22. Tantangan

"Gimana kalau kita taruhan?"

Suara itu. Suara yang sangat famiiliar ditelinganya. Suara Sexy yang sangat ia rindukan setiap hari.

Ia mendongkak. Menatap sosok yang masih berdiri itu. Lantas ia mengerjit. Seolah meminta penjelasan atas apa yang dikatakan oleh cowok tinggi bersurai coklat di depannya itu.

Si cowok itu tersenyum lantas duduk dihadapan Rista.

"Mau ga?"

"Taruhan gimana?"

"Jadi gini, kalau kita nanti ujian, kita bandingin nilainya. Yang lebih besar itu yang menang. Dan yang menang bisa minta apapun sama yang kalah. Gimana?" Rista mengernyit.

"Jadi, barusan kamu dengerin percakapan kita?" Tanyanya. Takuya mengangguk. Sontak hal itu membuatnya menenduk, menyembunyikan wajahnya yang memerah karena menahan malu.

"Gimana, setuju ga?" Takuya bertanya karena ia tak kunjung mendapat jawaban.

"Gamau." Akhirnya Rista mengangkat wajahnya dan menatap manik caramel Takuya.

"Ah, kenapa?" Takuya yang kaget akan jawaban Rista langsung bertanya.

"Ga adil dong. Aku bakal kalah terus kalau gitu. Gimana aku bisa nyaingin nilai kamu, Kamu kan peringkat satu di kelas. Sedangkan aku?" tanyanya seraya menunjuk pada diri sendiri. "Sepuluh besar aja ga masuk." Terdengar nada keputusasaan pada kalimat yang dilontarkannya.

Rista menghela nafas. Lantas menunduk.

"Ya nggak pa-pa. Kalau kamu yakin, kamu pasti bisa, kok!"

Rista menghela nafas lagi. Terlihat jelas bahwa wajahnya menampakan keraguan.

"Boleh, deh."

Tuk

Terdengar suara benturan antara dua benda, membuat ketiga orang yang berada di sana menoleh ke sumber suara.

Yang terlihat diindra penglihatan mereka adalah seorang pria yang sedang meletakan nampan berisi cilok goang dan es teh. Lantas pria tadi duduk dengan santainya di sebelah Takuya. Ia celingukan menatap tiga manusia yang memperhatikannya bergantian. "Ada apa, ya?" tanyanya polos.

Suzy dan Rista mengalihkan perhatian dari Yoga. Dan memulai aktivitas makan mereka yang tertunda. Sementara Takuya masih menatap pria disampingnya. Tatapan sinis yang tersirat rasa dendam. Dan kebencian.

Yoga yang akan memasukan cilok goang ke dalam mulutnya terhenti karena merasa risih dengan tatapan Takuya. Ia menoleh dan mengernyit. "Kenapa? Mau cilok goang punya gue?"

"Ngapain sih lo disini?" Pertama kalinya Rista mendengar kata-kata pedas meluncur dari mulut Takuya. Ia mendongkak dan menatap Takuya yang masih melihat Yoga dengan kilatan yang mengerikan.

Rista bingung dengan apa yang terjadi. Apakah ia melewatkan sesuatu ? Mengapa suasananya jadi mencekam seperti ini ? -pikirnya.

"Yaudah gue pindah." Yoga bersiap akan beranjak dan berpindah tempat. Tapi Suzy menahan tangannya. "Udah disini aja temenin gue. Gue gak mau jadi kambing congek sendirian. Setidaknya kalau ada elo gue ga ngerasa kesepian."

Takuya menghela nafas dan memalingkan wajahnya ke arah lain sambil mengambil susu kotak coklat yang ia bawa daritadi, dan menyeruputnya dengan tidak manusiawi. Yoga melihat Takuya dengan sudut matanya, lantas sebuah seringai tercetak diwajah datarnya.

***

Setelah istirahat, kelas XI IPA satu tidak ada pembelajaran. Karena guru Biologinya sedang cuti menikah. Para murid diberi tugas. Tetapi kebanyakan dari mereka masing berada di luar kelas, hanya untuk melihat kelas XI IPS Satu dilapangan yang sedang bertanding basket.

Disinilah Rista berada, berdiri di balkon lantai dua. Tepatnya di depan kelasnya sendiri. Melihat keseruan permainan kelas sang kekasih dibawah sana. Sesekali ia tersenyum tatkala Takuya berhasil memasukan bola ke dalam ring. Pria itu memang hebat dalam bidang olahraga, apalagi basket. Pantas saja tubuhnya tinggi dan juga proporsional.

