6. Modus

Setelah berganti pakaian, kami berbondong-bondong turun ke lapangan.

Saat menuruni tangga aku secara sengaja melirik ke kelas Takuya. Kqarena yang kutahu dia duduk di dekat jendela kelas. Aku sedikit berharap Takuya juga sedang mencari pemandangan keluar. Lantas kami bertatap. Itu hanya harapanku. Yang nihilnya Takuya sedang fokus memperhatikan guru yang sedang mengajar dihadapannya. Sehingga tak menyadari jika aku melintasi kelasnya.

Aku kurang beruntung hari ini. Tapi aku tak kecewa. Hanya melihat punggungnya aja sudah bahagia kok.

Tapi dibelakang Takuya aku melihat pemandangan aneh. Ada sesosok manusia yang diam-diam menungguku.

Dan dia adalah...

Shin.

Shin alias Kharisma Shindika Aditya senyam-senyum saat aku sudah sampai dilantai dasar. Setelah aku berlalu kumendengar dia ketawa. Dia ngetawain akukah? Apa ada yang salah dariku? Dia ngakak padahal di kelasnya ada guru. Tak takut dimarahi guru apa?

***

Drrrt drtttt

Handphone-ku berdering

Tumben ada yang nelpon

'Halo?'

'Gue mau ke rumah lo. Lo ga lagi di luar kan?'

'Oh iya silahkan. Gue ada di rumah kok'

Sore ini aku akan kedatangan tamu. Tapi bukan Takuya. Melainkan teman sekelasku. Iya, dia mau ke sini, ke rumahku. Dia laki-laki. Namanya Ahmad Prayoga. Pria tampan juga imut yang sayangnya dia lebih tua lima bulan dariku. Maka dari itu, aku lebih suka memanggilnya Bang Yoga.

Selain karena dia lebih tua, dia juga lebih dewasa. Sehingga dia dinobatkan sebagai ketua kelas. Namun sayang, dia memiliki sifat yang kurang disiplin. Makanya dia sering dihukum pas hari senin. Sungguh sifatnya yang satu ini tidak boleh dicontoh.

Dia itu tampan, tapi hobinya kodus. Juga dia adalah seorang playboy. Dia sering gonta-ganti pacar. Mantan pacarnya sudah 5 di kelasku. Kebayang ga? dia tiap hari ketemu mantan.

Ahmad Prayoga adalah satu-satunya teman pria yang paling dekat denganku. Karena dia itu orangnya humoris. Dan ceria banget. Kadang gaje. Tapi aku senang dekat dengannya. Aku senang, tapi tak sampai suka, apalagi cinta. Bagiku,  sebagai teman aja udah lebih dari cukup.

***

Tok-tok-tok

Akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, kuberharap yang mengetuk pintu adalah Yoga.

Untung saja sekarang aku sudah mandi dan berpakaian rapi. Rumahku juga sudah bersih. Jadi tak malu-maluin pas ada tamu.

Aku yang sedang chat dengan Takuya di jeda dulu, handphone-ku simpan di kasur. Lalu aku mulai melangkahkan kaki menuju pintu rumah.

Aku membuka pintu.

Dan benar firasatku, dia yang datang.

"Silahkan masuk," ucapku mempersilakan.

Dia tersenyum ramah.

Dia datang sendirian.

Aku memperhatikannya dari atas sampai bawah. Aku melihat dia masih mengenakan seragam pramuka. Padahal ini udah jam 5 sore. Tapi dia masih memakai seragam. Apa dia baru saja ekskul pramuka? Apa ekskul sampai sesore ini? Biasanya kan cuma sampe jam 3? Rajin kali yah dia.

Diapun memasuki rumahku. Dan duduk di kursi ruang tamu. Aku mengikutinya.

Aku duduk di sampingnya. Hanya saja, kami berbeda kursi.

"Eh, lo kok masih pake baju pramuka? Ada kegiatan yah sampe sore?" Karena penasaran akhirnya  pertanyaan itu melesat dari mulutku.

"Emm..., Ngga sih. Sebenernya gue baru nongkrong sama temen-temen gue di warung. Gue baru mau pulang ke rumah sebenarnya. Tapi gue mampir dulu ke rumah lo, mau pinjem buku LKS biologi. Gue kan ga punya LKS nya. Kehabisan. Hehe."

"Ooh gitu. Bentar yah gue ambil dulu LKS-nya."

Akupun berajak dari dudukku dan meninggalkan Yoga sendirian di ruang tamu. Aku akan mengambil LKS Biologi di kamar.

Sesampainya di kamar, handphone-ku bergetar. Takuya mengirimiku pesankah? Lalu aku mengambil handphone yang tergeletak diatas kasur. Dan membuka notifikasinya. Ternyata bukan Takuya.

Tapi si Yoga.

Kan Yoga ada dirumahku ? Ngapain ngeChat segala sih.

Lalu kumembaca pesannya.

'Gue ga disuguhin apa-apa nih?'

