2. Hope

Hingga sampailah kami diparkiran sekolah. Takuya memberikanku helm untuk kupakai. Dan Akupun memakainya.

Akupun mulai menaiki sepeda motor Takuya. Aku duduk menyamping dibelakangnya, mengingat saat ini aku masih memakai seragam sekolah yang roknya hanya selutut. Sangat tidak memungkinkan jika aku duduk menghadap ke depan.

Dan Takuyapun mulai menyalakan sepeda motornya. Lantas kamipun mulai menerjang hujan.

Hujan ini perlahan membesar, membuat baju seragam kami basah. Tas kami basah. Buku juga sepertinya. Itu dikarenakan kami tak memakai jas hujan. Dan aku bahagia dengan hujan ini. Sudah lama aku tak bermain hujan-hujanan.

Terakhir kali hujan-hujanan pas SD mungkin(?)

***

Beruntunglah rumahku tak terlalu jauh dari sekolah. Kalau jauh bisa bisa masuk angin kita gara-gara hujan-hujanan. Tak lama kemudian motor Takuyapun berhenti di depan gerbang rumahku. Dan akupun turun dengan basah kuyup.

"Cepetan lu masuk kedalam rumah. Gua mau langsung pulang. Bye." Takuyapun pergi berlalu dengan motornya tanpa sempat aku mengucapkan terimakasih. Tapi yasudahlah.

Akupun berlari menuju rumah sambil hujan hujanan. Sesekali aku menengadah menatap langit senja. Wajahku basah terkena hujan yang turun dari langit. Ahh aku bahagia hari ini.

***

Hingga sampailah aku di depan pintu rumah. Pintu kayu berwarna coklat itu telah terpampang didepan mataku. Perlahan aku ulurkan tanganku yang basah ke pintu rumah itu.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum. Ibu, aku pulang," ucapku sambil membuka pintu rumah.

"Waalaikumussalam. Kamu darimana aja baru pulang, Nak?," Tanya Ibu dengan rasa khawatir. Aku tahu Ibu pasti risau. Dan menungguku sejak tadi. Maafkan anakmu ini,Bu.

"Aku dari sekolah, Bu. Tadi mau pulang malah hujan. Jadi berteduh dulu di sekolah."

"Baju kamu basah semua, Nak. Mandi sana. Ntar kamu sakit lagi," ucap Ibuku.

Aku mengangguk.

***


Setelah selesai mandi. Kemudian aku pergi ke kamar untuk memakai pakaian. Tapi handphone-ku berbunyi ketika aku hendak membuka lemari pakaian. Karena penasaran, akhirnya aku buka hp dan disana tertera nomor asing yang mengirim pesan pada aplikasi WhattApp-ku.

Lalu kubuka pesan darinya.

'Kamu udah mandi kan?'

Pertanyaan itu membuatku sadar jika sang pengirim pesan adalah Takuya.

'Udah kok ini baru selesai'

Pesanpun dikirim.

Tak lama kemudian handphone-ku bergetar lagi. Bukan sebuah pesan yang kuterima, namun sebuah panggilan video. Secara reflek aku menolak panggilan itu. Karena aku sadar, aku masih memakai handuk.

'Kenapa ga diangkat?'

'Gua belum pake baju weh!!!!'

'Wehh rejeki nomplok nih'

'Gila lu!'

Aku menghembuskan nafas guna menetralisir rasa kesal. Ternyata Takuya cukup menyebalkan dengan otak pervert-nya. Tapi sifat menyebalkan itu tak membuat aku membencinya. Aku menjadi penasaran akan dirinya.

***

Waktu menunjukan jam 20.00. Aku baru selesai makan malam bersama ibu, karena kakakku belum pulang dari tempat kerjanya. Sedangkan ayah, dia berada di luar negeri. Dan kucingku juga sudah tidur.

Aku kembali ke tempat persemayaman -kamarku tercinta-. Kamar yang berisikan single bed, nakas, lemari pakaian, meja belajar dan juga beberapa poster boyband yang terpampang di dinding merah muda itu. Lantas menyalakan musik box yang berada dimeja belajar. Lalu aku memutar lagu Na hago nolja dari Cross Gene. Agar malam minggu ini tak begitu sunyi.

Jika tadi adalah hari senin, mungkin besok aku takkan sekolah. Bajuku yang basah tak memungkinkan aku untuk pergi. Pasalnya, aku hanya punya satu seragam. Adapun baju bekas kakakku, tapi tak memungkinkan untuk kukenakan. Karena kami berbeda gender. Dan seragam kami pasti beda.

Sebelum aku menghempaskan badanku ke kasur kesayanganku, Handphone-ku yang sedaritadi teronggok di atas nakas tiba-tiba saja berdering. Tak lama Kemudian sunyi lagi.

Akupun meraih handphone itu. Dan melihat notifikasi-nya.

Dan ketika aku melihatnya.

145 pesan belum dibaca

78 panggilan tak terjawab

Daebak!

