9. Amnesia
Kamis, jumat dan sabtu ku lewati ujian dengan pasrah. Aku tak belajar. Belajarpun tak fokus. Karena aku masih memikirkan Shin dan Iching yang kusakiti hatinya tanpa sengaja.
Tiba-tiba pikiranku teringat pada kejadian tempo hari. Hari dimana penolakan itu terjadi. Hari berduka bagi mereka. Hari aku menyakiti mereka.
Maafkan aku Shin, maafkan aku Iching. Sungguh aku tak bermaksud menyakiti kalian dengan jalan seperti ini.
"Oii!!" Seseorang memangil membuatku tersadar dari lamunanku.
Saat ini aku sedang berada di ruang tamu. Aku duduk di kursi single yang terbuat dari kayu. Kaki kunaikkan ke atas meja. Tidak sopan? Biarin. Toh tak ada tamu yang berkunjung kok.
Aku melihat seseorang yang menyapaku.
Ah ternyata si Abang Lucknut.
Dia menyodorkan barang berhargaku Hape, yang sudah seminggu dia tahan. Aku mengecupi permukaan benda berbentuk persegi itu. Hahh aku benar-benar merindukan benda keras yang selalu menemani hari-hari gabutku.
Akhirnya aku bisa chatingan lagi dengan Takuya. Kebetulan ini malam minggu dan aku juga mau modus sama Takuya. Siapa tahu dia peka. Terus dateng ke rumah ku untuk melamar. Mustahil.
Abangku ikut duduk di sofa panjang yang berada disebelahku. Dia mulai memainkan hapenya. Aku tau dia pasti mau main games online.
Hanya kakak beradik ini yang ada diruang tamu. Ibuku sudah tidur. Ayah diluar negeri, biasalah urusan pekerjaan. Ayahku adalah seorang CEO dari sebuah perusahaan semvak lokal yang mendunia. Keren kan?? Tadinya dia yang akan jadi modelnya. Tapi Ibuku melarangnya. Tau sendiri'kan model semvak gimana? Hehe.
Di ruang tamu yang lumayan luas ini, hanya keheningan yang dirasakan. Tak ada percakapan diantara dua orang bersaudara ini. Masing-masing sibuk dengan gadget-nya. Aku sibuk membuka sosial media yang sudah berlumut karena ditinggalkan seminggu. Dan Abangku sibuk dengan game online-nya.
BRAK!!
Pintu rumah dibuka dengan kerasnya. Membuatku yang dari tadi fokus men-stalking Takuya di ig langsung mendongkak dan melihat ke sumber suara.
Disana, aku melihat seorang wanita cantik diam mematung diambang pintu dengan nafas sedikit terengah-engah.
"Yang!!" ucap wanita itu.
Hening. Tak ada yang menjawab. Termasuk aku yang merasa tak terpanggil.
"Yang!!" suaranya agak meninggi.
Sama. Tak ada yang merespon.
Hingga...
"YANG!! AKU HAMIL!!!" ucapnya setengah teriak.
Aku tersentak kaget.
Masih tak ada yang merespon. Hanya ada aku yang terperangkap dalam kebingungan. Sebenernya ini ada apa sih?
Merasa diacuhkan, wanita itupun menghampiri Abangku yang sedang asik dengan game onlinenya.
"Yang!"
"Hmm"
"Aku hamil"
"Hmm"
Abangku tak sedikitpun melirik wanita itu. Dia hanya fokus pada game-nya.
"Lu denger ga sih?"
"Hmm"
"Bisa ngerespon ga sih?"
"Hmm"
"Astaghfirullah. Gue butuh pertanggungjawaban."
Tak ada respon dari Abangku.
Hingga akhirnya wanita itu hilang akal, lalu merampas hape yang sedang dipegang abangku.
"Woi, gue lagi war. Maen rebut2 aja lu!"
"Lu kok berengsek sih," ucap wanita itu. Nada bicaranya seperti sedang menahan tangis yang sedikit lagi akan meledak.
"Balikin hape gue ga?" pinta Abangku memaksa.
"Ga. Sebelum lu tanggungjawab." Wanita itu menyembunyikan hape Abangku dipunggungnya.
"Tanggungjawab apa lagi njir?? Kan lu istri gue. Gue tinggal biayain persalinan aja ntar, kan?"
Hening.
Wanita itu membatu.
Nah ini yang daritadi membuatku diam seribu bahasa. Wanita itu meminta pertanggungjawaban dari suaminya sendiri.
Sepertinya dia amnesia. Padahal baru 7 bulan yang lalu Abangku meminang wanita itu.
Abangku sudah nikah dengan wanita itu. Tujuh bulan lalu pernikahan yang sakral itu berlangsung dengan sederhana namun berkesan.
Cantik, kan? Dia bernama Yukita Masako. Panggil saja kak Yuki. Tapi Abangku kadang manggil dia teteh atau yang. Karena dia memang lebih tua 5 tahun dari Abangku.
Walaupun Abangku berondong, tapi dia ga manja sama istrinya. Justru Abangku terlihat lebih dewasa dari usianya. Mungkin untuk menyetarakan diri dengan sang istri.
