Selepas Senja
Impian pernikahan mewah yang Ratu idam-idamkan tak terlaksana. Ia dan Andrawan hanya melewati ijab qobul saja. Tanpa berdiri di kursi pelaminan yang megah, dan gaun panjang bak putri negeri dongeng. Seperti impiannya bersama Alshad dulu. Semuanya pupus sudah. Hilang bagai diterbangkan angin seperti debu.
Ia tinggal bersama Andrawan di rumah milik Andrawan, yang pernah ditinggali Nada dulu. Ia tak kuasa menolak, dari pada harus tinggal dengan ibu mertuanya yang sedikit memusingkan. Ia heran, bagaimana Nada bisa betah dengannya selama dua tahun.
Ia tak mampu membayangkan jika berada di posisi Nada. Ia rela membawa asisten rumah tangga di rumah ibunya satu. Ia menjadi istri bukan pembantu. Itu yang terdoktrin oleh ibunya.
Beberapa keluarga terdekat mereka sudah pulang. Tinggal kedua orang tua mereka. Ia tak tahan berlama-lama duduk, ia ingin segera merebahkan tubuhnya di kasur.
"Kamu istirahat, mami mau balik dulu," ucap ibunya. Ratu mengangguk, ia memeluk ibunya erat lalu mengantarkan mereka menuju teras.
Tak lama Bu Siti juga pamit undur diri, ia ada acara keluarga yang lainnya. Ia memeluk Ratu lebih dulu, sebelum akhirnya pergi bersama supirnya. Andrawan mengajak Ratu untuk masuk, ia ingin beristirahat.
Mereka berdua bercengkrama bersama, tak sulit juga menerima Andrawan sebagai suaminya. Ia akan buat Andrawan bertekuk lutut di hadapannya, agar menuruti segala keinginannya. Ratu juga tak ingin kejadian seperti Nada terulang padanya.
Bergelut bersama, mereguk nikmatnya tubuh masing-masing. Membuat Andrawan benar-benar mendambakan Ratu. Ia pandai membuat Andrawan terbuai dan tak dapat berkata-kata. Berbeda sekali dengan Nada, batinnya membandingkan.
***
Raja menekuri beberapa laporan keuangan yang sempurna baginya. Pekerjaan Nada dan timnya memang sempurna, tak menyangka jika perusahaan beberapa kali memberikan mereka bonus. Bahkan Nada bisa membongkar mafia dalam perusahaan, hanya dengan laporan keuangan.
Raja keluar dari ruangan, ia berjalan menghampiri Nada yang terlihat masih sibuk di ruangannya. Ia mengetuk pintu dan masuk begitu saja.
"Ya, Pak?"
"Gini Nad, apa kamu pernah dapat kerjaan di luar pekerjaan kamu?" Nada menggeleng. "Begini, ayah saya sedang membutuhkan audit dari luar, untuk memeriksa laporan keuangan perusahaannya."
"Mau nggak, kamu terima pekerjaan ini? Soalnya kinerja kamu bagus. Ini di luar pekerjaan perusahaan ini loh. Gimana?"
"Nanti saya pikirkan lagi deh, Pak. Soalnya saya juga butuh waktu bebas." Raja mengangguk.
Rasanya ia tak ingin pergi dari ruangan ini, ia masih memandang hal lain di ruangan Nada. Akhirnya pandangannya jatuh pada pigura kecil yang terdapat potret Nada bersama si kembar.
"Gimana kabar si kembar?" Nada terperanjat, untuk apa atasannya ini menanyakan kabar kedua anaknya.
"Mereka baik-baik kok Pak, jangan khawatirkan mereka. Bapak harusnya khawatir dengan adik Bapak sendiri."
"Kenapa?" Pertanyaan Nada membuatnya bertanya-tanya.
"Bapak tahu sendiri bagaimana mantan suami saya. Jangan sampai kejadian yang saya alami dulu, itu tidak sampai dialami oleh adik Bapak."
Raja hanya diam, bagaimana mungkin ia melupakan hal terpenting itu. Tapi Ratu dan Nada berbeda, jika Nada akan diam saja, berbeda dengan Ratu. Ia akan membalas rasa sakit.
"Selamat ya, Pak. Atas pernikahan adik Bapak." Raja hanya mengangguk.
"Kamu nggak ingin menikah lagi?" Pertanyaan itu terus-menerus diulang oleh Raja untuk Nada.
"Saya bahagia dengan kehidupan saat ini," ucap Nada telak.
Raja hanya bisa diam. Apa ia terlalu cepat mengungkapkan perasaannya ke Nada saat ini. Entah harus bagaimana lagi. Yang jelas ia ingin memiliki Nada.
Raja memilih keluar ruangan Nada, berjalan menuju lobi. Entah apa yang ia cari saat ini. Setiap kali Nada menolaknya, ia hancur. Ia memilih menuju kafe di dekat kantor. Mungkin dengan segelas kopi atau apalah bisa menyegarkan pikirannya kembali.
