26. Space
Yoga kini menggelepar tidak berdaya dibawah kungkungan Takuya. Wajahnya sudah lebam sana-sini. Darah merembes di sudut bibirnya yang sobek.
Kejadiannya begitu cepat. Saat ia telah membuang hajatnya, tiba-tiba pria tinggi itu menghadangnya dan menyeretnya ke sudut koridor sekolah yang sepi. Ia dihajar habis-habisan tanpa diberi kesempatan untuk menunda ataupun melawan.
Orang-orang yang mengerubuninyapun hanya menonton. Tidak berminat untuk membantu atau melerai. Ia sudah tidak berdaya untuk berteriak. Berharap malaikat datang menyelamatkannya. Bukan untuk menjemputnya.
Di tengah ketidakberdayaannya, ia mendengar langkah kaki yang mendekat. Ya iya tahu dari tadi juga banyak orang yang datang, namun setelahnya mereka malah jadi penonton. Ia yakin orang ini berbeda. Entah kenapa ia bisa sayakin ini.
"YOGAAAA!!" Oh suara itu sangat familiar di telinganya. Ia menatap manusia yang mendudukinya seolah berkata 'mampus lo'. Ia menarik salah satu sudut bibirnya. Bukan seringai yang tercipta. Melainkan rasa perih yang terasa.
Apakah Tuhan mengirimkannya malaikat ? Ah bagus. Doa nya di dengar. Oh ia ingat, doa orang terdzalimi itu diijabah, kan ? Lihat saja kini, orang yang memanggilnya, mendorong Takuya hingga tersungkur. Sekuat itukah malaikatnya ?
"Ngapain Lo mukulin Abang Gue?"
"Abang ? Orang brengsek kayak dia Lo panggil Abang ?"
"..."
Yoga dibantu berdiri oleh Suzy lantas di bopong menuju UKS.
***
Rista duduk di sisi ranjang UKS yang di tempati Yoga. Menatap nanar seorang yang tertidur itu. Apa-apaan fitnah keji yang dilontarkan Takuya mengenai temannya ini. Bagaimana bisa kekasihmu sendiri menuduh yang tidak-tidak pada orang yang kau anggap sebagai kakakmu sendiri. Jelas kau tidak akan terima bukan. Begitupun dengan Rista.
Takuya bilang, semua kekacauan, semua kesalahpahaman yang terjadi antara dirinya dan Takuya disebabkan oleh Yoga. Yoga dalang dibalik semuanya. Kejadian permen. Dan yang kemarin. Semua karena Yoga.
Bagaimana bisa Kekasihnya itu menumpahkan kesalahannya kepada orang lain ?
Ia tidak percaya dan tidak akan pernah percaya. Sebelum ada bukti, ini masih disebut fitnah.
Rista beranjak dari duduknya meninggalkan Yoga yang tertiidur dengan perban memenuhi sebagian wajahnya. Ia melenggang pergi menuju kelasnya karena jam pelajaran akan segera di mulai.
Oh iya. Ia ingat, saat dirinya pergi menemui Yoga tadi, terdengar speaker sekolah memanggil nama Takuya. Pasti dia dipanggil ke ruang BK.
Bintang kelas ips satu terkena skandal. Ini akan menjadi perbincangan hangat sepekan mendatang.
***
Akhir akhir ini hubungan kami sedikit renggang. Atau aku yang terlalu berlebihan. Atau kau yang terlalu sibuk sehingga lupa denganku. Aku yang selalu ingin diperhatikan olehmu, merasa kehilangan.
Hingga akhirnya aku tersadar. Aku mulai beradaptasi hidup tanpamu. Tanpa hadirmu. Aku tak mengapa. Aku masih bisa bernapas. Berjalan. Bahkan berlari tanpamu. Hingga suatu saat aku akan berbiasa tanpamu.
27 juli
Dimalam yang sunyi
Setelah selesai menulis curahan hati pada buku diary, aku lalu membereskan tempat tidur. Aku lelah dengan hari ini. Tidak ada moodbooster. Aku serasa single. Pacarku sudah tidak peduli lagi denganku. Dia jarang ngontek. Gara-gara kejadian beberapa hari lalu. Ini salahku tidak mempercayainya. Tetapi mau bagaimana lagi, dia menuduh Yoga tanpa bukti.
