Tiga
Happy reading, dan jangan nodong update-an, ya. Hehehehe... Oh ya, ikutan kuis di lapak "Mengejar Cintamu", dong. Waktunya masih lama kok. Bisa menangin satu buah buku (bisa dipilih dari gambar), untuk 2 orang pemenang.
**
Becca mengembuskan napas kesal. Ponselnya lantas diletakkan di atas meja rias setelah menekan speaker. Dia kembali sibuk dengan kapas dan pembersih wajah.
"Pembatalannya kok last minutes kayak gini sih, Rhe? Aku sudah reservasi lho. Nggak gampang dapat tempat di situ saat makan malam kalau belum pesan duluan. Kalau bukan karena kamu ulang tahun, aku nggak akan pesan tempat di restoran yang makanannya nggak akan bikin kenyang, tapi bikin nangis saat bayar."
"Mau gimana lagi?" suara Rhe, sahabatnya terdengar dari sambungan telepon. "Dody berkeras mau ikutan."
"Ya, ajak sekalian. Aneh saja kan kalau kamu ngerayain ulang tahun tapi suami kamu nggak ada?"
"Aku malas terjebak di antara Dody dan Ben. Kamu tahu sendiri mulut Ben kayak gimana. Aroma cabe lima kilo dari mulutnya bisa bikin kepala berasap."
"Omongon Bon Cabe ala Ben nggak akan bikin Dody terpancing, Rhe. Kamu tahu sendiri suami kamu kayak gimana. Aku curiga, kamu jungkir balik telanjang di depannya juga dicuekin."
"Sialan!" Rhe memaki. "Urusan ranjang mah beda, Bec. Sudah ya, intinya aku batal ikut kalian."
"Jadi gimana dong?"
"Kamu sama Ben saja. Sudah telanjur reservasi juga, kan?"
Becca mengerang. "Berdua sama Ben nggak ada asyik-asyiknya, Rhe. Beberapa hari lalu dia bawa si Adhi pas kita makan siang bareng. Aku curiga dia mau comblangin aku dengan teman seperguruan mesumnya itu."
"Jangan berlebihan. Dijodohin dengan siapa pun, tetap balik ke kamu juga, kan? Kayak kamu kesulitan menolak laki-laki saja. Korban penolakanmu kalau dikumpulin, sudah bisa bentuk satu kelurahan kali, saking banyaknya."
"Sialan!"
"Sudah ya, Bec. Karena batal gabung sama kalian, aku harus mempersiapkan diri diri untuk pura-pura terkejut kalau Dody nanti kasih kado saat mengajak candle light dinner. Dia tidak tahu kalau aku sudah melihat nota pembelian hadiahnya." Rhe tertawa. "Dia kayaknya senang banget saat aku bilang batal pergi sama kalian, dan mau berdua dengan dia saja."
Becca berdecak. "Gimana nggak senang kalau kamu sudah sodorin tungkai."
Becca menutup ponsel setelah percakapan dengan Rhe berakhir. Mau bagaimana lagi, dia terpaksa harus ke restoran fine dining yang sudah dia reservasi.
Ben teman yang menyenangkan. Mereka sudah kenal lama. Hanya saja, kecerewetannya terkadang mengganggu. Dengan mulut selemas itu, seharusnya Ben terlahir sebagai perempuan. Ibunya mungkin dulu makan petasan sebagai camilan saat hamil, sehingga punya anak laki-laki yang gemar bicara seperti Ben.
Meskipun dengan setengah hati, Becca akhirnya tetap pergi ke restoran. Dia mengingatkan diri supaya tahun depan, saat Rhe ulang tahun lagi, dia tidak akan memesan tempat di manapun. Mereka bisa makan di restoran cepat saji, atau warung kaki lima begitu sudah berkumpul.
Becca menyadari posisi Rhe yang sulit, karena terjebak di antara suami dan sahabat. Meskipun tidak pernah diucapkan secara verbal, Dody dan Ben tidak saling menyukai. Suasana pertemuan yang menghadirkan mereka berdua biasanya akan terasa canggung.
Ben menyukai Rhe sejak masih kuliah. Kasih tak sampai alias tak berbalas karena Rhe hanya menganggapnya sebagai sahabat. Becca sangat menyetujui keputusan Rhe yang tidak memberi kesempatan pada Ben untuk beralih peran dari sahabat menjadi kekasih.
