:: 021 ::

Sudah sekitar 15 menit setelah bel pulang berbunyi, murid-murid dominan sudah pulang ke rumah masing-masing. Namun, berbeda dengan lelaki satu ini. Ia masih setia berada di kelasnya. Sibuk membaca buku dengan sebelah telinga yang dipasang earphone. Ternyata, itu kebiasaan barunya.

''Gilang! Gue balik duluan ya," izin murid lelaki jangkung berkacamata, yang tidak lain tidak bukan adalah teman sekelas Gilang.

Ya, lelaki yang sedang membaca buku tersebut adalah Gilang.

''Hmm..." Gilang hanya berguman sambil mengacungkan tangan.

Setelah teman lelaki yang jangkung berkacamata itu keluar kelas, masuklah murid lelaki lain yang sudah berganti pakaian. Ia tidak lagi memakai seragam putih abu-abu sekolah, melainkan pakaian olahraga.

''Eh, lo belum pulang, Lang?" Tanya murid lelaki itu kepada Gilang.

''Gue males ngantri di parkiran. Nunggu sepi aja," jawab Gilang.

''Ohh... kalo gitu gue duluan. Mau eskul nih," pamit murid lelaki tersebut sambil mengambil tasnya lalu pergi.

''Hmm..."

Hampir setengah jam Gilang berdiam diri di kelasnya. Setelah ia kira parkiran sudah sepi, barulah ia keluar kelas.

Setibanya di parkiran, bingo, benar saja perkiraannya. Parkiran sudah mulai sepi. Jadi, ia tidak perlu repot mengeluarkan motor yang terhalang motor lain atau macet saat di gerbang. Caranya ini benar-benar efektif.

Namun, saat menghampiri motornya, sebelah alis Gilang terangkat. Ia bingung melihat ada seseorang yang duduk di atas motor. Sepertinya... Gilang mengenalnya.

Dena. Orang itu adalah Dena.

Ternyata, ia menunggu untuk memberikan sesuatu kepada Gilang.

''Lama banget," kesal Dena.

''Sorry, gue nggak tau lo nunggu." Gilang melepas earphonenya. ''Ada perlu apa?"

''Lo udah mendingan?" Tanya Dena sebelum turun dari motor Gilang.

''Cik, dikira ada apa. Gue udah mendingan sekarang," jawab Gilang.

''Kalo udah mendingan, mungkin lo bisa terima ini." Dena memberikan dua buah surat kepada Gilang. ''Lo pasti udah tau yang ini."

''Ya, ini surat gue yang dituker Febita, kan?"

''Kalo yang ini... ini dari dia," ujar Dena sambil menunjuk surat yang bersampul biru.

''Buat?" Tanya Gilang walau terdengar tidak peduli.

''Kata Febita sih, buat gebetan lo. Tapi tenang aja, tadi gue udah baca. Aman! Cuma pengakuan dia udah tuker surat lo."

Gilang terkekeh pelah. ''Percuma, Den. Udah terlambat," ujarnya sambil memberikan kembali surat itu kepada Dena.

Karena Gilang pikir tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, ia pun menaiki motornya. Namun, saat memakai helm yang ia simpan di kaca spion motor, Dena malah membuka tas Gilang dan memasukkan kedua surat tersebut.

''Kenapa dimasukin? Buang aja, Den!" Titah Gilang.

''Kali aja lo butuh. Gue rasa itu bakal berguna," ujar Dena.

Gilang melihat Dena dengan ekspresi datar. ''Gue balik," pamit Gilang sebelum akhirnya pergi.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top