Di samping Rista, ada Suzy yang menonton permainan itu dengan malas. Wajahnya ia letakan pada kedua tangannya yang saling bertumpuk. Mengakibatkan badannya agak condong. Lebih tepatnya menungging. Ia sesekali bergumam, mungkin dia bosan.

Rista mengedarkan pandangannya ke belakang. Ia menemukan Iching sedang bersandar di kursi besi yang ada di depan kelas. Sedang apa dia disitu ? Mustahil dia menonton permainan bola basket yang berada dibawah, karena penglihatannya tertutupi oleh badan Suzy. Iya, Iching duduk tepat di belakang Suzy yang sedang menungging.

Rista terbeliak mengingat posisi Suzy dan tatapan Iching. Manik Iching menatap bagian belakang Suzy. Oh tidak! Si otak mesum itu menyebalkan. Bisa-bisanya dia mencari kesempatan.

Rista segera mendekatkan mulutnya ke telinga Suzy, "Tegakkan badan Lo."

"Mager."

"Yaudah, tanggung sendiri akibatnya. Ada yang lagi nonton Lo tuh dibelakang."

Rista lantas berlalu ke dalam kelas karena permainan kelompok Takuya telah berakhir. Meninggalkan Suzy yang masih bergeming di posisinya.

"Apaan, sih si Rista ganggu orang lagi enak-enaknya juga." Dia menegakkan badannya bukan karena perintah Rista. Tetapi karena dia merasa pegal. Dia celingukan, sahabatnya itu sudah tidak ada disampingnya. Lalu menengok ke belakang, dia hanya mendapati Iching dengan mulut terbuka dan iler yang menetes. Dia bingung. Kenapa Iching sampai begitu ? Padahal dia tidak tidur tapi kok dia ngiler.

Dia jadi teringat dengan kata-kata Rista barusan. Apa jangan-jangan perintah Rista ada hubungannya dengan kondisi Iching saat ini ? Jadi dari tadi....

"ARGHHH!!"

Suzy berteriak histeris lantas berlari ke kelasnya. Teriakan Suzy membuat Iching sadar. Lantas ia menghapus iler dengan punggung tangannya. Dan mengubah ekspresinya senormal mungkin.

"Lo kok ga ngasih tau, sih!" Seru Suzy saat memasuki kelas. Lalu duduk di kursinya dengan tidak kalem.

Rista yang sedang sibuk stalking ig nya Takuya, jadi kaget dengan suara Suzy yang membahana. "Apaan si Lo njir ga jelas!"

Suzy mencubit perut Rista yang mendatangkan rintihan dari sang korban. "Si Iching!" Teriaknya Frustasi.

Rista mengangguk dan hanya ber-oh ria.

"Anjir reseh, Lo!"

"Terus gue harus gimana?"

"Gatau. Pokoknya gue kesel." Suaranya mulai bergetar. Dan itu sukses membuat Rista panik.

"E-eh. Jangan nangis!" Rista kelabakan. Dia bingung harus bagaimana.

"Gue ga ridho, Ta!" ucapnya diiringi isakan tanpa tangisan.

"Ya gue harus gimana? Gue udah ngasih tau Lo kok tadi."

Suzy cemberut. Membuat Rista semakin bersalah.

"Duh sorry, ya."

Suzy mengangguk masih dengan bibir yang maju. Lalu dia melirik ponsel Rista yang sedang membuka instagram. "Pengen ig-an," ucapnya dengan wajah dibuat sepolos mungkin.

Rista yang mengerti akan gerak-gerik Suzy segera meraih ponselnya. "Yaudah, nih." Rista menyodorkannya. Dan Suzy menerimanya dengan wajah sumringah. "Tapi jangan mewek, ya?"

Suzy mengangguk dan memulai aktivitasnya.

Dasar ga modal!

Dia menggerutu dalam hati.

Tbc

Udah ya segini aja dulu. Maaf pendek.

Besok kalau saya lagi mood, bakal up lagi kok.

Mianhae baru up. Soalnya kemaren-kemaren saya ga mood. Bukan karena writer block kok. Kalau WB katanya yang ga bikin outline. Kalau saya bikin, tapi garis besar doang. Hahahaha.

Duh semoga ga mengecewakan ya. Selamat menikmati.

Dan oh ya, krisar sangat diperlukan!

BONUS :

Nih TAKUYA

Ini Rista

Ini Iching. Ganteng kan?

Ini Yoga

Pendapat kalian mengenai chapter ini gimana?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top