27. Keki
Seingat Rista, hari ini adalah Ulang Tahun Angel. Bukan hari pertunangannya dengan Takuya. Tetapi apa yang sekarang ia lihat kini membuatnya bingung.
Kemeja kotak-kotak hitam putih yang dikancing seluruhnya. Juga jas atau mungkin tuxedo hitam membalut tubuh tingginya. Oh astaga, apa benar ini kekasihnya ? Benar-benar kelewat tampan.
"Ayok, nanti terlambat!" Pria itu tersenyum lantas menggandeng jemari lentik Rista. Lantas mencium punggung tangannya. Ia terbelalak. Beraninya si surai coklat ini curi-curi kesempatan dalam kesempitan.
"Yak, ini masih di rumah. Jika ayah tahu, kamu pulang hanya tinggal nama," ucapnya setengah berbisik. Takut penghuni rumah tahu. Yang paling penting takut ayahnya mendengar. Oh, itu mengerikan.
"Hei, kamu tahu? Malam ini kita terlihat serasi. Aku memakai jas hitam. Dan kamu memakai gaun hitam yang elegan. Ini terlihat seperti kita pasangan yang akan bertunangan." Rista terkekeh.
Hubungan mereka kini sudah kembali akur. Tiga hari menjelang acara, mereka mulai menata hubungan. Yang tadinya agak renggang, menjadi agak rapat. Meskipun hanya agak. Tetapi itu lebih baik daripada saling diam tanpa kabar.
Skuter antik itu berhenti di depan mansion besar milik keluarga Angel. Jangan mengira dengan penampilan Takuya yang terlihat lebih elegan, dia akan menggunakan motor sport atau mobil. Dia lebih memilih memakai skuter perak itu, lebih romantis katanya.
Mereka turun. Banyak orang berlalu lalang. Ada yang berpasangan. Ada yang gerombolan.
"Sayang banget ya kita ga punya baju kapel," ucap Takuya sambil melirik pasangan yang memakai baju semotif. Walapun berbeda bentuk. Yang cowok kemeja. Yang cewek gaun.
"Ya gapapa, yang penting kita serasi." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Rista bergelayut manja pada lengan Takuya.
Mereka perlahan melangkah memasuki mansion besar itu. "Tadinya aku mau berinisiatif bikin semvak kapel ke Ayah kamu." Mata Rista membulat. Kaget.
"Ngapain bikin semvak kapel ? Nggak ada yang bisa di pamerin."
"Nggak usah di pamer-pamerin. Cinta itu kita yang rasa. Semvak juga kita yang pake. Ngapain di tunjukin sama orang ? Mereka juga nggak bakal peduli kayaknya."
"Emang kamu mau pamer semvak?" lanjutnya. Sontak wajah Rista memerah. Ngapain juga pamer semvak. Nggak ada bagus-bagusnya. Malu-maluin pula.
"Mending kapelan yang lain aja. Jangan semvak!" ucapnya sambil melihat ke arah lain. Ogah bertemu tatap ataupun sekedar wajahnya terlihat oleh Takuya. Malu.
"Masa mau beha kapel? Aku kan nggak pake," ujarnya polos. Yang membikin Rista gemas.
"Udah, ah. Kamu makin ngaco."
Merekapun sampai di hadapan Angel. Rista menyalaminya dan mengucapkan selamat. Lalu memberikan sebuah bingkisan kado ungu dengan pita merah besar kepada Angel. "Aaaa makasih!" pekiknya senang.
Rista mengangguk. Kemudian Sang Tuan rumah mempersilakan mereka untuk memakan camilan yang ada ataupun bercengkrama dengan tamu lainnya.
"Aduh, gawat." Sebelum Rista dan Takuya beranjak dari hadapan Angel, Yoga tiba-tiba menghampiri mereka sambil berlari.
Dengan napas terengah dia berbicara," Si Indah nyasar." Rista dan Angel membulatkan mata.
"Terus gimana ?" Yoga mengedikan bahu.
"Gue nggak bisa jemput, takut gelap," Yoga menjeda perkataannya, "tadi juga gue nebeng."
"Si Arez kemana ?" tanya Rista. Arez adalah teman sekelas Rista. Juga sahabat paling dekatnya Yoga. Arez jauh lebih tampan juga lebih tinggi dari Yoga. Nggak jauh beda sama Aliando jaman Ganteng-ganteng Srigala-lah.
"Dia lagi pedekate sama adek gue. Hehe," jawab Angel diiringi tawa garing.
"Terus cowok yang lain?" Yoga dan Angel menggeleng bersamaan. "Mereka belum dateng."
Rista menghela napas. Kasian juga si Indah tersesat malam-malam. Pasti dia lagi ketakutan. Andai saja aku bisa pakai motor. Aku pasti yang akan jemput dia. --pikir Rista.
Tiba-tiba Yoga menjentikan jari. "Gue ada ide. "Mereka bertiga menatapnya antusias. "Gimana kalau Takuya aja yang jemput Indah?"
