Part. 19 - Anger.

WARNING: 21+
Written by. CH-Zone

Sebenarnya niat gue cuma ngerjain Rara karena udah bikin gue mati gaya semalaman sampe nggak bisa tidur dan telepon Kerry buat temenin minum, tapi ternyata malah gue yang dikerjain.

Gue udah cukup seneng waktu liat Rara agak kaget dan nggak terima ada Kerry di villa. Well, Kerry nggak bakalan bisa jadi temen sange karena doi adalah lesbian sejati karena liat kont*l aja udah mau muntah.

Gue ngikutin Rara sepanjang perjalanan ke bandara supaya doi jera. Sialnya, doi malah ketemu Wira si Tai Kuda yang kenapa bisa dibikin adegan kebetulan di cerita halu ini? Sialan banget yang nulis emang. Kesel beut gue.

Yang bikin gue makin kesel adalah kenapa gue merasa nggak terima saat ngeliat Rara ditemenin Wira dan tampak enjoy selama penerbangan. Nggak keliatan panik, takut, atau kayak anak ayam kesasar, tapi kayak biasa aja. Kenapa juga Wira terlihat berusaha untuk ngalihin perhatian Rara? Makin panas ati gue liatnya.

Begitu pesawat mendarat, gue nggak bisa diem aja dengan menunggu mereka berdua di koridor garbarata yang nggak jauh dari pintu pesawat. Sambil bersidekap dengan satu koper di sisi kanan, gue menunggu mereka keluar tanpa peduli dengan tatapan orang-orang yang keluar dari situ.

Nggak lama kemudian, Rara dan Wira keluar. Kayak cerita-cerita cupu lainnya dimana mereka keluar dari sebuah ruangan dan nggak menyangka akan adanya kehadiran orang ketiga, disitu gue bisa ngeliat ekspresi tolol dari Wira dan Rara yang kaget liat adanya gue sekarang.

"Zozo?" celetuk Rara bingung.

"Yo, Bro, lu di pesawat ini juga? Kok nggak keliatan ya?" tanya Wira sambil menatap gue heran.

"Gue di bisnis," jawab gue senga dan menatap Rara tajam. "Lu ikut gue!"

"Eh, tapi..."

Gue nggak peduli dengan Wira yang berseru kaget dan Rara yang masih kebingungan karena gue auto tarik doi untuk ikut gue keluar dari situ.

"Lu itu kenapa sih?" seru Rara dengan nada nggak terima sambil berusaha nyamain langkahnya.

"Gue nggak suka!" desis gue tajam.

"Kalo lu nggak suka, ya udah! Itu urusan lu! Tapi gue masih punya urusan sama Wira," balas Rara yang bikin gue berenti dan makin emosi.

"Urusan? Hanya karena dia temenin lu terbang kali ini, lu merasa punya urusan sama dia?" desis gue sinis.

"Gue masih punya tata krama untuk ucapin makasi sama orang yang bantuin gue! Dan lu nggak berhak untuk main tarik orang kayak gini karena lu udah keterlaluan jadi manusia!" balas Rara yang makin nyolot.

"Gue? Keterlaluan? Nggak terbalik kalo lu yang nggak tahu aturan?"

"Aturan apaan?"

"Aturan bikin orang keki semalaman!"

"Semalaman? Gilak! Lu yang keterlaluan dan random jadi orang tapi main nuduh sembarangan!"

"Gue..."

"Udah! Udah!" sela Rara sambil mendesis tajam dan mengangkat dua tangan kayak mau menyerah saat gue lagi panas-panasnya. Wah, ini sih nggak seru banget.

"Apanya yang udah?" decak gue kesal.

"Udah dramanya! Lu yang menang! Puas?" seru Rara galak sambil bertolak pinggang.

Kok makin lama doi makin berani sama gue? Dan sejak kapan gue diperlakuin kayak gini sama cewek? Untung aja koridor bagian sini emang sepi, kalo rame bisa jadi bahan konten orang kepo yang auto ngarahin kamera trus posting dengan hashtag alay demi viewer. Madafaka!

"Lu kena SP!" balas gue nggak terima.

"Whatever," cetus Rara sambil menarik koper dan berjalan mendahului gue.

"Ra!"

Belum kelar gue ngomong, Rara tiba-tiba berhenti dan gue nggak sempat berkutik saat doi lakuin sesuatu yang bikin gue kaget mampus.

