:: 09 ::
Syifa menelan ludahnya susah payah. Ia terlihat sangat bingung. Suaranya tak terdengar atau lebih tepatnya tak didengar oleh gadis di sampingnya. Karena itulah, Syifa memberanikan diri untuk mengatakannya sekali kali lagi. Lebih keras.
''Kak! Bukunya terbalik!"
''Ishh..." Febita mendesah kesal mendengar perkataan Syifa. Ia mengabaikannya dan kembali membaca buku.
Syifa menggigit ujung kuku telunjuk kanannya. Berpikir sejenak, lalu bergeser tempat duduk. Mendekati Febita.
''Kak! Buku yang kakak baca, terbalik!!"
Buukk...
Terdengar suara buku yang ditutup kasar. Yang tidak lain adalah karena perbuatan Febita. ''Apaan sih?! Kakak, kakak! Gue tuh bukan kakak lo!" Teriak Febita tepat di wajah Syifa.
''Ma--maaf," ujar Syifa yang tertunduk. ''Tapi, gimana kakak bisa baca. Sedangkan bukunya terbalik kaya gitu," lanjutnya ragu-ragu.
''Heh! Itu bukan urusan lo. Mau dibaca terbalik atau mata tertutup, itu terserah gue. Lo itu siapa sih? Berani ngatur-nga---"
Sreekk...
Tiba-tiba, dari arah belakang, Gilang menarik lengan Febita dengan kasar. Keluar perpustakaan. Meninggalkan tatapan bingung orang yang menonton kejadian tersebut, Syifa dan Laila.
Sambil menahan rasa sakit di lengannya, Febita berusaha menahan langkah. Namun, usahanya sia-sia. Dirinya berhasil diseret keluar oleh lelaki yang jelas tenaganya lebih besar darinya.
''Gilang! Lepasin gue nggak! Sakit tau," ujar Febita sedikit memekik.
Dengan malas, Gilang melepaskan genggamnya dari lengan Febita. Ia memasang raut wajah sebal dan tidak suka akan perlakuan Febita terhadap Syifa tadi.
''Jahat lo, masa cewek cantik diseret keluar dengan kasar gini." Febita mengerang kesal lalu mengecutkan bibir sambil memijat pelan lengannya.
''Lo bukan cewek, lo pengganggu!'' Perkataan dingin Gilang yang membuat Febita menganga.
''What's?!! Gilang, kalo ngomong tuh jaga bahasa," ujar Febita tidak suka.
''Nasihat itu berlaku buat lo."
''Buat gue? Gue nggak ngomong sarkasme kaya lo kali," bantah Febita. Ia bersedekap tidak peduli sambil menatap jalanan yang sepi di hadapannya.
''Lo harus minta maaf sama cewek tadi," ujar Gilang tiba-tiba.
''Hahh? Minta maaf sama cewek kutu buku tadi? Ogah banget!"
''Minta maaf, sana!"
''Ishh... Ngapain gue harus minta maaf? Salah dia juga yang panggil 'kakak'. Muda, muda-an gue. Cantik, cantik-an gue. Kakak dari Hongkong!" Febita melangkah mendekati Gilang dengan tangan mengepal. ''Pokoknya gue nggak akan minta maaf! Sampai kapanpun, nggak!"
✏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top