Aku benar-benar tak ingat bahwa tamu itu harus disuguhi. Aku belum nawarin apa-apa sama tamu.

Untung diingetin sama tamunya(?)

Aku kemudian meletakan LKS biologi yang baru saja kutemukan di rak Buku ke tempat tidur. Dan aku bergegas pergi ke dapur mencari makanan dan minuman untuk tamu.

Sesampainya di dapur, aku membuka kulkas. Dan hal pertama yang kulihat adalah telur mentah.

--Apa kutawarin dia telor mentah aja gitu yah?

Ah aku tak tega.

Dan akhirnya aku menemukan 4 butir buah jeruk. Lumayanlah, untuk tamu.

Lantas aku mencari gelas. Dan menuangkan air putih dari dispenser ke dalamnya.

Setelah penuh, aku menata gelas dan jeruk tadi ke atas nampan. Lantas melangkahkan kaki menuju ruang tamu.

Sesampainya di ruang tamu. Aku menyajikan makanan yang kubawa ke atas meja. Yoga tersenyum.

"Eh bentar LKS-nya ketinggalan di kamar, gue ambil dulu yah. Selamat menikmati." Yoga mengangguk.

Aku kembali ke kamar.

Setelah mengambil LKS di kamar, aku berniat kembali ke ruang tamu. Saat melewati ruang tengah, kumelihat sesuatu. Ah, ternyata ada satu toples kue sisa tahun baru kemarin. Akan kusuguhkan untuk tamu. Lumayan.

Aku membawa kue itu ke tamu. Masih layak dimakan kok kue nya. Baru dibuka dua minggu yang lalu sama abangku.

"Nih, LKS-nya" aku menyodorkan LKS biologi ke Yoga.

"Eh, makasih" ucapnya. Dia mengusap-ngusap tangannya. Karena dia sedang menikmati buah jeruk. Lalu mengambil LKS yang berada ditanganku. Akupun menaruh kue tadi ke meja.

Aku memperhatikannya memakan jeruk. Wah, lahap sekali makannya. Setelah jeruknya habis, dia mengambil satu buah jeruk lagi, dan dimasukan ke dalam tas. Lalu dia berpindah ke kue yang kubawa tadi. Sesekali dia nyengir saat menengokku. Dia kelihatan tak malu sama sekali.

Dia berhenti memakan kue itu, ketika isi toples tersisa setengahnya.

"Eh gue pulang dulu, udah sore banget. Gue takut kemaleman di jalan. Hehe," ucapnya.

"Hehe iya lagian rumah lu masih jauh," timpalku.

Diapun beranjak dari tempat duduknya. Dan membuka pintu rumah.

"Dadah, jangan bosen ya sama kedatangan gue ke rumah lo."

"Yang sering yah dateng ke sini"

"Siap, bos"

Dia lalu menaiki motornya yang terparkir di halaman rumah. Dan dia mulai berlalu.

***

Sekarang adalah malam minggu. Malam dimana para muda-mudi ngapelin pacarnya. Terus aku kapan diapelin Takuya? --ngarep

Malam minggu rasanya cepat sekali. Rasanya baru kemarin kumengenal Takuya dan Hujan-hujanan. Aku harap malam minggu yang selanjutnya, aku diapelin sama Takuya. Aamiin.

Takuya kapan mau menembakku?

Kode-in dia boleh kan yah? Siapa tau dia peka.

-Modus tahap satu mode on-

Aku mulai mencari kontak Takuya di handphone-ku. Setelah ditemukan, aku mulai mengetik pesan untuknya.

Rista
Sekarang malam minggu yah?

Ceklis dua biru

Takuya mulai mengetik

Semoga modusku berhasil.

Takuya
Ah iyakah?

Rista
Lah iya. Masa ga inget?

Takuya
Lah lu mah malah ngingetin gue. Gue lagi pura² amnesia.

--aku tak mengerti maksud Takuya apa.

Rista
Amnesia?

Takuya
Iya malam minggu itu jadwal gue ronda malem sama Babeh gue. Biasanya gue tidur. Kalau ketiduran otomatis gue ga ronda. Gue ketiduran karna ga inget. Tapi malem ini lu ngingetin gue. Jadi gue harus ronda deh. Hadeuh.

Rista
Ciee yang jagain maling. Wkwkwk

Takuya
Daripada jagain maling, mending jagain hati kamu aja deh neng. Gue rela.

Saat baca chat darinya, seketika hatiku berdesir. Jantungku berdebar. Ada aliran hangat disekujur tubuhku. Apa ini komplikasi cinta Takuya?

Aku baper, kan.

Rista
Taik lu

Takuya
Wkwkwkwk boleh ga nih?

Rista
Serah ah gue mau tidur.

Chating yang diakhiri dengan aku yang baper. Bukannya Takuya yang peka tapi aku yang malah baper. Okey fix. Kali ini aku kalah. Dilain waktu pasti aku bisa menangin hati Takuya.

#PejuangCintaTakuya
#Semangat!

-Modus Tahap Satu Mode Off-

.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top