Aku nggak mungkin dong tiba-tiba bilang percaya sama perkataannya padahal sebenarnya itu berlainan dengan hatiku?
Semua ini membuatku bingung.
***
Drtt drtt
Aku sudah terlelap barusan. Tetapi getaran handphone membangunkanku. Dengan terpaksa aku membuka manik kembarku, menguceknya dan meraih ponsel yang berada di dekat badanku. Lantas mengecek notifikasinya. Dan yang kulihat hanya pesan-pesan dari grup kelas.
Teman sekelasku memang menyebalkan dan tak tahu waktu. Sekarang waktu menunjukan pukul dua puluh tiga kurang tiga belas menit. Kenapa mereka masih terjaga dan mengganggu tidur cantikku ini ? Sialan. Aku jadi penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.
Akupun membuka chat grup tersebut. Ada chat yang disematkan. Akupun membukanya. Dan terlihat sebuah teks yang berisikan undangan ulang tahun. Ah si Angel ulang tahun ternyata.
Yang membuatku heran adalah, mengapa dia harus mengumumkannya sekarang ? Ini hampir tengah malam lho. Besok juga masih ada waktu padahal. Ih kesel, kan.
Tiba-tiba muncul sebuah lampu pijar kuning diatas kepalaku. Menandakan sebuah ide datang.
Bagaimana jika moment ulang tahun ini aku gunakan untuk lebih dekat dengan Takuya ? Pasalnya, sudah beberapa hari ini dia tidak menyapaku. Memberi kabarpun hanya lewat chat dan itupun seperlunya.
Aku sebenarnya rindu berkencan dengannya. Rindu bercakap-cakap sampai larut malam. Rindu candaan garingnya. Rindu tahi lalat yang seakan ikut tersenyum tatkala ia menarik kedua sudut bibirnya.
Tetapi kini Takuya terasa jauh dariku. Entahlah.
Maka dari itu, aku akan memintanya untuk menemaniku ke pesta ulang tahun itu. Oh, Otakku memang terlampau cerdik.
Kini aku memutuskan uuntuk tidur. Berharap esok akan segera datang.
***
Dengan semangat menggebu, aku berlari dengan tenaga penuh untuk mencapai kelasku. Aku ingin cepat-cepat menemui seseorang.
Aku sampai di kelas dengan napas terengah-engah. Lalu duduk di salah satu kursi terdekat untuk menstabilkan pernapasanku.
Di dalam kelas baru ada beberapa orang yang hadir. Dan mereka semua menatapku. Aneh mungkin. Bel masuk lima belas menit lagi. Dan aku datang dengan terburu-buru seperti takut ketinggalan sesuatu.
Aku mengabaikan mereka yang memandangku heran. Aku datang pagi bukan untuk melihat mereka kebingungan atas sikap, aku juga tidak berniat menceramahi mereka. Tujuan awalku untuk bertemu seseorang. Dimana ya seseorang itu ?
Mataku liar mencari-cari keberadaan seorang itu. Aku yakin, dia sudah ada di kelas. Kalaupun belum, aku akan menunggunya. Mungkin beberapa menit lagi.
Terdengar pekikan senang dari sudut depan kelas. Tetapi aku tidak menemukan siapapun di dekat papan tulis putih itu.
Tanpa sadar, perlahan kakiku bergerak sendiri menuju asal suara. Aku merasa penasaran. Apakah pekikan itu adalah suara dia?
Tap tap tap
Aku tertegun ketika melihat tiga orang membuat formasi melingar di lantai. Duduk sambil memakan camilan yang berada di tengah-tengah mereka.
"Eh, Rista. Sini gabung!" ajak Bella. Manusia berkacamata bulat itu memanggilku untuk turut bergabung bersama mereka.
Aku mendekat. Bukan untuk nimbrung.
"Aku mau bicara sama Angel." Kedua manusia itu mengalihkan etensinya pada manusia yang berkucir dua yang sedang mengigit cangkang kuaci.
"Mau ngomongin apa?" Si kucir dua berucap sambil mengunyah kuaci yang berhasil lolos dari sarangnya.
"Emm, boleh ga gue bawa seseorang ke pesta ulang tahun Lo ntar minggu?" aku bertanya dengan hati-hati. Ragu sebenarnya menanyakan ini. Takutnya cuma khusus kelas Ipa satu aja yang hadir.