Cewek itu tiba-tiba balik dan tarik kerah kaos gue agar membungkuk dan main cium bibir gue. Shit. Meski nggak bener-bener bibir, cuma di sudut bibir tapi bikin jantung gue ngegas banget di dalam. Sue banget gue dikerjain di cerita ini.

"Jangan ribut lagi, please. Gue bener-bener capek dan lu yang bikin mental gue hari naik turun nggak karuan. Gue abis turun dari pesawat, Anying! Jangan bikin gue kalap pengen makan isi otak lu!" ucap Rara dengan nada berbisik sambil mencengkeram kerah kaos gue kuat-kuat dan menatap dengan sorot mata yang begitu gelap.

Biasanya gue bisa langsung bertindak tiap kali ada yang berani songong atau niat belagu ke gue. Tapi sama Rara? Saat doi ngomong kayak gitu barusan dengan ekspresi yang cukup nakutin, gue auto kicep. Bukan karena takut, tapi gue merasa diam adalah hal yang harus gue lakuin saat ini.

Fak! Kayaknya gue kena jampi-jampi karma lewat rapalan doa yang nyokap gue sering lakuin di ubun-ubun gue waktu kecil.

Kayak orang tolol, gue auto narik koper dan ngikutin Rara untuk keluar dari terminal ketibaan. Karena gue tahu bakalan cuma sebentar di Bali, jadi gue parkir mobil di bandara. Kami berdua nggak ngobrol apapun karena gue juga males ladenin cewek yang lagi tantrum.

Kami tiba sekitar sore dan segera ke kamar masing-masing. Di kamar, gue mikir ulang kalo seharusnya gue masih bisa stay di Bali dan cari kesenangan dengan teman-teman gue yang ada disana, bukannya malah ngintilin cewek cupu yang takut terbang dan kesel karena liat doi jalan bareng sama cowok laen.

"Harusnya kan gue marah sama diri sendiri karena udah tolol kayak gini," gerutu gue seorang diri.

Sambil garuk-garuk kepala dengan kegalauan nggak jelas yang gue rasakan saat ini, gue mutusin untuk mandi aja. Baru sekarang gue segalau ini. Selama jadi manusia suci, no galau galau club, bahkan nggak bikin member disana. Mendingan jadi anak setan yang no feeling, no empathy, just more fuck, fuck, and fuck.

Sialnya, kegalauan gue cuma karena cewek cupu kayak Rara. Tapi sekarang doi nggak cupu di mata gue. Doi tampak manis dengan rambut panjang berponinya, juga sorot mata lembut kalo lagi sedih ceritain kisah hidupnya.

Kelar mandi dengan rambut yang masih setengah basah, gue keluar dari kamar dan nggak mendapati Rara di area ruang tengah ataupun dapur. Kayaknya doi masih di kamar dan itu bikin gue nggak suka. Harusnya, doi ada di dapur dan buat makanan.

Gue menghampiri kamar Rara dan mengetuk pintunya. Ketok tiga kali, nggak ada respon dari dalam. Ketok lagi dengan lebih kencang, tetep nggak ada respon. Gue jadi auto kesel dan mulai menggedor pintu. Masih nggak ada respon juga dan gue langsung buka kenop pintu yang ternyata nggak dikunci. Tepat di depan mata gue, ada Rara yang lagi duduk meringkuk di pojokan dengan headset di telinga sambil menyandarkan kepala di tembok dan mata terpejam. Ngapain tuh cewek?

Setelah menutup pintu, gue langsung menghampiri Rara dan mengambil posisi duduk di hadapannya sambil melihat keadaannya. Tuh cewek tidur sambil duduk dan denger lagu? Malah kenceng banget sampe gue bisa denger lagu norak dari headset-nya, pantesan aja gedoran pintu nggak didenger. Budeg!

Gue mencoba untuk melepas headset dengan pelan dan Rara langsung terbangun saat itu juga. Doi keliatan kaget liat gue ada di depannya dan celingak celinguk kayak anak ilang.

"Kenapa lu bisa ada disini?" tanyanya pelan.

"Kenapa nggak? Gue kirain lu mati karena nggak denger gue gedor pintu, makanya gue masuk! Nggak taunya malah molor kayak gini. Biar apa sih?" desis gue judes.

Rara cemberut dan mengambil headset dari tangan gue. Doi menggulung kabel headset dan menaruhnya di sisi nakas tepat disampingnya. Saat doi mau beranjak, gue menariknya kembali duduk. Doi melotot galak tapi gue bodo amat.