"Maaf yang. Gue panik tadi jadi sedikit amnesia. Tadi gue di jalan kebentur apa ya?" ucapnya sambil mengelus-ngelus kepalanya memastikan bahwa kepalanya tidak bocor.
Abangkupun tersenyum dan memandang istrinya dengan penuh cinta, lalu mengelus ubun-ubun istrinya itu. Dia sangat memaklumi bahwa istrinya agak pelupa.
Dari cara Abangku memandang istrinya, aku tau dia menyayanginya.
Romantis sekali.
Aku bahagia campur iri saat melihat kebersamaan Abangku dengan istrinya. Bahagianya karena kakak iparku sudah pulang dan bakal cuti dari kerjanya. Diakan pramugari. Mana ada pramugari lagi mengandung. Kebahagiaan kedua adalah akhirnya aku mempunyai keponakan. Yeay.
Dan aku iri karena wanita itu berutung sekali memiliki suami yang baik dan menerima dia apa adanya.
Aku yang jomblo cuma bisa ngeces.
Lebih baik aku kembali ke kamar dan memulai chat dengan Takuya.
Rista : sayang
Takuya : opo koe krungu
Rista : jerite atiku
Takuya : mengharap engkau kembali
Rista : sayang
Takuya : lah kok malah nyanyi sih
Rista : gue sebenernya ga nyanyi
Takuya : lah terus?
Rista : anu itu lho
Yahh... ceklis satu. Takuya offline.
Takuya dari awal tak pernah berubah, tak pernah peka. Selalu saja begitu. Aku lelah. Sudah berulang kali aku mengirim kode. Tapi tetap saja dia tak mengerti. Fyuhh.
Sambil menunggu Takuya membalas Chat, mending bikin StoryWhatsApp dulu.
Hahahaha.
Itu adalah kode sekaligus curhatan. Mungkin kata-kataku merupakan efek dari nonton drama korea live di depan mataku yang diperankan oleh Raka dan Yuki.
Peka ga yahh yang dikodein?
Takuya masih tidak peka juga? Hahahaha. Aku tembak duluan aja kali yak? Biar pasti gitu.
Wanita suka yang pasti-pasti. Yang ga pasti mah tinggalin aja.
Tetapi kata-kata tersebut tidak berlaku untuk sebagian wanita. Sering kali ada wanita yang bertahan terhadap sesuatu yang ga pasti.
Termasuk aku.
Dan Takuya tak kunjung online.
Apa Takuya lagi siap-siap mau ronda malam ya? Kan ini malam minggu.
Atau lagi ngapelin anak orang? Kok nyesek yah prasangkaku yang ini. Wkwkwk. Duhh. Gimana kalau iya? Ahh sakit ya pasti. Soalnya aku sudah berharap lebih.
Kalau Takuya beneran udah punya pacar, aku doain deh. Semoga Takuya bahagianya sama aku, bukan sama pacarnya yang sekarang(?)
Jahat ya. Hahahaha.
Ternyata menunggu itu melelahkan. Dan juga butuh energi. Waktu menunjukkan pukul 21.00. Tapi perut ini sudah memberontak minta diisi. Padahal baru dua jam lalu aku makan. Maklum sedang masa pertumbuhan.
Akupun meninggalkan handphone di ranjang dan berjalan menuju dapur untuk mengisi bahan bakar. Rumah sudah sepi. Penghuni rumah pasti sudah tidur. Tinggal aku sendiri yang masih terjaga. Hiks.
Setelah dirasa cukup, akupun kembali ke kamar dengan harapan Takuya sudah online kembali dan membalas chat dariku.
Akupun mengambil handphone dan melihat notifikasi-nya.
Terdapat banyak chat yang masuk. Termasuk dari Takuya.
Dan firasatku mereka ngechat karena Story WhatsApp-ku deh.
Ini adalah beberapa pesan yang masuk...
Takuya : Yang pasti kamu itu wanita.
Iching : Yang ga pasti mah tinggalin aja.
Yoga : Yang pasti kamu milik orang. Ciee yang udah jadian.
Suzy : Akhirnya gue udah dapet kepastian. Gue udah ga jomblo wehh.
Seperti dugaanku, Takuya tak peka. Fyuhh aku harus mencari cara lain agar Takuya mengerti kode-kode yang kuberikan.
Duhh balasan dari Iching sungguh memprovokasiku untuk menyerah dari perjuangan mendapatkan cinta Takuya. Iching ada benarnya juga. Tapi aku tak mau menyerah. Walaupun aku harus menunggu lama tapi tak apa. Aku akan terus memberi kode pada Takuya. Jika sampai akhirnya aku benar-benar lelah, disitulah aku akan benar-benar menyerah.
Tiba-tiba aku merasa ngantuk. Aku menjadi tak berminat untuk membalas chat mungkin karena Takuya tak peka juga. Aku mematikan data seluler dan menyimpan handphone di nakas. Dan mulai memejamkan mata.
Belum sempat aku berlayar menuju alam mimpi, aku teringat akan isi chat-nya Suzy. Suzy mengatakan jika dia sudah tak jomblo lagi. Dia jadian dengan siapa?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top