Jleb. Rista langsung berwajah datar. Apa ? Pacarnya mau bonceng orang lain ? Tidak tidak. Tidak boleh.
"Nggak boleh." Kata-kata itu meluncur secara reflek dari bibir tipisnya.
"Ayolah, Ta. Kasian Indah," mohon Angel.
"Iya, nih, Ta. Masa Lo tega temen Lo tersesat sendirian. Coba bayangin kalau Lo diposisi dia?" Rista memalingkan wajah ke arah lain. Jika dipikir-pikir, kasihan juga temannya itu. Sebenarnya dia juga tidak tega. Tetapi mengapa harus kekasihnya yang menjemput Indah? Tahu gini, ia tidak mau membawa Takuya ke sini.
Menyesal tiada arti. Lebih baik ia membuat keputusan secepat mungkin. Temannya membutuhkan pertolongan.
"Terserah, deh." Dia melengos pergi ke lantai dua. Menemui Suzy dan teman-teman sekelasnya yang lain. Karena di lantai satu tidak ada siapa-siapa yang dikenalinya. Ulang tahun Angel tidak hanya mengundang teman sekelas. Anak dari teman Bisnis Ayahnyapun datang. Ada juga teman sewaktu SMP-nya. Maka dari itu, ia terasa asing jika berlama-lama dilantai satu.
***
Rista menyodorkan segelas air putih pada Takuya yang baru saja datang. Takuya menerimanya dengan senang hati. Tetapi ia baru menyadari raut wajah kekasihnya terlihat kesal. Ia menghela napas perlahan. Ia tahu penyebabnya. Tentu saja dirinya.
Terdengar lebay memang jika hanya menjemput temannya saja dia marah. Tetapi bukan itu yang membuatnya sebal. Dari lantai dua dia melihat sang kekasih dan teman sekelasnya itu saat kembali, dan temannya itu terlihat nemplok-nemplok pada Takuya. Hal itu membuatnya keki.
"Makasih, ya!" Rista hanya mengangguk tanpa mau menatapnya.
Takuya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Bingung. Apa yang harus ia lakukan agar sang kekasih kembali ceria seperti sebelumnya.
"Sayang," lirihnya seraya mengusap lembut pipi gempal Rista. Ia mendongkak menatap manik caramel Takuya.
"Maaf jika kamu nggak suka aku jemput temen kamu. Itu Yoga yang minta lho bukan keinginan aku." Rista mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Udah ah jangan bahas itu lagi."
Lalu ia melenggang pergi ke taman belakang. Takuya menatap kepergian Rista lantas mengehela napas. Rista marah padanya, padahal semua bukan keinginannya. Ia tak terlalu ambil pusing. Beranjak dari tempatnya berdiri dan mengikuti sang kekasih dari radius lima meter.
***
"Katanya mau minta poto aku." Takuya memulai pembicaraan saat mereka sudah sampai di depan kolam ikan mas milik Angel. Rista menoleh dan hanya menampakan wajah datar tanpa ekspresi. Begitulah dia jika sedang marah. Minim ekspresi.
"Mau nggak?" Rista mengangguk dan menengadahkan tangan kanannya pada Takuya. Takuya merogoh kantung celananya dan mengeluarkan benda persegi lantas memberikannya pada sang kekasih.
Rista dengan sigap meraihnya dan mengutak-atik. Mencari poto yang bagus dan menarik untuk di koleksi. Sesekali ia terkekeh ketika melihat wajah sang kekasih yang berekspresi aneh.
Melihat itu, Takuya menyunggingkan senyum. Tak mengapa wajahnya yang ditertawakan oleh sang pujaan hati. Yang penting ia bisa melihat senyum manis Rista. Sungguh ia tidak keberatan. Meskipun jika Rista memintanya untuk melakukan hal-hal konyol. Dia rela.
Dengan wajah ceria, Rista menyodorkan ponselnya kembali. "Muka aku lucu, ya? Kok kamu jadi bahagia gitu." Rista mengibas-ngibaskan tangannya diudara.
"Bukan, potonya aneh-aneh. Banyak yang candid. Ada sih yang bagus beberapa. Tapi tetep aja lucu." Ia menutup mulutnya dengan tangan kirinya untuk menyaring tawanya agar tidak menggelegar. Tanpa sadar Takuya mengulum senyum. Akhirnya Rista-nya kembali seperti sedia kala.
"Bentar lagi mulai. Masuk, yuk." Rista meraih tangan Takuya dan menyeretnya masuk ke dalam. Takuya kini bisa bernapas lega. Senyumnya tidak pernah lepas malam itu.
***
Mianhae telat update. Mianhae pendek.
Harusnya ini chapter akhir. Tetapi saya ga kuat panjang-panjang.
Besok atau lusa saya update lagi.
Salam cinta dari Takuya 💕
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top