:: 05 ::
''Hai juga,"
~S.A~
Kata yang sederhana, singkat, dan jelas itu membuat senyuman terukir di wajah seorang lelaki yang membacanya.
Secarik kertas di atas bukunya, ternyata adalah balasan sapaan dari Syifa yang ia simpan ketika lelaki itu bertelepon di luar.
''Waduk yang penuh, berasal dari setetes air." Analogi yang dibuat lelaki itu sambil melipat kertas dari Syifa.
Setelah dilipat, kertas itu ia sakukan.
Kemudian, ia beranjak dari tempat duduk dan pulang dengan motor Y-lxion birunya yang terparkir di depan perpustakaan.
✏
//Sabtu, 16-02-2019
00:30 pm
''Tumben siang," ujar Laila sembari membuka buku daftar pengunjung perpustakaan lalu menyodorkannya ke hadapan Syifa.
''Soalnya tadi bantu ibu memasak kue," jawab Syifa. Ia kemudian menulis namanya, Syifa Amanda di daftar pengunjung tersebut.
''Oh, gitu? Ibu Syifa suka jual kue, kan?"
Hening.
Syifa tidak menjawab. Ia terfokus pada nama-nama pengunjung perpustakaan hari ini. Mencari nama lelaki yang berinisial G.A. Sang pemberi surat.
''Syifa?!" panggil Laila yang berhasil membuat Syifa terperanjat.
''Eh, iya kak. Apa?" Tanya Syifa yang tampak kebingungan.
''Kamu kenapa? Kok enggak dengerin kakak? Lihat nama siapa sih di sana?" Tanya Laila penasaran.
''Enggak kak bukan siapa-siapa," jawab Syifa dengan wajah pucat pasi. ''Syifa penasaran. Di daftar nama pengunjung, selalu saja pengunjung lebih dari 10 orang. Tapi, setau Syifa di perpustakaan hanya ada Syifa dan laki-laki itu," ujarnya sambil menunjuk lelaki yang memberinya surat. Ia terlihat sudah stand by di kursi biasanya.
''Ohh, itu? Setiap pagi, sebelum kamu datang, selalu ada murid TK Dharma Bakti ke sini. Tapi hanya sebentar," jawab Laila.
Syifa mengangguk. Mengerti.
Sembari membaca kembali daftar pengunjung, ia tersenyum karena mengetahui jika perpustakaan kecil ini memiliki pengunjung setia selain dirinya. Walau ada kekecewaan di hatinya. Ia tidak bisa mengetahui siapa nama lelaki yang telah memberinya surat. Karena ada banyak nama yang berawal huruf G di daftar pengunjung.
Syifa berjalan menuju kursi. Ia pun duduk sembari diam-diam melirik lelaki di sampingnya. Sehingga tidak memperhatikan apa yang ada di hadapannya. Saat menghadap ke depan, matanya membulat.
Lagi. Sebuah surat yang terlipat rapi tergeletak manja di hadapannya. Berbeda dengan surat sabtu lalu. Surat ini tidak di selipkan dalam buku. Surat ini terang-terangan tergeletak manja di atas meja Syifa.
Dengan tangan bergetar, Syifa perlahan membuka surat tersebut.
''Kau tau...?
...Kamu cantik,"
~G.A~
✏
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top