Raja memilih berjalan, ia tak peduli jika panas menyengat tubuhnya. Hatinya kacau, hatinya hancur karena penolakan Nada. Memasuki kafe ia langsung memilih matcha latte. Padahal ia tak suka, ini favorit Nada. Ia pernah melihat Nada menikmati minuman ini. Setidaknya belajar untuk menyukai apa yang Nada suka, mungkin itu bisa menaklukkan Nada.
Raja memilih duduk di dekat jendela, pemandangan di sini langsung ke arah gedung tempatnya bekerja. Ia berharap agar Nada mau membuka hati untuknya. Apa sesulit itu melupakan sosok Andrawan.
"Bro?" sapa seseorang yang ingin ia bunuh.
Kegiatan menyeruput matcha latte jadi terhenti. Ia abaikan lelaki yang tiba-tiba duduk di depannya saat ini. Ia masih terus menikmati matcha latte. Rasanya aneh, tapi manis. Ia heran pada Nada, bagaimana bisa ia sangat menyukainya. Lebih baik Raja memesan kopi cappucino atau apalah.
"Apa kabar Bro?" tanyanya.
Kadar ingin membunuh Alshad dan melepaskan Alshad sama 50%. Jika ia memberi kabar Ratu hamil anaknya, dipastikan Alshad tak menginginkan itu, karena sejak awal komitmen hidup Alshad adalah just enjoy in my life. Makanya ia gemar menanam benih di mana pun dan kapan pun. Mungkin prinsip hidupnya tabur benih adalah kehidupan. Memberikan kehidupan yang baru, agar populasi manusia terus bertambah seiring waktu.
"Kerja di mana sekarang Bro?"
Raja tak terlalu suka basa-basi busuknya Alshad. Ujung-ujungnya ia yang akan dilukai. Tipikal lelaki mulut manis seperti Alshad cocoknya menjadi sales panci dikalangan ibu-ibu.
"Kerja yang halal." Alshad hanya diam memandang Raja, apa ia melakukan kesalahan? Rasanya tidak.
Raja ingin pergi, tapi hatinya kalut jika bertemu Nada lagi. Mau tak mau ia masih harus berhadapan dengan petani di depannya. Penebar benih ke semua wanita bodoh, termasuk adiknya sendiri.
Raja memandang pintu masuk, ada wanita yang ia puja-puja. Tak sengaja mata mereka bersirobok, tetapi Nada memutus segera, sebelum ia tersenyum tipis ke arah Raja. Hati Rajanya seperti bunga yang mekar saat musim semi. Ia berjalan menghampiri Nada yang sedang memesan minuman.
Alshad melihat gelagat Raja yang aneh, ia mengikuti ke mana Raja tuju. Raja tersenyum dan bercengkrama sebentar dengan Nada, memesan minuman untuk take a way.
"Hai, saya Alshad. Teman Raja." Alshad mengulurkan tangannya ke arah Nada.
Sebelumnya ia tak pernah mempunyai hubungan dengan wanita berkerudung. Tak ada salahnya mencoba, ia kesepian. Raja ketar-ketir karena banyak wanita yang tak dapat menolak pesona Alshad.
"Teman Bapak?" Raja menggeleng. "Maaf, Anda salah orang."
Tangan Alshad segera ditarik. Entah bagaimana ia merasa kaget. Ada wanita yang menolak pesona Alshad. Raja bersorak bahagia dalam hatinya.
"Saya yang bayar, kamu mau pesan apa lagi?"
"Itu aja Pak, pesanan teman-teman." Raja mengangguk, ia mengeluarkan kartu debitnya untuk membayar semua minuman yang dipesan Nada.
Raja rela membantu Nada membawanya, lalu pergi meninggalkan Alshad dengan segala pesonanya yang tak mampu menembus Nada. Tak apa ia mengeluarkan uang untuk membelikan pegawainya minuman, anggap saja untuk syukuran atas gagalnya Alshad mendapatkan Nada.
"Itu beneran bukan temen Bapak?" Raja kembali menggeleng. "Awas kena gendam loh, Pak. Orang yang pura-pura kenal Bapak."
Raja tertawa bahagia, ia tak menyangka hatinya bisa secepat itu membaik karena Nada. Mereka berdua berjalan menuju kantor, di lobi Nada berhenti bersama Raja. Ada tamu tak diundang ada di sana. Ratu dan Andrawan berdiri memandang keduanya.
Andrawan melepaskan tangan Ratu, ia memandang Raja dan Nada bergantian. Entah mengapa hatinya merasa aneh.
"Jadi, tebakanku benar selama ini, kalian ada hubungan satu sama lain."
Nada menghadap Raja, "Pak, kemarin pas nikahan, beliau sudah sungkem ke Bapak?" Raja menggeleng, untuk apa Andrawan sungkem padanya, kan ia bukan bapaknya Ratu. "Akan saya buat sungkem sama Bapak."
Setelah mengatakan itu, Nada menendang tulang kering Andrawan, membuatnya jatuh berlutut tepat di hadapan Raja dan Nada.
"Mantan, nggak usah banyak gaya! Jangan semakin terlihat bodoh di depan orang banyak."
***
Halo gaez, Nada main tendang Andrawan. Gimana tuh?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top