"Lu kenapa sih, Zo? Lu seneng banget ngebully gue terus?" tanya Rara ketus.

"Bully?" tanya gue sambil melotot nggak terima.

"Iya! Lu kenapa harus semena-mena sama gue?"

"Gue nggak ngapa-ngapain!"

"Kayak gini nggak ngapa-ngapain? Barusan lu ngapain?"

"Gue mau ngomong sama lu! Urusan kita belum kelar!"

"Ngomong apa? Urusan apa? Kita nggak ada urusan tapi lu yang cari masalah dan bikin urusan!"'

"Tuh! Barusan lu nyolot dan berani-beraninya nuduh gue!"

"Gue..." Rara berhenti sejenak untuk mengambil napas dan terlihat menahan tangis.

"Terserah lu aja deh, gue capek," ucap Rara pelan dan hendak kembali beranjak tapi gue menariknya untuk maju ke arah gue.

Rara memekik kaget saat jatuh ke pelukan gue. Nggak sampai situ, gue membalikkan posisi dengan Rara yang kini terbaring di atas lantai berkarpet dengan gue yang ada di atasnya.

"Zozo!" pekiknya marah sambil memukul dada gue dengan spontan.

"Gue nggak pernah mau cari masalah, juga nggak merasa perlu punya masalah sama lu! Tapi gue nggak suka kalo lu terus ada di pikiran gue dan bikin gue jadi bego," desis gue tajam sambil mendekatkan wajah kami disana.

Rara kicep. Doi cuma bisa bengong sambil liatin gue. Berdekatan kayak gini bikin gue bisa mencium aroma sabun mandi yang udah jadi ciri khas Rara. Gue suka wanginya, segar dan lembut. Bola mata berwarna hitam pekat itu terlihat cerdas dan jernih tapi selalu sendu. Harusnya doi keliatan biasa aja tapi sialnya jadi terlihat lebih menarik. Gue nggak suka perasaan ini.

"Dan itu bukan salah gue," balas Rara dengan suara tercekat dan terlihat waswas waktu gue mempersempit jarak tubuh kami.

Gue memiringkan wajah dan mendekatkan bibir ke telinganya untuk berbisik, "Tapi lu perlu tanggung jawab."

Gue bisa merasakan Rara gemetar saat gue mengecup ringan daun telinganya. Doi hendak mendorong dada tapi gue segera menangkap dua tangannya dan menahannya ke samping tubuhnya.

"Zo, kalo lu mau bercanda, ini sama sekali nggak lucu!" ucap Rara gemetar.

"Gue nggak niat bercanda," sahut gue serius.

"Lu mau apa?" balas Rara dan mulai menangis.

"Gue mau lu," ucap gue langsung.

Nggak kepengen Rara makin nangis, gue segera menunduk untuk mencium bibirnya. Rara memekik dan semakin memberontak tapi gue udah lebih dulu menahannya. Dua kakinya pun diapit oleh dua kaki gue sehingga doi nggak bisa kemana-mana.

Gue nggak tahu apa yang gue lakuin tapi gue tahu apa yang gue mau. Gue mau Rara. Ciuman yang gue lakukan adalah imajinasi gue sejak semalam. Gue pengen melumat bibirnya, menggigit kecil bibir bawahnya, lalu mengisapnya keras, kayak sekarang. Gue lakukan itu dengan sepenuh hati sampe menutup mata. Sial, ini ciuman paling pake perasaan yang pernah gue lakuin.

Gue menenangkan Rara dengan melepas cengkeraman tangan dan menangkup wajahnya, mengusap pipinya yang basah, mengecup ringan pelupuk matanya, membelai sisi wajahnya, memperlakukannya seolah doi adalah barang kesayangan gue. Shit, gue udah sayang Rara.

"Zo..."

"Ssshhh, gimme some time to get to know you. Embrace you. Feel you," sela gue dengan suara mengetat dan menatapnya tajam.

Rara bingung, juga keliatan takut. Pipinya memerah dengan mata yang masih basah tapi doi udah cukup tenang. Pelan, tapi pasti, gue mulai kembali mencium bibirnya, beberapa kali, dan kemudian memasukkan lidah untuk membelai tiap baris giginya, merasakan hangatnya, mengeksplorasi lebih banyak lewat hisapan, lumatan, dan gigitan pelan.

Desahan pelan terdengar dan itu bikin gue auto ngaceng. Sial. Desahannya aja udah enak banget, apalagi kalo gue bisa bawa doi jadi enak, gue nggak bisa bayangin betapa enaknya karena gue udah kenceng banget sampe berdenyut keras sekarang.

