Epilog. Ungu
"Mei, liatin. Bagus nggak?" Putri memutar badannya memperlihatkan baju yang baru ia beli bersama Mei beberapa saat yang lalu.
"Bagus." Mei Ling mengacungkan dua jempolnya. Tidak butuh waktu lama bagi Putri dan Kak Rian untuk segera mengungkapkan perasaan mereka masing-masing, mereka mungkin masih memiliki jalan yang panjang. Lebih panjang dari apa yang Mei bisa bayangkan mengingat benang merah mereka cepat menemukan pasangan masing-masing.
"Makasih yah, Mei." Putri tiba-tiba menghambur ke pelukan Mei Ling.
"Kenapa?" tanya Mei Ling bingung.
"Kata Ratna, sebenarnya lo suka sama Kak Rian. Tapi karena Kak Rian suka gue..."
"Kata Ratna, ngapain gue ngabisin waktu buat orang yang nggak suka sama gue? Kak Rian sukanya sama elu, bukan sama gue." Mei Ling memotong perkataan Putri. Dia tidak ingin Putri merasa bersalah karena Mei Ling pernah menyukai Kak Rian.
"Mei? Mau gue kenalin ke temen les gue nggak? Baik loh orangnya. Biar lo nggak jomblo terus."
"Enak aja jomblo terus. Nanti gue bakalan ketemu jodoh gue terus hidup bahagia selama-lamanya deh." Mei Ling mengerucutkan bibirnya. "Gue butuh saran dari Mami Ratna nih."
"Mami Ratna?" alis Putri naik mendengar panggilan terbaru Ratna.
"Iya, dia buka jasa konsultasi masalah percintaan."
"Ratna?" alis Putri semakin naik mendengarkan jasa konsultasi terbaru yang ditawarkan Ratna. "Ratna teman kelas kita kan? Yang sering pacaran di pojokan bareng tuyul? Ngapain dia buka jasa konsultasi?"
"Diantara teman-teman kita, Put. Dia yang paling berpengalaman masalah beginian!" sahut Mei Ling berapi-api.
"Masalah apaan?" raut wajah kebingungan Putri tidak bisa disembunyikan lagi.
"Percintaan, Put."
Putri menarik nafas panjang tidak percaya dengan perkataan Mei Ling. "Dia dapat pengalaman darimana? Dedi? Tuyul dekil kayak gitu? Yang hobinya aja curi pulpen atau sendal masjid?"
"Wattpad."
"Wattpad apaan?"
"Semua pengalaman cintanya Ratna itu dari wattpad. Udah ah, nggak usah di tanya lagi. Yuk, Put. Entar Kak Rian kelamaan nungguin lo." Mei Ling menarik tangan Putri, melihat lilitan benang merah yang berada di jari kelingking Putri menyala terang. Suatu hari nanti, suatu hari nanti dia akan memiliki benang merah yang sama. Mungkin bukan sekarang, tapi nanti.
- - F I N - -
"Wait," Juan melongo membaca deretan terakhir cerita yang ku tulis. "Ini udah? Gini aja, Ge?"
"Iya." Aku mengangguk acuh tak acuh.
"Dua ratus kata doang, nyet?"
"Iya."
"Jodohnya Mei Ling siapa?" tanya Juan tak terima. "Ini cuma tujuh chapter, gila." Juan menyesap coklat panas yang berada di dalam mug. Sebentar lagi musim gugur datang dan seperti tahun-tahun sebelumnya, hujan turun dengan deras menggugurkan daun-daun pohon yang ada di Weston Park. Hawa dingin mulai berhembus kencang semakin memasukinya bulan September.
"I don't know what to write. I'm suck at it." Aku menyambar tablet yang berada di tangan Juan lalu mengetik beberapa bagian baru.
"Gue nggak terima kalau kayak gini." Juan membuka tasnya lalu mengeluarkan laptopnya.
"Kenapa? Kan ini ceritanya Mei Ling, bukan ceritanya elu." Aku mengambil gelasku yang berisi es capucino. Aku melihat tabletku yang membuka aplikasi wattpad, separuh halamannya nyaris kosong karena aku hanya menulis dua ratus kata.
"Gue baru pertama kali di jadiin cameo di cerita lain. Harus ada chapter baru dong. Gue penasaran jodohnya Gemma siapa."
"Lo ngapain buka laptop? Mau lanjutin tugas tadi?" Aku tersenyum kecil melihatnya.
"Nope. I'm gonna screw you."
"What do you think about the ending? Is it happy ending or..."
"Not even in between. You suddenly stop."
"I stop when I think that it will never be happily ever after for her, but at least she can be happy... On her own. I mean, your happiness are not supposed to be depend on someone else. And I think, they are too young to feels the real love."
"What about now?" Aku terdiam mendengar pertanyaan Juan. Tidak mengerti maksud pertanyaannya. "What about us?"
*****
FINISH. TAMAT. THE END.
Bagaimana pendapat kalian dengan cameo Juan dan Gemma lagi di akhir cerita? Buat yang bingung, J dan G adalah tokoh di cerita lain, Papercuts. Jangan menyamakan saya dengan Gemma. Karena saya bukan dia dan dia bukan saya. Dia hanya punya hobi yang sama dengan saya, sama-sama suka menulis di wattpad. Kesamaan kita berhenti disana.
Seperti yang Gemma katakan, saya berhenti menulis ketika Mei Ling menemukan kebahagiaan pada dirinya sendiri, bukan pada orang lain. Karena kebahagiaanmu tidak seharusnya bergantung pada orang lain.
Terima kasih dan selamat tinggal.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top