomong kayak gitu seolah-olah besok lu bakalan mati?" aku mulai sewot karena nggak suka banget dengan cara penyampaian yang terlalu berlebihan.
Zozo tertawa pelan sambil mengangkat bahu dengan cuek seolah apa yang diucapkannya nggak salah.
"Tambahan pelajaran hidup buat lu," celetuknya langsung. "Kita nggak tahu kedepannya bakalan kayak gimana, jadi selagi masih ada saat ini, hargai, nikmati, rangkul, dan peduli. Karena satu-satunya hal yang paling nggak enak di dunia itu kehilangan. Sumpah, fisik lu nggak kenapa-napa, tapi dalemnya hancur nggak terbentuk."
Aku diam sambil mencerna ucapan Zozo. Kehilangan. Kapan terakhir kali aku merasa kehilangan? Sepertinya aku udah merasa kehilangan sejak masih kecil atau saat aku nggak dikasih kesempatan untuk mengekspresikan diri hingga harus bersembunyi di balik rasa ketakutan dan keharusan untuk menjadi anak penurut di keluarga. Atau saat aku kehilangan Oma, satu-satunya orang yang mengerti tentang aku dan menyayangiku sepenuh hati tapi Tuhan lebih sayang beliau karena Oma sudah selesai tugasnya di dunia.
"Lu pernah merasa kehilangan?" tanyaku kemudian.
Zozo terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan sambil menatap ke depan dengan ekspresi menerawang.
"Gue pernah cinta banget sama satu cewek. Dia itu cinta pertama dan jadi cewek pertama gue," jawab Zozo.
"Kalian putus?" tanyaku lagi.
Zozo menghela nafas dan mengangguk lagi. "Dia selingkuh sama temen baik gue. Sampe hamil. Dan dari situ, gue nggak pernah lagi percaya yang namanya cinta karena gue udah pernah kehilangan sampe mau mati rasanya."
Aku spontan menaruh tangan pada lengan Zozo dan membelainya naik turun seolah memberi dukungan. Dia menoleh dan menatapku beberapa saat, kemudian memberi senyuman geli di sana.
"Gue baik-baik aja. Sekarang udah biasa aja," ujarnya.
"Karena itu lu lebih memilih buat main-main dan nggak mau serius?" tanyaku lagi.
"Bukan nggak mau serius, cuma kalau ada cewek yang udah cinta, mereka cenderung clingy dan bikin gue auto mundur. Gue nggak mau punya perasaan harus terikat atau terjebak dalam urusan perasaan yang bakalan bikin gue hancur kayak dulu. You know? Gue hanya butuh jarak, itu aja," jawabnya langsung.
"Maksudnya? Lu bakalan kabur kalau ada yang udah mau serius sama lu?" kali ini aku bertanya dengan nada tinggi, mulai emosi karena nggak suka dengan apa yang ada dalam pikiranku sekarang.
"Kalau cewek mikirnya kabur ya, tapi nggak gitu maksudnya. Gue cuma butuh waktu buat menjauh sebentar karena nggak minat buat berkutat soal cinta-cintaan. You know? Kalau udah terlibat perasaan, urusan hati gitu bikin repot. Nanti kalau nggak memenuhi ekspektasi, cewek pasti ngambek dan tantrum nggak jelas. Padahal hidup kan nggak melulu soal cinta, tapi ada hal lain yang perlu dikerjain terutama masa depan," ucap Zozo.
"Gue nggak ngerti," balasku jujur karena penjelasan Zozo nggak masuk di otak minimalisku.
"Simpelnya gini, gue suka sama lu, dan itu udah cukup. Nggak usah menye-menye, nggak usah drama, jadi cukup bilang aja lu maunya kayak gimana, kalau gue bisa, gue penuhin. Kalau nggak, gue ngomong. Gitu," ucap Zozo dengan lugas dan menatapku serius di situ.
Aku diam aja sambil membalas tatapannya dengan otak yang masih mencerna ucapannya barusan.
Suka sama aku dan itu cukup?
Suka sama aku dan itu cukup?
Suka sama aku dan... wait! Dia bilang suka sama aku? Suka sama aku? SUKA SAMA AKU?
Kayak ada yang nyetrum dan bikin aku kudu balik ke masa sekarang, aku menatap Zozo kaget dengan perasaan nggak percaya tapi cowok itu malah kasih ekspresi judes dan nggak seneng disitu.
Apa-apaan sih dia? Ngomong suka kok dijadiin contoh? Heran banget jadi orang suka ngomong sembarangan gitu, kan bikin orang jadi salah paham. Mengkesel. Lagi serius nanya malah dibercandain.
"Ra, lu tahu nggak kalau jadi Zozo tuh capek banget loh, Ra," ucap Zozo dengan nada memelas saat aku beranjak dan berjalan masuk ke glamping sambil menghentakkan kaki.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Aku nulis lanjutan ini nggak sampe setengah jam dengan hati senang.
Kayak kalau bayangin muka stress-nya Zozo tuh bikin ngakak tanpa sebab.🤪
Have a good day, Genks. 💜
20.08.24 (10.07)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top