"Ra," desah gue pelan.

Kalo tadi Rara cuma diem aja, sekarang doi mulai bisa membalas ciuman gue. Bukan berpengalaman, bisa jadi ini yang pertama buat doi tapi cukup lumayan buat newbie. Doi cepet belajar.

"Gue bisa minta satu hal?" tanya Rara di sela-sela ciuman kami.

"Hm?" respon gue sambil asik menjilat lehernya denagn tangan yang mulai menyelinap masuk ke dalam kaos dan menangkup satu payudara yang masih tertutup bra. Shit! Keliatan nggak berdada tapi begitu pegang bisa berisi juga.

"Gue pengen liat punya lu," jawab Rara yang bikin gue auto berhenti dan angkat kepala untuk menatapnya.

"Liat apa?" tanya gue dan doi keliatan malu.

"Mmm, gue belum pernah liat punya cowok yang asli," jawabnya malu-malu.

"Maksud lu, k*ntol gue?"

"Kyaaa, nggak gitu juga ngomongnya, kasar banget nggak enak didenger!" seru Rara sambil menutup muka.

"Nggak enak didenger tapi lu bakalan keenakan kalo udah ngerasain," balas gue santuy.

Pipi Rara semakin memerah dan itu bikin gue gemes banget. Kok bisa-bisanya masih ada cewek yang nggak pernah liat batangan cowok kayak gimana?

"Emangnya lu nggak pernah ngerasain?" tanya gue sambil bergeser dan menarik Rara untuk duduk diatas sementara gue bersandar di tembok.

Rara menggeleng. "Cuma pernah nonton JAV aja."

"Cupu," celetuk gue sambil mengarahkan satu tangan Rara tepat diatas gue yang udah keras banget dan mata Rara auto melotot kaget.

"I-Ini kayak gini?" tanya Rara gugup dan hendak menarik tangannya tapi gue tahan untuk tetap berada disitu.

"Tanggung jawab! Lu udah minta dan gue udah ngaceng. Sekarang, turunin celana gue sampe batas pinggul, nggak perlu semua karena lu tinggal kuarin dan bisa liat sepuas lu. All you can see, all you can eat, all you can cum," jawab gue mantap.

"Gue nggak sampe sejauh itu," seru Rara kaget.

"Makanya belajar," ucap gue serak sambil menatapnya sayu.

Sue banget bisa sange sama cewek macam Rara. Doi jadi terlihat seksi dengan duduk diatas gue sambil pegang gue yang ngaceng abis. Otak gue udah nyampe pada Rara yang jilat dan hisap gue dengan keras disana.

"Do something!" desis gue sambil menarik tangan Rara untuk melakukan sesuatu.

Rara terlihat gugup, kemudian mengarahkan dua tangannya ke sisi celana untuk menurunkan perlahan. Celana pendek berbahan katun yang gue pake terlihat menggembung di tengah, gundukan tengah itu adalah kont*l sialan gue yang kayak nggak pernah dilihat sama cewek. Dasar norak.

"Kyaaaa" seru Rara sambil menutup muka waktu udah bisa melihat kepala gue di bawah sana.

Emang capek kalo ladenin cewek yang nggak gape, baru liat kepalanya aja udah heboh. Gue pengen liat kalo udah diteken bakal kelojotan seberapa enak tuh cewek.

"Dipegang, dicobain. Lu boleh praktekin apa yang lu pernah nonton dari JAV," ujar gue sambil menahan Rara untuk tetap duduk diatas gue saat doi hendak beranjak.

"Gue cuma pengen liat," seru Rara sambil buang muka.

"Gue nggak mau lu cuma liat, tapi kerjain," tegas gue.

"Gimana kerjainnya?"

"Buka mulut lu, masukin ini ke dalam, atau lu bisa jilat dulu kayak makan es krim, baru lu kulum sambil dihisap kenceng, naik turun."

Fine! Ini akan jadi sesi pelajaran bercinta yang dengan senang hati bakalan gue lanjutin dari sisi Rara karena yang nulis POV Rara udah pasti sok nggak mau padahal doi paling jago main atas. LOL.




🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹



Kadang aku suka heran sama Babang yang selalu aja cari celah buat isengin aku baik di duta atau halu. 😔

Babang titip salam buat kalian dan berharap kalian suka part ini.
Lanjutan part ini tunggu beliau ya,
jadi agak lama.

21.12.23 (21.40)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top