Sekali lagi, Ben teman yang luar biasa berdedikasi, tapi rekam jejaknya dalam dunia percintaan sangat buruk. Jumlah mantannya kalau dikumpul bisa jadi satu fakultas saking banyaknya. Dia jelas bukan orang yang serius dalam menjalin hubungan.
Bukan hanya sekali dua kaali Becca melihat Ben seenaknya membatalkan janji kencan dan malah memilih bergabung dengan dia dan Rhe nongkrong di tempat kos Rhe, makan camilan sampah yang penuh lemak sambil nonton film.
Ben sudah ada di restoran ketika Becca tiba di sana. Dia mengikuti pelayan yang mengantarnya ke meja yang dipesannya.
Ben mengangkat kepala dari gawai di tangannya saat menyadari kehadiran Becca. "Hanya kita berdua," katanya begitu Becca duduk di depannya. "Rhe lebih suka bersama suami berengseknya daripada kumpul dengan kita. Pernikahan itu buruk. Bisa membuatmu kehilangan teman baik."
Becca mengarahkan bola mata ke atas. "Kamu juga akan lebih suka menghaabiskan waktu dengan orang yang kelak ketiban cintamu, Ben. Saat kamu jatuh cinta beneran, kamu akan tahu rasanya menjadi Rhe."
"Aku hampir setiap minggu jatuh cinta, Becca, tetapi aku lebih mementingkan persahabatanku dengan Rhe dan kamu ketimbang teman kencanku."
"Itu bukan cinta, Ben. Itu panggilan alam untuk mengosongkan kantong sperma," ujar Becca mencemooh. "Kayak aku nggak kenal kamu saja."
Alih-alih tersinggung, Ben malah tertawa. "Kamu tahu kenapa kamu masih jomlo di umur seperti ini?"
"Karena sulit menemukan orang yang nggak meneteskan liur saat melihatku? Jadi orang cantik itu nggak mudah, Ben."
"Karena omonganmu pedas, Becca," Ben mengabaikan pembelaan diri Becca. "Laki-laki itu suka sama perempuan yang bermulut manis, bukan pedas. Secantik apa pun wajahnya, tapi kalau ketemu malah ngajak perang, itu nggak akan berhasil."
Becca meringis. "Bibirku manis, Ben. Lipstikku beroma buah, bukan cabai rawit."
"Susah bicara dengan kamu." Ben meraih buku menu yang disodorkan pelayan yang baru datang di meja mereka. "Kamu mau anggur untuk pembuka?" matanya menelusuri daftar minuman dan makanan yang ada dalam menu.
"Jangan pura-pura tanya. Kamu tahu aku nggak minum." Becca sudah tahu apa yang akan dipesannya, jadi dia tidak membuka buku menunya. "Saya pesan Steamed White Asparagus Soft Poached egg, Grilled Wagyu Beef Tenderloin in Cabernet Barrel Oak Fog, dan Raspberry sorbet cake ya, Pak," katanya kepada pelayan.
"Kamu nggak bosan pesan itu terus setiap kita makan di sini?" tanya Ben setelah pelayan yang mencatat pesanan mereka pergi.
"Kita makan di sini nggak tiap minnggu juga, Ben. Mana sempat bosan?"
Ben hanya tertawa. "Oh ya, kamu dapat salam dari Adhi."
Becca memutar bola mata. "Aku belum seputus asa itu. Bilang sama dia, terima kasih, tapi aku belum menyiapkan formulir pendaftaran."
"Hei, apa yang nggak kamu suka dari Adhi?" protes Ben tidak terima. "Dia tampan, pintar, dan mapan. Sulit menemukan kombinasi seperti itu sekarang. Dompetnya terbuka lebar untuk gadis-gadis."
"Sama lebar dengan ritsleting celananya. Dia kan menuntut ilmu di fakultas permesuman yang sama dengan kamu. Nggak usah, terima kasih. Aku juga nggak miskin-miskin amat, sampai harus mengintip dompet laki-laki yang tertarik padaku."
"Laki-laki punya batas waktu untuk main-main, Becca. Kalau saatnya tiba, kami akan menarik kail, dan mendayung perahu kembali ke darat."
"Dan waktu itu kapan tiba? Saat kamu sudah butuh orang lain untuk mengganti popokmu di panti jompo?"
Ben berdecak. "Aku jadi pengin tahu seperti apa orang yang nanti bikin kamu jatuh cinta."
Beccatertawa. "Yang jelas, bukan orang seperti kamu dan Adhi. Astaga, jangan sampaideh!" dia bergidik ngeri
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top