Aku lalu membuka pesan WhatsApp-nya. Dan ternyata, pesannya hanya dari satu orang. Panggilannyapun, sama. Dari orang yang sama. Si Takuya.

Isinya?

Neng
Neng?
Neng??
Neng???
Kamu kemana sih?
Neng?
Angkat dong neng?
Neng?
Neng
Neng
Nong
Neng
Neng
Neng
Neng
Neng
Neng
Nong
Neng
Akang malah nyanyi neng
Nungguin eneng
Angkat neng
Aku tanpamu gabut
Neng
Nying
Neng
Neng bonge sugan?
Neng paeh kitunya?
Neng bales atuh?
Nenggg:"(
I'm so sad
Neng reseh ih
Bete deh ah
Neng
Woi

Itu hanya sebagian. Dan dari semua pesan itu dapat kusimpulkan bahwa, aku itu ngangenin.

Handphone-ku berdering lagi. Masih orang yang barusan. Akupun mengangkatnya

"Halo"

"Waalaikumussalam"

"Eh, Assalamualaikum"

Sangking bersemangatnya aku lupa untuk mengucapkan salam terlebih dahulu. Seketika wajahku memanas. Mungkin ini efek menahan malu. Jika saja Takuya berada dihadapanku saat ini, mungkin dia akan melihat wajahku yang semerah kepiting rebus.

Ini semua adalah efek grogi. Aku sebelumnya belum pernah bertelpon dengan orang asing. Ah maksudku dengan orang yang belum kukenal sepenuhnya. Takuya, kau benar-benar sukses membuatku malu.

"Nah gitu,dong"

"Hehe"

"Kemana aja"

"Habis makan. Hehe"

"Lagi"

"Lagi apa?"

"Lagi dikamar aja sendirian. Bosen nih. Padahal malam minggu"

"Ga nanya"

"Barusan nanya"

"Au ah gua capek"

"Hahahaha. Eh btw Lu suka cowok yang kayak gimana?"

"Yang berbatang. Hahaha"

Astaghfirullah. Ampuni mulutku yang penuh dosa ini.

"Eh serius"

"Kenapa emang?"

Aku mulai ngantuk, dan aku juga tak tahu kapan percakapan ini akan berakhir. Hingga kuputuskan untuk berbaring di kasurku.

"Si shin suka sama lu"

Sudah kuduga, arah pembicaraan ini pasti akan ke sana. Lama-lama aku bosan mendengar nama itu. Shin -_-

"Iya makasih udah suka sama gue"

"Jadi diterima ga?"

"Terima apaan? Terimakasih? Kan udah barusan."

"Jadi gini..."

Mataku sudah tak tahan...

***

Alarm handphone-ku berbunyi. Lalu aku mencari-cari sumber suara. Ternyata benda itu ada di sebelah telingaku. Lantas kumelihat jam yang tertera pada layar handphone-ku. Ah sudah jam 5pagi ternyata. Lalu aku mematikan alarmnya.

Yang terlihat dari layar handphone-ku tak hanya jam saja. Tapi sebuah pemberitahuan batrei yang hampir habis. Seketika aku panik. Dan langsung mencari charger untuk mengisi daya sang handphone tercinta.

Eh tapi kok data selulernya hidup, ya?oh iya Bukannya tadi malam aku sedang telponan sama Takuya? Ah ternyata tadi malam aku ketiduran. Hehehe.

***

Kebiasaanku kalau handphone di charger pasti di mode terbang. Agar cepat penuh. Dan tak ada yang menghubungiku selagi handphone masih di charger. Toh, sekarang hari minggu. Hari bebas. Aku sedang tak ingin diganggu. Lagipula, minggu itu aku banyak kerjaan di rumah.

Jadi, kamu Takuya jangan kangen dulu ya padaku. Hahaha. Pingin banget dikangenin anak orang;v

***

Makan malam sederhana yang hanya ditemani oleh ibu dan abang tercinta. Yah, harap dimaklum. Apalagi kucingku yang tak tahan dengan kantuk. Selepas maghrib dia pasti akan tertidur pulas di sofa.

Setelah makan malam. Aku kembali ke kamar. Waktunya aku tidur. Tapi aku akan membereskan persiapan untuk esok sekolah dulu.
Hari ini aku tak sampat pegang handphone. Untung handphone sudah dicabut dari colokan. Sepertinya abangku yang menyabutnya.

Aku lalu membuka WhatsApp dan line. Ah sialan tak ada yang istimewa. Hanya grup kelas yang ramai bertanya mengenai tugas. Untung saja aku sudah menyelesaikannya tadi siang dibantu abang kesayangan.

Dan orang yang kemarin tiak mengirimiku pesan.

Padahal aku mengharapkannya dia ngontek lho. Hihihi. Tapi yasudahlah. Aku siapa memangnya? Hahaha.

Aku hanya tersenyum hambar.

***

TBC

Ih makin ga jelas. 😌

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top