"Boleh banget. Bawa ibu, bapa, nenekn kakek, semuanya bawa."
"Pacar boleh?"
"Boleh kok," jawabnya yakin.
Yes, aku bisa mengajak Takuya. Akhirnya aku bisa berkencan dengannya. Ups maksudku bertemu. Kami akan bertemu di luar sekolah. Apakah itu bisa disebut kencan ?
Ya, anggap saja begitu.
***
Sudah kubilang, sejak kejadian itu, Takuya jarang ngontek. Kita juga jarang ketemu di sekolah. Padahal kita satu sekolahan. Saat jam istirahatpun aku tidak pernah lagi menemukannya. Hanya Shin yang sering kupergoki berbelanja di kantin satu kresek penuh. Aku menduga di dalam sana pasti ada pesanan Takuya.
Apa susahnya datang sendiri dan memakan makanannya di kantin ? Fix, dia benar-benar sedang menjauhiku.
Dikarenakan di sekolah aku tidak bertemu dengannya, akhirnya aku memberitahukan rencanaku padanya lewat panggilan telpon.
Tutt
Tutt
"Hallo"
Dingin banget nada suaranya. Bikin males jadinya.
"Te-temenin aku ya ke ulang tahunnya temen aku"
Tuh kan akunya jadi gugup.
"Ga bisa pergi sendiri?"
Jleb. Mengapa bisa sesakit ini mendengar kata-kata pedasnya ? Mungkin aku yang tak terbiasa.
Dan kenapa penglihatanku tiba-tiba kabur ? Seperti ada yang menghalangi. Ketika aku berkedip, aku paham. Bahwa yang membuatku mataku tidak fokus adalah bulir bening yang barusan meluncur dari manik kelamku.
Cepat-cepat aku menghapusnya. Aku tidak selebay ini.
"Ga ada temen. Suzy mau sama Jennie."
"Jam berapa?"
"Jam 7.30"
"Oke nanti aku jemput."
Tutt
Panggilan terputus secara sepihak. Tanpa ucapan kata cinta. Tanpa kata-kata romantis.
Oh, aku tak mengapa, Takuya.
Pluk
Aku tersentak, tiba-tiba ada seorang yang menepuk pundakku. Akupun menoleh dan mendapati Suzy sedang menaik turunkan alisnya. Menggelikan.
"Ayok, turun. Pak Idoy udah nungguin tuh."
Dia menyeretku menuju lantai dasar. Kami akan memulai pelajaran Olahraga makanya kami ke lapangan. Tadi aku menelpon Takuya setelah selesai mengganti pakaian.
Eh dan, Tunggu. Tadi Suzy bilang Pak Idoy udah nunggu. Sejak kapan guru Olahraga kami berganti nama ?
"Pak Idoy siapa, Suz?"
"Pak Yodi elah. Lu mah ga gaul. Lagi musim kali balik-balikan kata."
Aku menepuk dahiku. Ada-ada saja sahabatku ini. Nama guru saja di bulak-balikan. Jika Pak Yodi tahu, bisa diajak sparing si Suzy. Asal tahu aja, Pak Idoy itu atlet Taekwondo. Mampus Lo, Suz.
_____________________________
Tbc
Chap depan ending, mungkin. Inshaallah akan ada epilog. Dan kemungkinan ending dan epilog mau di privat untuk mencegah plagiasi.
Cara baca chapter private.
1. Follow dulu authornya
2. Hapus dulu ceritanya dari library.
3. Buka lagi ceritanya. Lihat ceritanya udah tampil atau belum.
4. Kalau belum ada juga. Log out akunmu.
5. Ulangi dari step 1-3
Ini baru rencana sih. Wkwkwk
Cerita bobrok kayak gini emang mustahil diplagiatin :v
Oh iya kalau aku ngadain give away setuju ga?
Giveaway nya apa?
Hadiahnya apa?
Komen ya.
Terimakasih,
Salam cinta dari Takuya
Oh iya, SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI.
Maaf kan author jika ketikan author nyebelin, suka telat updet. Dsb.
Maafkan author atas semua kesalahan dan khilaf selama ini 😢
Sekian dan terima Takuya RL
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top